Mohon tunggu...
Istiqomah
Istiqomah Mohon Tunggu... Penulis Tapal Batas

Menulis harus fokus setajam sorot lensa📸 Kunjungi blog saya www.istiqomahasturlabi.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gaza, Tiada Hari Tanpa Doa dan Luka

7 Mei 2025   23:21 Diperbarui: 7 Mei 2025   23:21 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Baitul Maqdis Gaza Palestina. Sumber: Pixabay


Catatan Kemanusiaan dan Doa dari Jarak Jauh Untuk Palestina

Merdu. Bagaimana tidak, suara drone di langit-Gaza Palestina menjadi susunan not doremifasolasido. Saat saya asyik berselancar di IG, terdapat berita tentang guru yang mengajar dasar-dasar teori musik bernama Mohand Al Ashram. Ia tergabung dalam grup musik Melodies of Hope. Melihat potongan video itu, tampak raut wajahnya santai mengamati, mendengar harmoni nada yang berasal dari drone yang melintasi tepat di atas camp pengungsian mereka belajar.

Langit Gaza Palestina kian gelap, menyisakan debu dan air mata, tampak jasad-jasad membumbung ke udara dilihat pemimpin dunia tanpa perasaan bersalah.

Sedangkan, dibelahan dunia lainnya warga dunia memprotes keras, melakukan aksi demo dukungan untuk warga Palestina. Bahkan, ada aksi bakar diri dengan suka rela sebagai wujud keprihatinan atas diri mereka.

Kita semua melihat dari jauh tragedi ini, sudah lebih dari setahun, belum ada kepastian akan nasib yang mereka derita. Ketimpangan yang kian parah, naluri kekuasaan semakin buas dan realita kesewenang-wenangan pemangku jabatan demi ambisi kekuasaannya.

Sejarahnya yang Agung

Semakin jauh, saya mencoba untuk memetakan situasi Gaza itu seperti apa. Layaknya kepingan puzzle, Gaza menuntun kita semua mau tidak mau memahami politik yang melibatkan rakyat sipil.

Terdapat sumber menyebutkan, bahwa status kepemilikan tanah Gaza Palestina adalah tanah Kharajiyah (alwaie.net). Maksudnya adalah tanah ini menjadi milik muslim karena ditempuh dengan jalan damai atau perang. Namun, pada saat itu situasi kepemimpinan dipimpin oleh Khalifah Umar bin Khattab.

Ketika Kekaisaran Byzantium masih berkuasa di Yerussalem atau yang kita kenal sebagai Baitul Maqdis hari ini, rakyatnya mengalami penindasan yang keji. Khalifah Umarlah yang berjasa membebaskan mereka dari kezhaliman itu, lalu Uskup Sophronius selaku Kepala Pendeta Kristen Yerussalem wilayah Alea nama sebelumnya, menyerahkan kunci gerbang kepada Amirul Mukminin Umar bin Khattab (Minanews.net)

Setelah itu diadakan sebuah perjanjian, dinamakan sebagai perjanjian umariyah. Isinya cukup panjang, yang patut di garis bawahi adalah  isinya yang berbunyi:

"Adapun orang-orang Yahudi, tidak diperkenankan tinggal bersama mereka (orang-orang Kristen) di Yerussalem. Ini adalah permintaan mereka sendiri penduduk Yerussalem, karena penduduk Yerussalem membenci Yahudi"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun