Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Larantuka, Negeri Bunda Berduka

12 September 2016   14:09 Diperbarui: 13 September 2016   10:15 1390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patung Reinha Rosari, pada Gerbang Kota Larantuka (dok. Pribadi)

Katedral Reinha Rosari, Berada di Tengah Kota, Tampak Anggun (dok. Pribadi)
Katedral Reinha Rosari, Berada di Tengah Kota, Tampak Anggun (dok. Pribadi)
Ternyata pula, peristiwa prosesi jalan Salib yang rutin dilakukan di Larantuka pada bulan April, tak dapat dipisahkan dari Tuan Ma, dan hebatnya lagi,  tempat-tempat lain yang baru saja saya kunjungi itu, merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam prosesi jalan salib.

Ada banyak versi yang menceritakan bagaimana Tuan Ma hingga tiba di Larantuka, mulai versi yang sangat memuja-muja hingga meninggalkan nalar sehat, hingga versi yang sesuai akal sehat.

Diantara versi yang memuja yang berlebihan itu, menyatakan bahwa pada zaman dulu, ada seorang nelayan muda yang sedang melaut mencari ikan. Nama sang nelayan, Resiona. Di Tengah laut, dalam gelap malam ditingkahi sinar rembulan, tiba-tiba dari dalam laut muncul sesosok wanita yang sangat cantik, penuh pesona dan memiliki charisma luar biasa. Sadar bahwa hal demikian tidak mungkin, nelayan muda ini terkejut luar biasa, hingga akhirnya jatuh pingsan. Ketika sadar, sang nelayan sudah berada di tepi pantai, disebelahnya tergolek sebuah patung wanita, yang dipercaya sang nelayan muda  Resiona, sebagai perwujudan dari sosok wanita yang ditemuinya di tengah laut itu.  

Perumahan Pastor di komplek Katedral Reinha Rosari (dok.Pribadi)
Perumahan Pastor di komplek Katedral Reinha Rosari (dok.Pribadi)
Pemuda Resiona melaporkan penemuan itu pada Raja, lalu, Raja memerintahkan untuk menempatkan Patung itu pada rumah adat, yang letaknya di sisi sebelah belakang dari Kapela Tuan Ma sekarang. Sejak itu, masyarakat jika mengadakan pesta hasil panen atau ingin bertanam atau melaut selalu memberikan persembahan pada Patung Wanita Mulia itu, dengan pengharapan, semoga memperoleh hasil berlimpah atau rasa  syukur dari hasil berlimpah yang mereka peroleh.

Hingga akhirnya, ketika Portugis membawa agama Khatolik ke Larantuka, masyarakat sadar bahwa patung wanita mulia yang selama ini mereka sanjung dan hormati, ternyata patung Bunda Maria atau Tuan Ma.

Taman Doa Tuhan Meninu (dok.Pribadi)
Taman Doa Tuhan Meninu (dok.Pribadi)
Versi lain, lelbih sesuai logika, sebagaimana diceritakan om Wimpi, Pemuda Resiona, memperoleh Patung itu, dari pelaut Spanyol di muara tempat terdapatnya air tawar, yang letaknya tidak jauh dari patung selamat datang Kota Larantuka, Reinha Rosari. Patung itu diberikan pada Pemuda Resiona, sebagai ucapan terima kasih karna kontribusi sang pemuda dalam memperlancar perolehan air tawar.


Selanjutnya, sebagaimana cerita diatas, patung yang diterima Resiona diletakkan pada tempat yang sudah diceritakan diatas. Orang kafir (istilah om Wimpi sebelum kedatangan agama Khatolik), begitu memuja sang patung dengan segala macam sesembahannya. Patung yang menurut mereka mendatangkan segala kebaikan dan menghalangi segala kejahatan.

Hingga, ketika Portugis datang, Portugis merasa terkejut, bahwa Patung yang penduduk larantuka puja-puja selama ini ternyata Bunda Maria. Portugis meluruskan kepercayaan yang selama ini salah menjadi benar, sesuai ajaran Khatolik.

Kapela Tuan Ma (dok.Pribadi)
Kapela Tuan Ma (dok.Pribadi)
Portugis menyebarkan agama khatolik, selain larantuka sendiri, meliputi daerah Pulau Adonara, Solor dan Lembata. Pulau-pulau yang berada tepat didepan Larantuka.

Sejak Agama Katholik menjadi agama resmi kerajaan Larantuka, yang ditandai dengan dibaptisnya Raja Ola Adobala pada tahun 1665 dengan nama Don Francisco Ola Adobala Dias Vieira de Godinho. Lalu, memprakarsai upacara penyerahan tongkat kerajaan berkepala emas kepada Bunda Maria Reinha Rosari. Sejak itulah prosesi jalan salib rutin dilakukan.

Upacara Prosesi jalan salib itu sendiri, dimulai dari dengan upacara peribadatan di Kapela Tuan Ma dan Kapela Tuan Ana. Selanjutnya menghantar Tuan Ma dan Tuan Ana ke Katedral Reinha Rosari, dari Katedral Reinha Rosari, lalu dibawa keliling kota hingga berakhir dini hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun