Pegalaman pahit tidak  membuat PT Istaka Karya (Persero) lemah. Malah justru sebaliknya,  pengalaman tidak sedap yang pernah menimpanya itu, dijadikan sebagai  tonggak perubahan manajemen perusahaan milik pemerintah ini. Mereka  optimis menjadi perusahaan yang kokoh, terpercaya dan gemilang di bidang  industri konstruksi Indonesia
Jika Tuhan YME berkehendak, apapun bisa terjadi. Ibarat sudah dimasukkan ke kamar mayat, di luar dugaan bisa hidup lagi. Kun Fayakun, yang terjadi, maka terjadilah. Kira-kira begitulah alur gambaran kisah  yang pernah menyelimuti PT Istaka Karya. Perusahaan plat merah yang  sebelumnya dinyatakan pailit oleh para debitornya, siapa sangka malah  bisa beroperasi kembali. PT Istaka Karya yang dikomandani Ir. Sigit  Winarto, M.T., selaku Direktur Utama, mampu melepaskan diri dari  berbagai masalah rumit yang sempat melilitnya.
Belajar dari pengalaman pahit yang pernah menyambanginya itu, sejak  Juli 2017 PT Istaka Karya mengembangkan konsep perubahan di dalam tubuhnya. Langkah ini harus segera mereka lakukan, karena dewi  keberuntungan tidak akan pernah hadir dua kali.
Langkah perubahan itu mereka sebut Transformasi Istaka. Transformasi  di sini adalah melakukan proses perubahan secara bertahap untuk bisa mencapai semua unsur yang dikehendaki. Perubahan yang dilakukan dengan  cara memberi respons terhadap pengaruh unsur eksternal dan internal yang  akan mengarahkan perubahan dari bentuk yang sudah dikenal sebelumnya  melalui sebuah proses. Dengan demikian, diyakini mampu melahirkan wajah  baru PT Istaka Karya (new concept & new spirit Istaka) sebagai  perusahaan yang maju di bidang industri konstruksi di Indonesia, serta  mampu menggapai visi dan misi yang mereka emban, yaitu mampu mewujudkan  sebagai perusahaan yang kokoh dan terpercaya.
Unsur visi dan misi ini tak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya.  Keduanya harus berjalan selaras agar mampu mewujudkan perusahaan  sebagai pencetak laba dan agen pembangunan di Indonesia melalui berbagai  produk yang berkualitas.
"Tanpa transformasi, saya kira Istaka Karya tidak akan mampu bangkit,  maju dan berkembang," tegas Direktur Utama PT Istaka Karya Ir. Sigit  Winarto, M.T.
Diakui pria kelahiran Jakarta 1968 itu dalam melakukan transformasi  tersebut ada tiga bidang yang menjadi target atau sasaran. Pertama,  transformasi untuk sistem produksi. Kedua, transformasi untuk sistem  manajemen keuangan dan ketiga, transformasi untuk sistem manajemen  Sumber Daya Manusia (SDM).
"Semua ini dilakukan secara serentak, kemudian kita bungkus dalam  visi dan misi Istaka Karya dan sebagai budaya perusahaan yang baru",
Dengan kebangkitan baru ini, diyakini tidak akan ada lagi celah keraguan yang menutup ruang eksistensi PT Istaka Karya.
Sekarang, dari sisi teknologi konstruksi mereka mengembangkan konsep  informasi teknologi terbaru, memanfaatkan internet dan media penyebaran  informasi lainnya.
" Dari sisi permodalan pun tidak  perlu diragukan lagi. PT Istaka Karya saat ini memiliki modal cukup  secara terus menerus, serta memperkuat permodalan untuk mendukung  pendanaan proyek sesuai dengan gridnya, baik modal sendiri, pinjaman  dari bank maupun bantuan rekanan dan investor perusahaan ",
Kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) perusahaan, mayoritas kontraktor  memiliki pengalaman perusahaan di atas 5 tahun dengan pagu miliaran dan  keahlian kontraktor dalam infastruktur serta transportasi.