Pada poin ini saya selipkan gagasan Xi Jinping, presiden Tiongkok yang tersohor itu. Dalam bukunya berjudul The Governance of China, Xi menyitir pepatah kuno Cina yang menyatakan,
"Belajar adalah busur, sedangkan kompetensi adalah anak panah."
Xi menekankan pentingnya pemuda untuk bergairah belajar sekaligus belajar tuntas hingga mencapai kompetensi. Ini barangkali salah satu problem anak Indonesia: ilmu hanya dipelajari, tapi tidak dikuasai.
Alih-alih punya spesifikasi mendalam, semua dijelajah dan akhirnya mentah. Semua dijajal walau berakhir majal.
3. Attitude is altitude
Klausa menarik ini kali pertama saya baca dari buku karya Nick Vujicic. Lelaki asal Australia ini mengingatkan bahwa tanpa lengan tangan dan kaki pun ia bisa sukses. Semua bermula dari attitude yang benar, yaitu cara mendekati hidup atau memandang segala sesuatu dengan pemikiran yang tepat.
Kesalahan mindset atau keyakinan akan bermuara pada sikap atau tindakan yang salah--termasuk perbuatan semena-mena kepada orang lain. Jadi dalam attitude juga tercakup karakter yang solid.
Untuk mengelaborasinya, saya mengisahkan Henry Ford yang suatu hari mengundang dua kandidat yang sama-sama insinyur untuk makan malam. Selama sesi makan, Ford sama sekali tak menyinggung mesin atau otomotif dengan dua kandidat terkuat tersebut.
Namun usai makan malam, Ford mengatakan, “Kamu saya terima, dan maaf, kamu tidak.” Insinyur yang ditolak pun penasaran, “Dari tadi kita cuma makan dan tidak sedikit pun menyinggung seputar mesin. Bagaimana Anda bisa menerima dia dan bukan saya?”
Ford menjawab dengan tegas,
“Pertama, saya perhatikan kamu tadi langsung menambahkan garam ke steak tanpa mencicipinya lebih dulu. Berbeda dengan pesaingmu yang mencicipinya terlebih dahulu. Alasan kedua, kamu bersikap baik kepada saya karena ada maunya, sementara pesaingmu mau mengucapkan terima kasih kepada pelayan restoran—sesuatu yang tampaknya tidak penting bagimu.”