Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mudik Gratis Ulang-alik Versi Isson Khairul (1 of 2)

26 Juni 2017   02:13 Diperbarui: 14 Juli 2017   00:09 820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk pertama kalinya, tahun 2017 ini, saya ikut mudik gratis yang diadakan Kementerian Perhubungan. Rute yang saya pilih: Jakarta-Wonogiri. Meski mudik ke Wonogiri, saya shalat Ied di Jakarta. Lha, piye? Kok bisa?

Saya menyebut mudik ini adalah mudik ulang-alik. Artinya, mudik sekali tancap, dalam waktu singkat, dengan beberapa moda sekaligus. Perjalanan saya mulai pukul 11.00 WIB, hari Kamis (22/06/2017), dari Pantai Karnaval Ancol, Jakarta Utara. Saya hanya warga biasa, bukan siapa-siapa, tapi entah kenapa admin Kompasiana menawarkan ikut mudik gratis yang diadakan Kementerian Perhubungan (Kemenhub).

Serentak Bersama 231 Bus
Hari itu, ada 231 bus yang memenuhi area Pantai Karnaval. Dari pantauan saya, bus yang digunakan untuk mudik gratis ini adalah bus pariwisata. Bukan bus umum yang melayani rute regular. Bus itu mewah, dengan seat 2-2, dan full pendingin tentunya. Tapi, tidak ada toilet dan tidak ada smoking area. Saya pikir, ini akan menimbulkan masalah. Bagaimana mungkin bus untuk perjalanan jauh tapi tidak ada fasilitas toilet? Ndak ngudut bisa ditahan, tapi nahan pipis... oalaaaahhhh!

Total pemudik dalam bus yang saya tumpangi 50 orang, 15 orang di antaranya anak-anak. Tak ada ingar-bingar tangis anak sepanjang perjalanan. Ini indikator bahwa perjalanan mudik itu menyenangkan. Buktinya, anak-anak tidak rewel. Mereka bermain, bercanda, lantas tertidur pulas. Saya dan beberapa pemudik tetap berpuasa. Sebagian sudah tancap lahap, hingga aroma mie instant benar-benar menjadi godaan yang mengasyikkan.

Tiap bus yang digunakan untuk mudik gratis bersama Kementerian Perhubungan tahun 2017 ini, sudah diperiksa kelayakannya. Itu ditandai dengan stiker yang ditempel di kaca depan. Ini bagian dari upaya Kemenhub untuk meningkatkan keselamatan para pemudik. Foto: isson khairul
Tiap bus yang digunakan untuk mudik gratis bersama Kementerian Perhubungan tahun 2017 ini, sudah diperiksa kelayakannya. Itu ditandai dengan stiker yang ditempel di kaca depan. Ini bagian dari upaya Kemenhub untuk meningkatkan keselamatan para pemudik. Foto: isson khairul
Menjelang pukul 13-an, mulai terasa ingin pipis. Bus terus berlari kencang, sementara Adele di layer televisi membawa saya menerawang jauh: Never mind, I'll find someone like you. I wish nothing but the best for you two. Don't forget me, I beg, I remember you said. Belum ada tanda-tanda Pak Supir mau masuk ke rest area. Dan, yang agak bikin jengkel, beberapa rest area yang kami lalui sudah dalam kondisi full. Tidak boleh lagi kendaraan masuk. Baru pada pukul 15.13 WIB, bus meluncur ke rest area KM 166 Tol Cipali.

Berbuka Selepas Brexit
Jalan tol benar-benar lancar jaya. Tak ada kemacetan. Pemudik yang duduk di sebelah saya bergumam, "Kurang sensasi nih mudiknya. Gak ada macet-macetnya." Dalam hati, saya bersyukur, kolaborasi Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, dengan Basuki Hadimuljono, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Rudiantara, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), dan dengan Kapolri Tito Karnavian, tokcer ya mengurai kendaraan para pemudik.

Sehari sebelumnya, pada Rabu (21/06/2017), saya membaca di sejumlah media, ada antrean panjang di pintu gerbang tol Palimanan, mencapai 14 kilometer. Mobil berjalan perlahan karena padatnya kendaraan. Antrean kendaraan itu mulai terjadi sejak KM 174. Namun, ketika bus yang saya tumpangi melewati gerbang tol Palimanan pada Kamis (22/06/2017) sore, lancar-lancar saja. Barangkali petugas di lapangan sudah mengambil langkah preventif.

Pintu gerbang tol Palimanan pada Kamis (22/06/2017) sore. Semua berlangsung normal, tidak ada penumpukan kendaraan. Meski sehari sebelumnya diberitakan terjadi kemacetan panjang, tapi dengan tangkas petugas lapangan langsung mengambil langkah untuk mengurainya. Foto: isson khairul
Pintu gerbang tol Palimanan pada Kamis (22/06/2017) sore. Semua berlangsung normal, tidak ada penumpukan kendaraan. Meski sehari sebelumnya diberitakan terjadi kemacetan panjang, tapi dengan tangkas petugas lapangan langsung mengambil langkah untuk mengurainya. Foto: isson khairul
Menjelang pintu gerbang tol Brebes Timur, waktu berbuka tiba. Saya membuka snack box yang tadi dibagikan kondektur saat keberangkatan di Pantai Karnaval Ancol. Ada dua potong roti dan dua gelas air mineral. Hmmm, bagi saya, ini lebih dari cukup untuk berbuka puasa. Bus pun bergerak melalui jalan non-tol. Memasuki wilayah Pekalongan dan Batang, baru deh terasa sensasinya. Jalanan padat dan asli macet. Saya balik bergumam ke pemudik yang duduk di sebelah saya, "Akhirnya dapat juga ya sensasinya."

Hujan, Macet, dan Lapar
Menghadapi hujan dan macet yang berkepanjangan, ternyata dua potong roti berbuka tadi tidak lagi memadai. Cacing-cacing di perut mulai berontak. Keinginan untuk pipis pun timbul. Oalaaaah! Anak-anak mulai menyuarakan kerewelan mereka. Sensasi mudik pun terasa komplit. Ditambah lagi, Pak Supir memuaskan selera asalnya dengan Colak-Colek. Rupanya dangdutan itu salah satu upaya si supir untuk mengusir kejengkelannya menghadapi macet. Sebaliknya, kejengkelan saya justru bertambah. Hehehe.

Baru di Kendal, di salah satu pom bensin, bus memasuki masa istirahat. Pelataran basah oleh hujan. Kami berebut turun untuk memburu toilet. Jiaaaaaahhh, antreannya mantap banget. Apa boleh buat, tak ada pilihan lain. Habis itu, saya mencari sesuatu yang bisa dikunyah-kunyah. Kasihan tuh cacing-cacing, sudah kalang-kabut. Dengan gerak cepat, saya penuhi hasrat para cacing itu. Pemudik lain tampaknya juga demikian.

Akhirnya, pemudik pun tiba di Terminal Wonogiri dengan selamat. Koordinasi Kementerian Perhubungan dengan sejumlah pihak terkait, telah menyamankan para pemudik berlebaran di kampung halaman. Ini bagian dari upaya Kementerian Perhubungan memfasilitasi para pemudik, agar perjalanan musik menjadi asyik. Foto: isson khairul
Akhirnya, pemudik pun tiba di Terminal Wonogiri dengan selamat. Koordinasi Kementerian Perhubungan dengan sejumlah pihak terkait, telah menyamankan para pemudik berlebaran di kampung halaman. Ini bagian dari upaya Kementerian Perhubungan memfasilitasi para pemudik, agar perjalanan musik menjadi asyik. Foto: isson khairul
Hanya 15 menit kami istirahat di pom bensin tersebut. Supir pun langsung tancap gas. Selanjutnya, saya tak paham apa yang terjadi, karena saya langsung zzzzzzzzz. Bangun-bangun, sudah sampai di Semarang. Hari telah berganti. Saya pikir akan ada istirahat lagi untuk makan sahur. Eh, ternyata bus langsung masuk tol, langsung meluncur ke arah Wonogiri. Ya, sudahlah. Saya pun tidak sempat tadi membeli bekal untuk sahur. Zzzzzzz lagi aja.

Turun Bus, Ambil Motor
Pukul 04.00 WIB dini hari, bus memasuki Terminal Wonogiri. Artinya, sepanjang Jakarta-Wonogiri, hanya dua kali istirahat. Normalkah ini? Saya tidak tahu, karena saya baru pertama kali ini ikut mudik gratis. Pelataran terminal basah, tapi hujan sudah berhenti. Para pemudik yang sudah mengirimkan sepeda motor, tinggal mengambilnya di salah satu bagian terminal. Langkah Kemenhub ini patut kita apresiasi, karena motor pemudik diangkut dari Jakarta ke Wonogiri dengan truk, sementara pemudiknya diberangkatkan dengan bus pariwisata. Semua gratis tis.

Pemudik yang ada sepeda motor membawa serta helm dari Jakarta. Jadi, setelah mengambil motor, langsung tancap ke rumah masing-masing. Artinya, mereka tidak harus motoran dari Jakarta ke Wonogiri, tapi cukup dari terminal ke rumah saja. Ini adalah upaya Kemenhub untuk mengurangi tingkat kecelakaan di jalan raya. Maklum, dari beberapa tahun terakhir, pemudik yang menggunakan sepeda motor jarak jauh kerap mengalami kecelakaan. Nanti, pada Kamis (29/06/2017), motor mereka kembali ke Jakarta dengan truk dan mereka pun kembali menikmati perjalanan dengan bus pariwisata. Sekali lagi, semua gratis tis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun