Mohon tunggu...
Noverita Hapsari
Noverita Hapsari Mohon Tunggu... Lainnya - Fun and Fine

Seorang Kompasioner

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Selamat Tinggal, Nopol Cantikku... (2)

18 Oktober 2021   08:30 Diperbarui: 18 Oktober 2021   08:33 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://garasi.id/artikel/plat-nomer-kendaraan-ada-jenis-dan-kodenya/5d035a45427bf702506d1fc4

Makna yang Takkan Pernah Terhenti (sambungan)

    Malam itu, bukan karena alasan bahwa aku menjaga rumah sendirian tanpa papa, aku tak bisa tidur. Aku membolak-balik badan di tempat tidurku, dengan benak penuh pikiran. Dalam suasana yang tenang ini, pikiranku kembali jernih.

    Gelisah yang mencengkeramku beberapa jam yang lalu mereda. Kuraih segelas air mineral dingin, yang selalu kusediakan di atas nakas sebelum aku tidur. Cukup sering aku terbangun tengah malam dalam keadaan dahaga.

    Aku mulai mengurut-urut keganjilan yang mengganjal di benak. Ah, ternyata aku tidak rela melepas nopol tadi siang. Sejauh memoriku berkelana ke masa lalu, kuingat bahwa nopol itu adalah hadiah ulang tahun papa di masa jayanya, buat mama. Itu dipesan khusus, untuk dipasangkan pada mobil bermodel mini buatan Eropa. Dua hadiah dalam satu kotak kado, komentarku waktu itu.

   Susunan angka pada plat nomer tersebut mencakup secara komplet: tanggal, bulan, dan tahun kelahiran mama. Sedangkan huruf yang mengikutinya merupakan akronim nama mama. Dengan mobil itu, mama mengantarkanku ke sekolah, atau jika tidak sibuk terkadang menjemputku juga. Waktu itu segalanya begitu indah dan mudah.

    Kala itu aku suka sekali memandangi pelat logam tersebut dari depan atau pun belakang. Keteraturan angkanya seperti serdadu yang berbaris disiplin. Angka itu terbaca BIG ketika aku telah belajar bahasa Inggris di SMP, dan menjadi terbaca GIG ketika menginjak SMA yang penuh canda.

    Ah, aku menggelengkan kepala sekali lagi. Amat kusayangkan keputusanku kemarin. Satu keputusan yang  serasa melenyapkan segala momen berharga tentang sebagian masa lalu. Walau keputusan itu atas perintah papa sekali pun. Jika aku memiliki uang simpanan berlebih, tentu saat itu tanpa ragu akan kupertahankan nopol tersebut. Belitan rasa sesal tambah menenggelamkanku dalam telaga kesedihan.

    Pagi itu, setelah dua tiga sesapan kopi susu gula aren, aku segera menghubungi pak No. Melalui gawai, aku meminta agar proses penggantian nopol dibatalkan. Aku ingin memperpanjangnya.

"Sepertinya sih, enggak bisa mbak," sahutnya dengan nada gelisah tak pasti, di seberang sana. Kupaksa terus-menerus pak No agar mau membenahi masalah ini ke Samsat tempat pengurusan STNK, walau kutahu jaraknya cukup jauh. Uang transport dan uang lelahnya sudah kutransfer saat fajar tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun