Mohon tunggu...
isnani rachmawati
isnani rachmawati Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru pembelajar

Seorang ibu rumah tangga yang juga seorang guru dan senang jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Bahasa Gayo

5 September 2022   12:48 Diperbarui: 5 September 2022   13:01 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BAHASA GAYO

Bahasa Gayo adalah bahasa pengantar terbesar kedua di Provinsi Aceh. Ini berkaitan dengan jumlah masyarakat Gayo yang merupakan suku terbesar ke dua di provinsi paling barat di Indonesia ini. 

Penyebarannya pun kian meluas seiring persebaran masyarakat Gayo itu sendiri. Bahkan ada sekitar 42 kosakata dalam bahasa Gayo yang sudah masuk dalam KBBI (Rajab Bahry, 2015: 5).

Bahasa Gayo seperti seperti yang diungkapkan Isma Tantawi dan Buniyamin (2015: 14) memiliki dua dialek yang berkembang di masyarakat yaitu dialek Gayo Lues dan dialek Gayo Lut (Aceh Tengah dan Bener Meriah). 

Tabel berikut menunjukkan beberapa perbedaan antara keduanya:

No

Dialek

Arti

Gayo Lues

Gayo Lut (Gayo Takengon)

1

Kuhi

Kusi

Darimana

2

Poen

Jantar

Sayur

3

Gaib

Gib

Jauh

4

Iken

Gule

Ikan

5

Cenol

Cenul

Cendol

6

Pien

Sidah

Berapa

7

Etek

Ipak

Anak perempuan

Dalam penggunaannya, bahasa Gayo memiliki aturan yang cukup ketat. Banyak kosakata yang tidak boleh diucapkan kepada orang-orang tertentu yang memiliki hubungan kekerabatan maupun jenis kelamin yang berbeda.

Misalnya saat buang air, kita tidak boleh mengatakan moncos yang artinya kencing. Kata moncos bisa diganti dengan buang air.

Sebaliknya, ada kosa kata yang bermakna sangat halus seperti pada bahasa Jawa kromo. Contohnya kata benasa dianggap kasar maka diganti dengan ulak ku Tuhen yang artinya meninggal dunia.

Bahasa Gayo masih kental digunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, terutama di daerah pedesaan. Sebaliknya, masyarakat di kota lebih suka menggunakan bahasa Indonesia dalam pergaulan sehari-hari, terutama pada masyarakat yang melaksanakan kawin campur ataupun masyarakat asli dengan pendatang.

Penggunaan bahasa Gayo masih tetap lestari karena masyarakat masih menjunjung tinggi terutama dalam kegiatan seni dan budayanya. Berikut contoh penggunaan bahasa Gayo dalam Didong (syair yang berisi cerita dan nasehat):

Ge ilen ara langit, ge ilen ara bumi.

Ge ilen ara aras, ge ilen ara kursi.

Awal serule, asal linge.

Bertirun ku rembege, berusihen ku senge munge.

Kunulku nge tersesuk, berdilem tajuk.

Sesukku nge terdiri, bertajuk renggali terjali tabi.

Tabimi mulo langit, si tentang kujunjung.

Seringkel payung, kire tenes ku ruje jerake.

Maafmi mulo bumi, si kujejak.

Seringkel tapat, kire tenes ku batu ampare.

(anonim dituliskan kembali oleh Isma Tantawi dan Buniyamin, 2015: 23).

Tulisan ini merupakan bagian dari Buku Berjudul Gayo Lues: Keunikan tersembunyi di Kaki Gunung Leuser, karangan Isnani Rakhmawati dan Rohmad Ari Wibowo (2021)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun