Suba manggala juga biasa disebut cucuk lampah, atau pembuka jalan.Â
Tetapi suba manggala yang berasal dari dua kata suba dan manggala terasa lebih halus.Â
Suba berarti tata krama atau tata susila.Â
Sedang manggala berarti pemimpin.
 Sehingga suba manggala diartikan sebagai pemimpin yang penuh tata krama.Â
" Punang Buceng Agung cumondhok ing sasana! "
Pranata acara mulai bersuluk ketika Tumpeng akbar atau buceng agung sudah tiba di tempat.Â
Acara dilanjutkan dengan sambutan Pranata acara, Pembacaan doa, dan sambutan bapak bupati,serta laporan kesiapan suba manggala melaksanakan acara larung Telaga Ngebel.Â
Dalam sambutannya, Bupati Ponorogo, Bapak Sugiri Sancoko antara lain menyatakan:
"Acara larung Telaga Ngebel ini dijadikan doa yang dikemas dalam budaya. "
"Doa yang dikemas teatrikal. Acara ini bisa dijadikan pemikat wisata. Jangan dianggap syirik. Sebab merupakan wujud kepatuhan pada Sangat Hyang Widi, Gusti Allah."
"Juga kepatuhan pada para pendahulu dan nenek moyang kita."
"Di Telaga Ngebel ada perahu, ada larung, ada water Fountain (air mancur menari), ada air,ada Telaga, itu harus dimanfaatkan! "
"Telaga Ngebel harus semakin moncer dan josss...! "
Setelah Bupati menyelesaikan sambutannya, dan suba manggala menyatakan siap memulai acara, larung Telaga Ngebel dimulai.Â