Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature

Pencemaran Sungai: Dari Ciliwung Hingga Sungai Seine

4 Oktober 2011   01:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:22 1734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Ciliwung, Cisadane, dan Bengawan Solo adalah bagian dari potret rusaknya sungai-sungai di negeri ini. Tentu saja diperlukan langkah besar dengan jangka waktu yang cukup panjang untuk membenahinya agar kondisi air sungai-sungai tersebut layak sebagai bahan baku air minum. Jika kondisi ini dibiarkan berlarut-larut dan pencemaran terus meningkat, maka bukan tidak mungkin ikan-ikan yang hidup di sana akan mati seperti yang pernah terjadi di Seine. Itu otomatis juga membahayakan bagi kesehatan masyarakat yang menggunakan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari.

Pembenahan secara menyeluruh tentulah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, sebagaimana diberitakan www.klik-galamedia.com, Selasa, 15 Maret 2011, Gubernur Minta Dana Rp 3 Triliun, meminta pemerintah pusat mengalokasikan anggaran tiga daerah aliran sungai (DAS) Citarum, Ciliwung, dan Cisanggarung sekitar Rp 3 triliun per tahun. "Untuk mengimplementasikan hal ini, kami terus berkoordinasi dengan pemerintah pusat, karena yang berwenang mengurusi masalah sungai adalah pusat," katanya.

Pernyataan Gubernur tersebut membuat saya menghela nafas panjang. Bukan pesimis tapi saya pikir akan membutuhkan waktu yang lama untuk tersedianya dana sebanyak itu. Apalagi saat ini para politisi sedang konsentrasi penuh ancang-ancang menyambut Pemilu 2014. Jadi, boro-boro mereka memikirkan pencemaran sungai. Meski begitu, bukan berarti tak ada yang bisa dilakukan masyarakat untuk mengurangi pencemaran sungai tersebut.

Tanpa menunggu pemerintah, masyarakat sangat bisa berperan besar mengurangi pencemaran sungai. Salah satu yang utama adalah tidak membuang sampah ke sungai. Ini membutuhkan kesadaran dari semua elemen masyarakat untuk sama-sama menjaga kebersihan sungai. Konsekuensinya, masyarakat harus mencari alternatif pengelolaan sampah yang selama ini mereka buang ke sungai.

Dalam hal ini, agaknya dibutuhkan hadirnya tokoh-tokoh masyarakat sebagaimana halnya seorang budayawan Y.B. Mangunwijaya menggerakkan masyarakat Yogya membenahi Kali Code. Mangunwijaya adalah pastor kelahiran Ambarawa, Jawa Tengah, 6 Mei 1929, dan kini sudah tenang di pembaringan Tuhan sejak 10 Februari 1999. Di tahun 1970-an, sungai yang membelah kota Yogya itu penuh dengan sampah rumah tangga hingga airnya sama sekali tak bisa dimanfaatkan. Langkah pertama yang dilakukan oleh Romo Mangun adalah mendekati, dan memahamkan warga yang menghuni bantaran Kali Code, agar tidak membuang sampah sembarangan. Romo Mangun rela tinggal di bantaran kali untuk memberi contoh kepada warga tentang bagiamana menjaga kali. Hasilnya adalah Kali Code menjadi bersih, indah, dan menjadi lokasi wisata alam yang menyenangkan dan menghasilkan nilai budaya, serta ekonomi warganya. Sejak saat itu, banyak turis lokal, nasional, dan internasional berkunjung menikmati indahnya alam Kali Code.

Sebagai penutup catatan ini, saya kutipkan petikan tentang Romo Mangun dan Kali Code sebagaimana diberitakan Koran Jakarta, 21 Januari 2010, Belajar dari Romo Mangun:


Begitulah, Kampung Code Utara yang pada 1984 dihuni 35 keluarga kini dihuni oleh 54 KK. Dengan 200-an jiwa, peninggalan Romo Mangun secara kasat mata bisa kita lihat rumah-rumah susun yang terbuat dari bambu yang dicat warna-warni, balai warga yang berarsitektur unik, tempat bermain, dan maket-maket Romo Mangun yang tersimpan di Museum Romo Mangun.

Tapi, kita akan gagal mengerti, kalau hanya melihat kerapihan bangunan, jalanan kecil yang rapi dan bersih, mengenai apa yang diupayakan Romo Mangun sepanjang hidupnya di Code. Kali Code, dan bagaimana masyarakat bersama Romo Mangun dan aktivis-aktivis sosial lain di sana, memberi inspirasi kepada kita semua mengenai bagaimana seharusnya bekerja melawan kemiskinan.

04-10-2011

isson khairul

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun