Mohon tunggu...
Istanti Surviani
Istanti Surviani Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumah tangguh yang suka menulis

Purna bakti guru SD, traveler, pejuang kanker

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Tuhan, Ijinkan Cinta dan Kasih Sayang Kami Sehidup Sesurga

14 Februari 2023   23:57 Diperbarui: 15 Februari 2023   00:00 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bukan Kasih Sayang yang Memihakmu, Tetapi Tuhan yang Memilihmu untuk Aku Kasih Sayangi. Ilstrasi: Pinterest

         Fenomena kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) banyak terjadi di kalangan awam maupun publik figur. Semua rumah tangga memang ada ujiannya. Ekonomi, kesetiaan, intervensi keluarga, anak-anak, dll. Sebenarnya bukan masalah ujiannya, ya! Tetapi, lebih pada bagaimana kita bisa mencari jalan keluar atas permasalahan tersebut. Karena, banyak juga koq rumah tangga yang say no to KDRT, rukun-rukun saja, dan bertahan sampai akhir.

          Bersyukur hingga saat ini aku bisa menapaki usia pernikahan menjelang 27 tahun. Rasanya baru kemarin aku berkenalan dengan Yayang Bebeb yang menjadi bapak dari dua anak perempuanku ini. Lima bulan kenalan langsung lamaran. Lima bulan berikutnya menikah. Ternyata nggak pakai ribet kalau sudah jodoh, tuh!

          Sayangnya, antiribet bukan berarti nggak ada masalah ya, dear! Aku dan suami pernah sama-sama di-PHK dan harus mulai lagi dari nol selama lima  tahunan, divonis mengidap kanker payudara, juga bisnis tipu-tipu oleh teman sendiri.

            Lalu, apa yang membuat relasiku dan suami bisa bertahan tanpa KDRT sampai sejauh ini?

1. Niat. Aku menerima pinangan suamiku karena jawaban atas pertanyaan kenapa mau menikahiku. Katanya untuk menyempurnakan sebagian ibadah kepada Allah SWT, Tuhan Yang Mahaesa. Tidak ada alasan bagiku untuk menolak niat baiknya. Maka, dia adalah lelaki yang Allah ciptakan untuk menjadi pasangan hidupku. Apalagi dia dapat menjalin hubungan baik dengan keluargaku. Kehadirannya tentu disambut dengan baik oleh ayah, ibu, dan adik-adikku. Niat ibadah ini yang menyelamatkan rumah tanggaku dari duri-duri yang menghalangi. Niat ini pula yang membuat kami semangat membangun taman-taman surga di rumah masa kini dan masa depan. Sehingga, segala masalah lebih mudah diatasi karena dikembalikan lagi dengan niat awal berumah tangga.    

2. Menyadari kekurangan diri dan fokus pada kelebihan pasangan. Dulu tuh aku paling jeli dengan kekurangan suamiku dan lupa kekurangan diri sendiri. Padahal kekurangan diriku jauh lebih banyak dibandingkan dengan kekurangan suamiku. Aku yang cerewet sering emosi nggak ada jeruntungannya. Rumah kotor dikit, wawa-wewe. Gelas pecah, marah-marah. Pecah juga suaraku macam konser musik rock and roll atau orkes dangdut di kondangan. Aku kalau ngambek tahan lama nggak ketulungan. Namun, suamiku tidak membalas dengan hal serupa. Tak pernah sekali pun melakukan kekerasan fisik padaku. Stok sabarnya selalu ada. Kelebihan inilah yang terus kuingat agar aku bisa mengontrol diri dan merasa beruntung. Karena, di luar sana banyak istri yang dikasari suami bahkan ditelantarkan.

3. Saling menghargai. Contoh sederhana adalah masalah panggilan masing-masing pasangan. Usia suamiku lebih tua 5 lima tahun dariku. Merasa sudah menjadi milikku, dengan santai aku memanggilnya dengan sebutan "Kamu". Wow, ternyata suamiku nggak suka dengan panggilan itu. Benar juga, sih! Kalau aku jadi dia juga nggak suka di-kamu-kamu. Merendahkan sekali kesannya. Sejak itu sampai sekarang aku memanggilnya Papah. Contoh lainnya kami mencoba adil terhadap keluarga besar kami masing-masing. Kalau mudik lebaran tahun ini di rumah mertua, tahun depannya di rumah orang tuaku. Bergantan tiap tahun. Berbagi rezeki juga diusahakan adil sesuai dengan kebutuhan keluarga besarku dan keluarga besar suamiku. Kalau sudah berusaha adil kan nggak perlu ribut-ribut lagi.

3. Meremajakan cinta. Cinta dalam rumah tangga itu seperti tanaman yang harus dirawat,  Ia perlu diairi, dipupuk, disiangi, dan diobati hama serta penyakitnya agar bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Tanaman yang menghijau dan sedap dipandang mata membuat siapapun ingin berdekatan dengannya, karena dapat memberi kesejukan dan kebahagiaan. Bagaimana caraku meremajakan cinta? Masak bareng sambil ngobrolin hal-hal ringan yang membuat kita tertawa. Saling memuji juga penting. "Mama tuh makin cantik ya kalau nggak judes," kata suamiku sembari senyum. Nggak jadi naik darah dong aku dipuji kaya gitu. Lha, judesnya saja cantik. Kalau nggak judes ya makin cantik. Hehehe. Atau jalan-jalan sambil bergandengan tangan ke mal di sebelah rumah sakit setelah beres terapi atau kontrol. Cinta dan bahagia sampai ke ulu hati ini menjadi penangkal bagi KDRT.

4. Rida suami. Dalam keyakinan agamaku, rida suami bisa mengantarkan seorang istri ke surga. Jelas aku ingin surga, dong! Maka, aku berusaha untuk melakukan segala sesuatu berdasarkan keridaan suamiku. Jika suamiku rida maka kasih sayangnya akan bertambah-tambah padaku. Dulu, suamiku pernah tidak mengijinkanku pergi ke luar kota reunian dengan teman-teman.  Aku maksa berangkat. Ternyata di sepanjang perjalanan aku galau, takut kenapa-napa. Takut pulangnya dimarahi juga. Sejak itu, aku selalu minta ijin atau berdiskusi dengan suami bila hendak bepergian. Rasa terima kasihku terbesar pada suamiku adalah saat dia rida menerima takdirku menjalani perawatan kanker payudara. Sementara ada istri yang ditinggal suaminya karena penyakit ini, aku justru didampingi dan dirawat sedemikian rupa oleh suamiku. Rasa cinta dan kasih sayangnya makin menggunung. Dia adalah obat manjurku untuk sembuh.

          Lima hal di atas berusaha kujaga sekuat tenaga dan jiwa. Maka, tiada bulan tanpa bulan kasih sayang. Bahkan setiap pekan, setiap hari, setiap jam, setiap menit, dan setiap detik berasa penuh kasih sayang. KDRT buang jauh ke laut. Tuhan, ijinkan kami bisa sehidup sesurga.

          Ini caraku membina relasi agar terhindar dari kekerasan domestik. Bagaimana denganmu, kawan kompasianer? Ayo, kita berbagi cerita!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun