Mohon tunggu...
Isriyati
Isriyati Mohon Tunggu... Lainnya - Pembaca dan penulis

Seseorang yang menggemari membaca komik Jepang (manga), menyenangi merangkai kata menjadi tulisan, menyukai jalan-jalan, dan mencintai warna oranye

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dan Tangisnya pun Pecah...

29 Mei 2020   00:11 Diperbarui: 29 Mei 2020   00:38 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tak lama, sang khatib berdiri dan menuju mimbar. Mengumandangkan takbir, dan diikuti para makmum. Beliau lalu membacakan khotbahnya.

Isi khotbahnya singkat. Sepertinya sudah disusun terlebih dahulu, atau mungkin isinya dibuat seragam di seluruh pelosok. Hal itu nampak dari cara sang khatib menyampaikan isi khutbah yang seperti membaca. Sempat sesekali beliau salah kata dan mengulanginya kembali.

Isi khotbahnya sederhana. Tentang Ramadan bulan penuh perjuangan, tentang Syawal sebagai hari kemenangan, tentang ajakan untuk memperbaiki hubungan dengan sesama, dan tentang ajakan menjaga kualitas keimanan sampai Ramadan berikutnya.

Aku melihat sekitar.

Meski tahu di tengah pandemi, tapi semuanya menyimak dengan baik apa yang disampaikan khotib. Wajah mereka tampak ada rona kebahagian dan ada pula yang tampak kesedihan. Terlihat dari sorot matanya meski terhalang masker.

Sang khatib mulai berdoa. Serta merta seluruh peserta salat mengangkat tangannya. Doanya sederhana. Tentang pengampunan, keselamatan dunia dan akhirat, dan doa agar terbebas dari pandemi. Selesai.

Aku melihat sang khatib belum turun dari mimbarnya meski rangkaian khutbah telah usai. Beliau diam beberapa saat.

"Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, saya mengucapkan permohonan maaf yang sedalam-dalamnya atas segala kesalahan yang pernah saya perbuat, baik disengaja maupun tidak disengaja. Baik ketika saya sebagai ketua masjid, maupun ketika saya memimpin jamaah, maupun dalam bermasyarakat."

Suaranya terdengar bergetar. Dan tangisnya pun pecah.

"Saya mohon agar dimaafkan semua kesalahan saya dan keluarga saya, terutama diri pribadi saya ini yang banyak alpa, lupa dan dosa. Saya tidak bisa apa-apa tanpa Bapak dan Ibu, saya hanya makhluk kecil di tengah luasnya semesta milik Allah. Saya yakini bahwa saya memiliki banyak kekurangan, banyak khilaf, banyak dosa kepada Bapak dan Ibu.

Allah tidak akan mengampuni dosa-dosa saya kalau saya tidak dimaafkan oleh Bapak dan Ibu. Pada kesempatan ini, saya benar-benar minta maaf atas semua perbuatan saya. Saya sangat berterima kasih jika dosa-dosa saya dimaafkan oleh Bapak dan Ibu"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun