Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Ibu rumah tangga - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Peringkat 3 dari 4.718.154 kompasianer, tahun 2023. Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Ngontrak Dulu, Bangun Rumah Kemudian. Bagaimana Caranya?

1 Mei 2024   13:09 Diperbarui: 1 Mei 2024   13:09 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi rumah orang (dokpri)

Beli rumah dengan KPR atau ngontrak? 

Punya uang? Beli....

Belum punya uang? Ngontrak dulu.

Baca juga: Rumah Hemat Energi

 Atau Nyicil KPR? Sesuaikan dengan kebutuhan, deh.

Mungkin untuk gen Z, mempunyai rumah belum menjadi kebutuhan karena karakter mereka yang suka mengeksplor dan berpindah tempat. Tentunya mereka lebih suka mengontrak daripada mempunyai rumah permanen.

Untuk yang masih lajang, mungkin malah lebih enak kost. Cukup ngontrak sekamar, dengan properti minimalis, jadi kalau pindah tak perlu bawa barang yang banyak.


Tapi tentu berbeda yang sudah berkeluarga. Pindah kontrakan adalah sesuatu yang melelahkan dan penuh drama. Itu pernah saya alami saat Hadi kontraktor. Maksudnya mengontrak dari satu rumah ke rumah lain.

Apalagi, saat baru menikah, suami membeli perabotan dari jati yang besar dan berat. Dari dipan jati, almari jati, sampai meja kursi jati berukuran besar. Sampai satu kursi terbesar patah karena sering pindah dan dilempar saking berat nya.

Bisa dibayangkan, bagaimana ribetnya. Belum lagi ber kardus-kardus buku yang sangat berat.

Hingga terpikir untuk mengangsur KPR/BTN. Karena saat itu kalau nggak salah ada fasilitas bantuan DP rumah untuk PNS, namanya Bapertarum.

Tapi waktu itu, kebetulan saat melihat -lihat rumah di perumahan yang baru dibangun, ternyata DPnya lumayan mahal. Pokoknya tabungan kami tidak sampai segitu. Apalagi saat melihat -lihat perumahan, rasanya terlalu sempit.

Kalau suami yang biasa tinggal di hunian padat penduduk di Kota Surabaya, mungkin tinggal di perumahan adalah hal biasa. Tapi bagi saya yang biasa tinggal di desa dengan rumah yang luas dan halaman yang juga luas, tinggal di perumahan terasa sesak dan sulit bernafas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun