Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

[Earth Hour 2016] Matikan Lampu pada Sabtu, 19 Maret 2016, Pukul 20.30-21.30

19 Maret 2016   14:06 Diperbarui: 19 Maret 2016   17:07 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akibat lanjutannya, tentulah warga akan menggunakan pompa air dengan kapasitas yang lebih besar, karena sumber air makin dalam. Dengan sendirinya mereka juga akan menggunakan listrik yang lebih besar pula. Maka, yang terjadi kini, warga serta kalangan industri di Yogyakarta, berlomba-lomba untuk memperebutkan air tanah. Otomatis, juga terus bertambahnya penggunaan listrik. Artinya, terkikisnya nilai-nilai kejujuran tersebut, telah membengkakkan penggunaan daya listrik. Dalam hal ini, kita melihat bahwa spirit untuk merawat bumi, belum sepenuhnya menjadi spirit bersama warga dan pihak berwenang di Yogyakarta.

[caption caption="Upaya Melestarikan Indonesia sama dan sebangun dengan spirit untuk senantiasa merawat bumi yang kita cintai ini. Kepada netizen yang hadir, penyelenggara acara memberikan sebatang bibit pohon srikaya. Ini simbol untuk mengingatkan agar kita senantiasa menghijaukan bumi dengan tanaman berguna. Bermanfaat pohonnya, terjaga pula lingkungan yang kita diami. Foto: isson khairul "]

[/caption]Selaras Alam Sri Manganti

Pada saat beban puncak, penggunaan listrik yang dikelola PLN DIY mencapai 410 Mega Volt Ampere (MVA). Memang, ketersediaan daya listrik dari PLN DIY masih cukup, karena pasokan listrik yang tersedia mencapai 710 MVA. Namun, dalam konteks emisi karbon yang merupakan penyebab utama pemanasan global, realitas tersebut tentulah tidak kondusif. Andai saja nilai-nilai kejujuran bisa dijaga, tentulah penurunan permukaan air tanah di Kota Yogyakarta dan sekitarnya, tidak sampai 4 meter. Warga pun cukup menggunakan pompa skala kecil saja, yang kapasitas listriknya pun rendah. Dengan demikian, industri serta warga secara bersama-sama menjaga bumi, mengacu kepada Memayu Hayuning Bawono.

Kandungan nilai-nilai luhur tentang kehidupan dari kebudayaan Jawa yang diingatkan Sri Sultan Hamengku Buwono X tersebut, lengkapnya: Memayu Hayuning Bawono, Ambrasto dur Hangkoro. Terjemahan bebasnya, manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan, dan kesejahteraan, serta memberantas sifat angkara murka, serakah, dan tamak. Dalam konteks menyedot air tanah secara berlebihan serta menggunakan daya listrik di luar batas kewajaran, tentulah bertentangan dengan kandungan nilai-nilai tersebut. Maka, ngobrol santai tentang lingkungan bersama Sri Sultan Hamengku Buwono X pada Selasa (15/03/2016) sore di Bangsal Sri Manganti itu, terasa sungguh relevan.

Acara sore itu dibingkai dengan tema Melestarikan Indonesia. Earth Hour Indonesia bekerja sama dengan OBSAT, sebuah program diskusi dari situs Beritagar.id, bertindak sebagai penyelenggara. Mereka memilih Kraton Yogyakarta sebagai tuan rumah. Ini pilihan yang tepat, karena Sri Sultan Hamengku Buwono X memang sejak awal sangat mendukung aktivitas yang berpihak pada pelestarian lingkungan. Dalam penyediaan energi pun, Sri Sultan mengedepankan sumber energi yang ramah lingkungan. Pada Kamis (11/2/2016) lalu, di Nusa Dua, Bali, Sri Sultan menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Direktur Utama Medco Inti Dinamika, Hilmi Panigoro, Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Unggul Priyanto, dan Direktur Utama Len Industri, Abraham Mose, untuk membangun pusat unggulan pembangkit listrik tenaga surya di Indonesia.

Untuk kebutuhan tersebut, Sri Sultan Hamengku Buwono X, yang juga merupakan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), telah menyediakan lahan seluas 270 hektar di Kecamatan Rongkop, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebelumnya, di Kabupaten Bantul, juga dibangun proyek  Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Bantul. Proyek listrik tersebut diresmikan oleh Presiden Joko Widodo di Pantai Samas, Bantul, Yogyakarta, pada Senin (4/5/2015). Bantul menjadi daerah pertama di Indonesia yang mempunyai pembangkit listrik tenaga bayu. Pembangkit listrik ini diperkirakan mampu menghasilkan energi sebanyak 50 megawatt. Spirit selaras bersama alam pada Selasa (15/03/2016) sore di Bangsal Sri Manganti tersebut, sungguh terasa kuat.


Oleh: isson khairul (id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1/ - dailyquest.data@gmail.com)

Jakarta, 19 Maret 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun