Mohon tunggu...
Iswan Afandi
Iswan Afandi Mohon Tunggu... Pribadi

Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Walau Beda Agama, Kita Tetap Cinta!

10 Mei 2021   19:56 Diperbarui: 10 Mei 2021   19:58 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Penggalan lirik lagu penyanyi asal Ambon Vicky Salamor mengisyaratkan pesan dengan makna dalam. Agama tak bisa dijadikan alasan untuk berbuat tak cinta kepada pemeluk agama lainnya, apalagi jika ia berada pada ruang sosial. Sebab setiap pemeluk agama adalah manusia yang sama posisi dengan manusia lain meski Agama berbeda.

Seperti halnya Ummat Muslim, petunjuk penghormatan itu disampaikan, yakni ayat suci Al-Quran melalui Surah Al Hujarat Ayat 13 "Wahai manusia ! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan. Kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa, bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu ialah orang yang paling bertakwa. SungguAllah Maha mengetahui, Mahateliti."

"Dan setiap ummat memiliki kiblat menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu pada kebaikan. Dimana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu" (Surah Al-Baqarah ayat 148).
Dalam ajaran lain, "Cinta Kasih" juga menjadi pedoman bagi ummat untuk menjalani kehidupan. Kepada sesama dan semesta cinta kasih harus membumi.

Begitulah sudut pandang agama, Negara juga demikian. Kebebasan bagi setiap warga negara dijamin oleh konstitusi. Undang-undang Dasar Republik Indonesia  Pasal 29, Ayat 2 menyebutkan bahwa Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

Artinya Pesan Ilahi (Agama) dan  Amanah Konstitusi (Negara) memberi ruang bebas kepada kita untuk menentukan, melaksanakan apa yang diyakini tanpa harus ada kriminalisasi (Sholim) terhadap siapapun. Meski ia minoritas !!!

Almarhum Gusdur membilangkan begini, "Selama kita berbuat baik, orang tak akan mempertanyakan apa agama kita" Begitupun sewaktu menjabat Presiden, Gusdur memberi contoh kepada kita dengan mengakui keberadaan Konghucu sebagai agama resmi Negara. Pengakuan itu bukan semata untuk membela penganut Konghucu di Indonesia karena amanah konstitusi. Tapi jauh dari itu, tindakan tersebut upaya Gusdur melindungi masyarakat muslim di Negara lain yang minoritas seperti Konghucu di Indonesia.

Pembelaan Gusdur, tentu menjadi fotret dan pembelajaran baik bagi kita semua. Dengan begitu kita tak lagi repot dalam hal menjaga keberagaman. Seperti Gusdur, Gitu Aja Kok Repot...!!!

Di Manggarai barat, tepatnya dikampung sahabat saya, toleransi beragama sangat kuat. Betapa tidak? Satu rumpun keluarga tumbuh bersama dan meyakini Agama berbeda, ada yang Muslim adapula Nasrani. Tapi, sebagai rumpun keluarga batasan agama Agama tak jadi penghalang untuk berbaik, Serta hidup harmonis.

Namun faktanya diruang lain, kita masih mudah menjumpai ketidakdewassan dalam menjalankan pesan Ilahi dan Amanah konstitusi. Entah kenapa? Mungkin karena Mayoritas, tapi sepertinya bukan. Toh ada kelompok lain yang tak sepakat atas kriminalisasi mayoritas terhadap minoritas itu, sementara ia bagian dari mayoritas. Lalu apa ? Bisa jadi fanatisme berlebih... Entahlah ?

Di Makassar, beberapa bulan lalu terjadi Bom Bunuh diri depan gereja. Kejadian itu banyak yang mebilangkan karena akibat atas fanatisme agama sehingga Bom Bunuh diri dilakukan, rela mengorbankan nyawa demi membunuh orang yang tak se-Agama.

Di Bulukumba, berita yang bersebaran di sosial media. Larangan bagi penganut katolik dilarang mendirikan rumah ibadah, larangan tersebut tak datang dari Agama dan Negara, tapi warga yang tak mau menerima perbedaan keyakinan. Entah kenapa? Mungkin belum membaca ayat diatas. Wallahualam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun