Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Nilai Keperawanan dan Darurat Pergaulan Bebas pada Remaja

12 Agustus 2022   11:44 Diperbarui: 12 Agustus 2022   21:46 6870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pergaulan bebas (Sumber: Freepik via edukasi.kompas.com)

Jika tidak, maka ia dan keluarganya akan menanggung aib itu seumur hidupnya. Apa yang akan terjadi, saat usia remaja 13-15 tahun harus hamil, melahirkan, dan mengurus anak. 

Saya saja yang menikah pada usia sudah matang, yakni hampir 24 tahun, merasa kewalahan. Karena, ternyata proses hamil, melahirkan, dan mengurus anak itu merupakan proses terberat dalam hidup. Bahkan, saat melahirkan kita seakan bertaruh dengan nyawa, satu kaki di dunia, dan satu kakinya lagi berada di akhirat. 

Bagaimana bisa anak dalam usia yang masih belia harus melewati alur hidup yang pelik seperti itu. Dengan kondisi tubuh yang masih belum sempurna produktivitasnya untuk membesarkan seorang anak, keadaan ekonomi yang masih bergantung kepada kedua orang tua, cemoohan dan hinaan dari teman-teman dan lingkungan sekitar.

Karena, saat seorang remaja hamil di luar nikah, meskipun jaman sekarang sudah modern, dan kasus seperti ini sudah biasa terjadi. Tetap saja rasa malu, hancur, dan rendah diri akan bercokol kuat dalam dada.

Kedua, jika remaja putri dan pacarnya memutuskan untuk melakukan aborsi alias menggugurkan kandungan tersebut. Maka, resiko terbesar adalah kematian. 

Aborsi adalah praktik ilegal dan dilarang. Bila ditemukan, para pelakunya akan terkena sanksi pidana, bahkan dipenjara. Aborsi juga memerlukan biaya yang mahal. 

Selain itu, jika tidak berhasil, ada bahaya yang mengancam jiwa remaja tersebut. Dari mulai rahim yang tidak bersih, bengkak rahim, pendarahan, tidak bisa lagi memiliki anak. Bahkan yang lebih parah adalah kematian.

Menjaga keperawanan = menghargai tubuh sendiri

Harus ada upaya yang serius dari orang tua di rumah, guru-guru di sekolah, masyarakat di lingkungan sekitar dan juga pemerintah, dalam mengatasi kondisi ini. 

Hal ini sangat penting, mengingat dampaknya tidak main-main bagi negara dan bangsa. Karena, anak-anak yang lahir dari hasil hubungan di luar nikah ini, akan menjadi generasi penerus bangsa kita juga ke depannya.

Memang, secara individu anak yang lahir dari hasil hubungan di luar nikah, sama saja dengan anak yang lahir dari hubungan pernikahan. Mereka terlahir suci, bahkan menurut Buya Yahya, anak tersebut tidak akan mendatangkan musibah atau kesialan. Baik bagi dirinya, maupun orang lain. Karena, yang mutlak salah adalah perbuatan ayah dan ibunya. Bukan keberadaan anak tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun