Mohon tunggu...
ISNA KHOLIFAH
ISNA KHOLIFAH Mohon Tunggu... Mahasiswa Aktif S1 Pendidikan Matematika Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Halloo Sobat Kompasianer! Saya Isna, seorang penulis pemula yang dari dulu senang sekali dengan dunia pendidikan dan walaupun saat ini saya sedang menempuh pendidikan tinggi di ranah saintek tetapi, saya juga sangat menyukai kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan! Sehingga, saya aktif juga menjadi Volunteer.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Metode Visual, TEACCH, dan ABA: Cara Asyik Anak Autism Spectrum Disorder (ASD) untuk Belajar Matematika!

5 April 2025   14:17 Diperbarui: 5 April 2025   14:23 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Sumber gambar : Pinterest)

Tahukah Sobat Kompasianer! Kalau Metode dalam belajar ternyata masih sering kali menjadi tantangan yang tidak mudah dalam proses belajar anak, padahal ini sangat penting dalam membantu anak memahami konsep pembelajaran dengan baik. Sehingga, penting bagi orang tua, guru atau pengajar untuk mengetahui metode mana yang tepat saat belajar. Perlu diingat, bahwa tidak semua metode belajar cocok digunakan bagi setiap anak. Oleh karena itu, perlu dilakukan riset dalam menentukan metode belajar yang tepat berdasarkan tujuan dan kemampuan anak dalam belajar terkhusus bagi anak-anak yang memerlukan kebutuhan khusus.

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang dalam masa tumbuh serta berkembangnya menunjukkan perbedaan jika dibandingkan dengan anak-anak pada usianya. Mereka merupakan anak-anak luar biasa yang memerlukan perhatian khusus dalam layanan pendidikan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhannya. Melalui layanan pendidikan yang baik, dapat dipastikan bahwa setiap anak memiliki hak yang sama atas pendidikan berkualitas. Hal ini dikenal sebagai Pendidikan Inklusif. Gerakan untuk dapat menutup kesenjangan prestasi siswa berkebutuhan khusus karena mereka memiliki potensi luar biasa yang perlu dikembangkan (Astuti & Putri, 2024).

Menurut Pasal 1 ayat (3) dari Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, diskriminasi dapat diartikan sebagai tindakan pembatasan, penghinaan, atau isolasi yang didasarkan pada perbedaan individu seperti agama, etnis, ras, suku, kelompok, status sosial, kondisi ekonomi, jenis kelamin, bahasa, atau pandangan politik, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Sehingga, pendidikan inklusif hadir agar tidak ada siswa yang seharusnya mengalami diskriminasi saat belajar dikelas yang sama dengan rekan-rekan seusia atau sebanyanya.

Pendidikan Inklusif  adalah sistem pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua anak-anak yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan anak-anak pada umumnya (Menurut Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009). Oleh Karena itu, pendidikan ini dirancang serta disesuaikan dengan kebutuhan semua anak, baik anak-anak yang normal maupun anak-anak berkebutuhan khusus. Sehingga, semua memperoleh layanan pendidikan yang sama tanpa merasa dibedakan. Karena anak berkebutuhan khusus memiliki karakteriktik yang beragam antara satu dengan yang lain berdasarkan gangguan tumbuh dan berkembangnya. Salah satunya yaitu bagi anak yang mengalami Autism Spectrum Disorder (ASD).

 Apa itu ASD ? Jadi gini Autism Spectrum Disorder (ASD) merupakan gangguan yang terjadi pada perkembangan syaraf sebelum anak mencapai usia 3 tahun dimana dapat mempengaruhi kondisi fisik, kognitif, social, bahasa, dan perilaku yang terbatas serta berulang. Hal ini disebabkan karena faktor genetik, gizi, kesehatan dalam kandungan atau faktor lainnya. Anak yang mempunyai gangguan ASD tidak bisa membuat hubungan dengan dunia luar, sehingga hal ini yang membuat mereka sulit untuk diterima dalam masyarakat luar atau disekolah umum. Karena mereka lebih suka menciptakan dunia sendiri tanpa harus bermain dengan teman-temannya. Namun, anak ASD memiliki kemampuan visual yang baik, perhatian terhadap detail dan memiliki kecenderungan pada rutinitas. Tentu ini menjadi tantangan luar biasa dan dapat dimanfaatkan dalam belajar anak terkhusus dalam bidang Matematika.

Matematika merupakan bidang abstrak yang butuh waktu dan latihan untuk dapat menguasai konsepnya. Namun dalam perkembangan matematika, selalu memberikan pelayanan kepada berbagai cabang ilmu pengetahuan lain baik secara teori maupun aplikasinya. Sehingga, untuk mampu memahami matematika dengan baik ada beberapa metode yang cocok diterapkan bagi anak-anak Autism Spectrum Disorder (ASD) diantaranya yaitu  Metode Visual, TEACCH dan ABA.   

1. Metode Visual 

Kenapa harus visual ?  Karena bagi anak-anak ASD itu sering kali hal yang menjadi kekuatan mereka dalam pemprosesan informasi. Serta dapat menggunakan alat bantu visual yang dapat mendukung mereka memahami konsep dalam matematika yang abstrak menjadi lebih konkret. Misalnya seperti memberikan gambar, diagram, grafik atau objek fisik lainnya yang membantu mereka dalam pengalihan perhatian dan menjadi topik belajar yang menarik.  

Menurut penelitian (Amazia, 2024) Dukungan visual yang dapat diterapkan oleh Guru Pendamping Khusus (GPK) ada 3 yaitu :

  • Visual Cues (Isyarat Visual)

Elemen yang memadukan tulisan dan gambar menjadi satu sesuai dengan informasinya untuk membantu siswa memahami konsep abstrak menjadi konkret. Misalnya : Diagram ven untuk menjelaskan materi himpunan, Pohon faktor untuk mencari faktor dari suatu bilangan, lalu grafik fungsi untuk memahami hubungan antar variabel dan Tak lupa dengan memberikan warna berbeda sebagai penanda informasi penting dalam rumus, Ada objek fisik seperti koin atau kartu angka untuk konsep pecahan atau menampilkan video animasi dan lainnya.

  • Visual Boundaries (Batasan Visual)

Dukungan visual yang merupakan pemberian label atau kode warna untuk menginformasikan tertentu jauh lebih jelas. Misalnya : Memberikan batasan yang jelas menggunakan warna yang berbeda pada diagram ven untuk menunjukkan elemen yang ada dalam himpunan, ada pembagian area dalam bangun datar untuk memahami luas dan keliling serta dapat memanfaatkan peta konsep.

  • Visual Schedule (Jadwal Visual)

Jadwal berbasis gambar, warna dan simbol untuk membantu memahami urutan aktivitas pembelajaran matematika. Misalnya : aktivitas pertama ada gambar buku yang menandakan untuk membaca materi atau teori, selanjutnya gambar jam menandakan batas waktu pengerjaan tugas, atau ada juga simbol lingkaran berwarna hijau yang menandakan waktu istirahat dan lainnya.

Penemuan ini sejalan dengan pendapat (Hayes et al. dalam  Amazia, 2024) bahwa media berupa gambar dan benda nyata untuk mewakili kedua konsep dunia nyata serta abstrak nyata, penggunaan visual telah terbukti untuk mengurangi gejala yang berhubungan dengan gangguan kognitif, komunikasi, cacat sosial, khususnya untuk individu dengan spektrum autism. Serta, Visual Cues juga dapat mendorong siswa ASD untuk mempelajari perilaku atau keterampilan yang diinginkan tanpa disuruh.

2. Metode TEACCH (Treatment and Education of Autistic and Related Communication Handicapped Children)

Apakah kalian pernah mendengar metode TEACCH ini ? kalau belum yuk simak bersama! Metode TEACCH itu jenis metode yang berfokus pada struktur visual dan lingkungan belajar anak yang terorganisir untuk meningkatkan pemahaman serta kemandirian anak yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan unik setiap anak. Salah satu aspek  kunci dari metode TEACCH adalah mendengarkan keluhan dan memberikan perhatian khusus pada ekspresi anak-anak ASD (Sugianto,et al 2022).

Menurut penelitian (Hashimah Abu Bakar et al., 2020), ada beberapa tambahan dukungan visual dan lingkungan belajar yang dapat diterapkan untuk anak-anak ASD diantara :

  • Ruang Tugas Individu

Dalam metode TEACCH menyarankan agar kelas di cat putih dan tidak ada warna-warna terang lain. Karena anak ASD sulit untuk memberi fokus terhadap suatu hal atau warna warna terang lain yang mengganggu perhatian belajar mereka. Lalu, kursi kelas itu disusun menjadi meja secara individu.

  • Ruang Kosong

Ruangan ini disusun dalam satu baris tanpa ada meja, bisa digunakan untuk absensi di awal pagi atau selepas rehat dengan tujuan untuk mewujudkan interaksi berbagai hal dengan anak dan memberikan kesediaan diri bagi anak.

  • Ruang Rekreasi

Pada metode TEACCH ini anak diberikan kesempatan untuk berpikir atau mengekplorasi kegiatan berdasarkan apa yang mereka lihat pada ruangan rekreasi ini. Dimana dalam ruangan ini sudah terdapat beberapa gambar, simbol dengan bantuan papan yang besar untuk membantu visualisasi ruangan menjadi tempat yang menyenangkan bagi anak-anak ASD untuk belajar.

  • Ruang Belajar Berkumpul

Sengaja disusun berhadapan yang sudah dilengkapi meja dan kursi untuk membantu anak dalam sosialisasi dan menjalankan sesi belajar serta dukungan khusus.

  • Tugas BBM (Bahan Belajar Mandiri)

Di dinding sudah disusun barang dan bahan-bahan BBM untuk ikut belajar berdasarkan tahap kesulitan pembelajaran yang telah tersusun rapih dan sistematik Anak akan mengambil BBM mengikut set yang telah ditetapkan.

  • Ruang KAD (Kegiatan Aktivitas Harian) Rutin Anak

Pada salah satu bagian dinding ruangan, sudah diletakkan jadwal waktu harian untuk mingguan dan jadwal kerja atau aktivitas untuk setiap anak setiap harinya. Berdasarkan jadwal harian dan mingguan yang disediakan, anak akan jauh lebih peka terhadap aktivitas yang mereka jalankan. 

Penelitian ini menunjukkan metode TEACCH sangat membantu anak-anak ASD untuk meningkatkan kemahiran mengelola diri dan juga dalam menguasai kemahiran matematika

3. Metode ABA (Applied Behavior Analysis)

Metode ABA merupakan bentuk pembelajaran yang meliputi pengajaran diam, sehari-hari, dan berdasarkan kemampuan siswa, analisis bersifat individu dan penelitian terhadap permasalahan yang dibicarakan. Dengan tujuan untuk mengurangi jumlah perilaku yang tidak dapat diadaptasi dan perilaku adaptif didorong dan dikenali (Amroellah, 2024)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun