Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Ibu rumah tangga - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Peringkat 3 dari 4.718.154 kompasianer, tahun 2023. Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Koleksi Suamiku, Perpustakaan Favoritku, dan Perpustakaan Keliling di Alun-Alun Magetan

20 Mei 2022   09:55 Diperbarui: 23 Mei 2022   08:16 1640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi perpustakaan keliling. (sumber: balai.kompas.id)

Berbicara masalah perpustakaan tidak bisa lepas dari buku, meskipun di situ mungkin juga tersimpan dokumen sejarah, kaset, video, piringan hitam, dan benda-benda lain yang berhubungan dengan literatur. 

Saat ini, sejujurnya tidak ada satupun perpustakaan yang pernah saya kunjungi. Berbeda dengan waktu sekolah, saya termasuk pecandu buku. 

Bahkan sejak kecil, bapak sering sekali membelikan buku-buku bacaan, maupun membawakan buku yang ada di sekolahnya maupun di kantornya setelah berkantor di dinas pendidikan. 

Saya ingat, majalah yang akrab di dunia pendidikan anak-anak saat itu namanya Si Kuncung". Dengan tokoh favorit nya Dul Kamid yang menjadi tokoh sentral di salah satu cerita. 

Kemudian majalah Krida, dan beringin. Tapi yang ini biasanya yang saya baca cuma cerpennya.

Kemudian ada majalah berbahasa Jawa Panyebar Semangat  dan Jaka Lodhang, yang memuat kisah calon Arang sebagai komik yang menghiasi sampul belakang. 

Bahkan terkadang kalau raker atau berwisata, bapak juga membawakan oleh-oleh buku, selain makanan, cindera mata dan sebagainya. 

Ibu juga berlangganan Majalah Kartini, dan juga berlangganan Majalah Bobo untukku, dan Ananda untuk kakakku. Tapi kami baca semuanya, cuma untuk Majalah Bobo, aku yang mendapat kesempatan membaca pertama kali, sedang kakakku yang Ananda. 

Pokoknya sejak kecil kami sudah akrab dengan buku. Bahkan saya sering memborong buku di pasar loak saat mendapat uang saku lebih dari para saudara. 

Saat SD, sayangnya seingat saya, di sekolah perpustakaan nya tidak pernah dibuka dan dikelola. Barulah saat ada Pak Gun, guru Bahasa Indonesia yang baru, kami bisa memanfaatkannya. 

Perpustakaan Keliling di alun-alun Magetan (Dokpri)
Perpustakaan Keliling di alun-alun Magetan (Dokpri)

Bukan dipinjam bebas, tapi digunakan sebagai media pembelajaran dengan memberi tugas membuat sinopsis dari buku yang dipinjamkan. Satu anak, satu buku dan diberi waktu seminggu. 

Sebagai salah satu murid terpandang ( ndableg nya.... Hehehe). Saya diberi tugas memilih buku di perpustakaan untuk dibagikan pada teman-teman. Melihat buku cerita begitu banyak, saya yang haus bacaan tentu saja kemecer. Sehingga timbul ide nakal untuk meminjam buku banyak-banyak. 

Saya bagikan buku pada teman-teman, satu-satu. Tapi saya ambil 5 buku untuk kubaca dan kubawa ke rumah, meski yang dibuat sinopsis cuma satu. 

Saat pengembalian, Pak Gun bingung. Kok bukunya ada lebih 4 dari jumlah siswa. Akhirnya saya dengan takut-takut mengaku. Dan saya sempat didiamkan dan sepertinya saya kehilangan kepercayaan, mungkin dianggap murid yang curang. Tapi saat itu saya terlalu polos, jadi tidak merasa bersalah, sebab bukunya saya kembalikan semua.Eh... 

Saat SMP, perpustakaan sudah dibuka dan bukunya boleh dipinjam. Di samping itu juga buku-buku pelajaran tersedia di perpustakaan, sehingga bahan ajar berasal dari buku yang disediakan pemerintah, siswa tidak perlu membeli buku pelajaran, tapi dipinjami perpustakaan. 

Sampai SMA, saya suka meminjam buku di perpustakaan, tapi saya lebih suka membaca fiksi seperti roman dan novel. 

Siti Nurbaya, Salah Asuhnya Abdoel Moeis, Layar terkembangnya STA(Sutan Takdir Alisjahbana), dan buku-buku sastra, saya dapat dari meminjam di perpustakaan. 

Lain lagi saat kuliah, perpustakaan nyaris menjadi kunjungan wajib untuk mahasiswa kantong cekak yang kurang mampu beli buku. 

Setiap kali membuat laporan praktikum, untuk tinjauan Pustaka kami harus berburu bukunya di perpustakaan. Kadang berebut dan tidak kebagian. Kalau sudah begitu, pinjam laporan teman dan mengutip tinjauan pustakanya. Eh... Maklum darurat.

Saat sudah menikah, ternyata suami saya juga penggemar buku. Sepertinya kami pasangan yang cocok. Suami saya suka membeli buku. Sekali belanja bisa puluhan buku. Tapi karena kesibukannya, terkadang buku itu cuma dipajang. Tentu saja saya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas itu. Sepertinya saya lebih paham  isi buku yang memenuhi setiap sudut di rumahku, daripada suamiku. 

Dari ruang tamu yang penuh almari dan rak buku, juga bufet yang ada di ruang tengah, dan masih ada yang cuma disimpan di kardus karena belum punya tempat. Sayangnya suamiku merasa sayang kalau harus menyumbangkan buku-buku nya, mungkin takut tak terawat. 

Beberapa buku koleksi suamiku (dokpri)
Beberapa buku koleksi suamiku (dokpri)

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Saat minggu pagi jalan-jalan di sekitar alun-alun Magetan, kami bertemu Perpustakaan Keliling yang parkir di alun-alun sebelah timur. 

Meski koleksinya terbatas karena dibawa dengan mobil, terlihat banyak anak kecil yang antusias meminjam dan membaca buku-buku yang disediakan. 

Sayangnya saat itu kami tidak punya cukup waktu untuk meminjam dan membaca buku yang disediakan. 

Semoga suatu saat bisa bertemu dan mengulas lebih dalam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun