Mohon tunggu...
Isnaini Khomarudin
Isnaini Khomarudin Mohon Tunggu... Full Time Blogger - editor lepas dan bloger penuh waktu

peminat bahasa daerah | penggemar kopi | pemburu buku bekas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketemu Trinity di UISI; Membangun Kebaikan Lewat Kepedulian

18 April 2019   20:28 Diperbarui: 7 Agustus 2020   07:46 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rektor UISI, Prof. Ing. Herman Sasongko, membuka acara Nangkring Bareng

LELAKI ITU DIRUNDUNG perasaan waswas saat menanti kepala sekolah (kepsek) menuntaskan kalimatnya. Ia diundang ke sekolah untuk mendengarkan penuturan ibu kepsek mengenai perilaku putrinya yang bersekolah di sana. Pasti anakku nakal nih, gumam lelaki tersebut tak sabar menerima kabar selengkapnya. Jangan-jangan cerewet dan mengganggu proses belajar di kelas.

"Diajar apa di rumah, Pak?" tanya kepala sekolah akhirnya.

Tuh kan bener. Abis ngapain ya anakku? Sang ayah terus berspekulasi. Apalagi kepala sekolah yang profesor itu menyampaikan kalimatnya dengan wajah serius.

"Anak saya kenapa, Bu?" tanya lelaki itu spontan, siap menerima kabar terburuk sekalipun.

"Beberapa hari lalu saya lihat putri Bapak lari dari lantai 5 menuju lantai 3. Dia taruh tasnya lalu bergegas turun untuk menolong anak korban perang Yugoslavia." Cerita Bu Kepsek seketika menghapus kegalauan lelaki tersebut dan justru menciptakan pendar kegembiraan ketika kepala sekolah bertanya lagi, "Diajari apa di rumah jadi bisa seperti itu?"

Alih-alih karena kenakalan putrinya, Pak Herman diundang ke sekolah justru untuk mendengarkan kisah membanggakan, bahkan heroik, yang ditunjukkan oleh si anak dalam membantu temannya yang mengalami keterbatasan. Saya nyaris menitikkan air mata mendengar secuil cerita yang dituturkan Rektor UISI, Prof. Ing. Herman Sasongko, Kamis 11 April lalu.

Sesuai peran dan kepedulian

Bagi saya pribadi, fragmen singkat antara Pak Herman dan sang kepsek sangat penting dicatat dan direnungkan. Selama ini sekolah kerap mengundang orangtua ketika anak-anak mereka bermasalah, bukan karena penghargaan kecil seperti tindakan mulia putri Pak Rektor. Bukan hanya orangtua bangga karena memiliki anak yang berkarakter dan peduli, anak akan semakin disayang dan semakin tumbuh kepercayaan dirinya. Akan membentuk kemandiriannya kelak.

Dalam acara Nangkring Kompasiana bertajuk #MembangunKebaikan yang diselenggarakan di Hall Kampus B, Universitas International Semen Indonesia, Gresik pekan lalu Pak Herman menyindir pencitraan yang ditampilkan sejumlah politisi atau caleg menjelang pilpres-pileg padahal keseharian mereka jauh dari kerepotan menggendong padi atau membopong ikan, misalnya, sebagai wujud kepedulian sesaat.

Dalam sebuah spanduk kampanye seorang caleg, saya sempat membaca frasa: saatnya mengabdi. Saya memahami seolah-olah pengabdian hanya lewat jabatan tertentu saja. Padahal perubahan positif juga bisa diupayakan lewat kontribusi sesuai kemampuan kita, sesuai peran yang kita ambil sehari-hari. Maka frasa Membangun Kebaikan menurut saya sangat mewakili sebab kebaikan akan besar dampaknya jika tersusun dari kepingan kepedulian siapa saja yang memulai dari langkah-langkah kecil.

Contoh paling relevan adalah masifnya penggunaan media sosial yang bisa kita manfaatkan untuk menyumbangkan kebaikan. Membuat konten yang positif dan mencegah penyebaran hoaks adalah hal praktis yang bisa kita lakukan sebagai warganet. Dalam konteks seorang bloger, saya pernah menulis klarifikasi tentang hoaks yang terjadi di kota saya karna menyudutkan salah satu capres padahal isu itu sudah lama terjadi dan akibat kesalahpahaman belaka.

Pas banget Semen Indonesia bareng Kompasiana mengajak para warganet nangkring, terutama generasi muda agar bijak memanfaatkan media sosial (medsos) guna membangun kebaikan bagi bangsa. Pengaruh medsos sungguh luar biasa saat ini, maka butuh 'kecerdasan' untuk menggunakannya agar tak menjadi bumerang atau penyulut pertikaian. Jadikan medsos untuk menebar inspirasi, bukan instigasi berbahaya bagi keutuhan negeri.

Tindakan nyata!

Sigit Wahono, Kepala Unit Komunikasi Eksternal Semen Indonesia, menegaskan peran Semen Indonesia yang selama ini berkontribusi positif membangun kemajuan bangsa, mulai dari kemegahan Monas hingga flyover Kelok Sembilan yang memesona. Selain mengakuisisi semen Thang Long asal Vietnam, Semen Indonesia juga telah berhasil menarik Semen Holcim yang kini bertransformasi menjadi PT Solusi Bangun Indonesia. Kebaikan berarti keberanian mengambil tindakan nyata sesuai kemampuan, seperti komitmen Semen Indonesia untuk kemajuan pendidikan dan lingkungan.

Sigit Wahono menunjukkan komitmen Semen Indonesia demi memajukan bangsa.
Sigit Wahono menunjukkan komitmen Semen Indonesia demi memajukan bangsa.

Dalam kesempatan terpisah, Sigit pernah mengatakan bahwa perekrutan karyawan di Semen Indonesia juga mempertimbangkan perilaku pelamar di media sosial. Bagian HRD bahkan menyoroti apakah pelamar pernah menulis untuk media atau minimal publikasi di blog. Ini menunjukkan bahwa aktivitas di jagat maya tidak bisa dipandang sebelah mata sebagai jalan memuluskan atau mengandaskan kesuksesan seseorang.

Tak ingin menyiakan peluang itu, Irwan pun membentuk @infogresik bersama temannya guna menyalurkan kepedulian terhadap kemajuan kota pudak. Bukan hanya menyajikan info seputar kemacetan lalu lintas, InfoGresik juga memberikan rekomendasi tempat makan, informasi wisata, lowongan kerja dan bahkan mewadahi sejumlah komunitas seperti Kelas Inspirasi dan komunitas amal.  

Irwan tak menampik bahwa perkembangan media sosial telah membuka peluang yang sebelumnya tak pernah ada, atau yang awalnya tak tergarap. Ekonomi dan wisata lokal bisa terdongkrak berkat kecanggihan Internet yang bisa diakses di setiap gawai, baik lewat Instagram maupun Youtube. Oleh karena itu, Irwan membuka kesempatan magang bagi mereka yang mau bergabung untuk memajukan Gresik lewat @Infogresik.

Dari nekad hingga film

Akhirnya Trinity menjadi gong acara nangkring hari itu. Pembawaannya yang energik dan ngocol membuat materi yang ia sampaikan menjadi menarik meskipun sebagian besar sudah saya ketahui karena memang bergelut di dunia maya. Sependek pengetahuan saya, nama Trinity punya asosiasi kuat sebagai travel blogger pertama yang eksis di jagat maya Indonesia. Konsistensinya sebagai traveler dibuktikan dengan dikunjunginya nyaris 90 negara dan diterbitkannya 8 judul buku traveling yang tergabung dalam seri The Naked Traveler.

Sayang sekali tahun lalu Trinity memutuskan mengakhiri seri itu pada jilid ke-8 yang bertajuk The Farewell alias salam perpisahan. Buku pamungkas ini tak mengurangi kenekadan dan kejujurannya dalam menuturkan setiap perjalanan di berbagai negara yang mungkin tak umum dikunjungi pelancong biasa. Benar-benar nekad! Lucu dan menghibur, bahkan nagih. Termasuk saat kesulitan 'ngebom' di Eropa karena air yang mati mendadak. Baca sendiri deh bukunya ....

Trinity mengompori semangat generasi muda.
Trinity mengompori semangat generasi muda.

Dua tahun lalu Rizal Mantovani mengemas kisah perjalanannya dalam bentuk film dengan judul Trinity, The Nekad Traveler yang ditunggu-tunggu para penggemarnya. Meskipun bergerak cepat, sinematografi yang indah dan cerita yang solid membuat filmnya enak dinikmati. Apalagi Maudy Ayunda pas banget memerankan sosok Trinity sebagai alter-ego penulis yang gesit dan berani berpetualang ke mana-mana.

Saat ditanya apakah ia pernah mengalami penolakan, penulis 15 buku ini mengingatkan bahwa tak ada salahnya mencoba. Dalam bahasa yang lugas, ia berpesan, "If you never ask, the answer is always no!" Betul banget. Banyak impian yang urung kita capai hanya lantaran kita takut mencoba mendekatinya. Dalam konteks asmara, mana mungkin kita dapat pasangan kalau khawatir ditolak tanpa pernah menyatakan, haha.

"Tuh, Mbak! If you never apply, the answer is always no," ujar saya kepada Mbak Tridi di samping saya yang pengin sekali pergi ke Amerika padahal tahun ini ada kesempatan untuk terbang ke sana secara cuma-cuma. Kuncinya cuma satu: berani mencoba. Memang ada peluang gagal, tapi ada juga kesempatan sukses dibanding hanya bermimpi dan enggak maju-maju.

Kalau Trinity bisa ke Maldives atau Dubai tanpa harus bayar sendiri, kenapa kita tidak? Apalagi media sosial kini bisa memungkinkan siapa saja yang mau belajar dan punya kemauan keras. Ada banyak lomba menulis berhadiah wisata ke luar negeri, dari Singapura hingga Rusia. Masalahnya adalah: hendak menjadi siapa kita di jagat yang begini luas?

Mimpi dan strategi

Trinity menutupnya dengan kutipan anonim sebagai berikut. Intinya, tujuan kita akan memengaruhi strategi atau cara kita mencapainya. Branding dan totalitas sangat penting di era medsos sekarang. Seperti Trinity yang tidak sembarangan menerima tawaran endorsement hotel atau produk yang tak sesuai dengan citra dirinya. Itu konsekuensi dari brand image.

buzz-5cb879f495760e7f1d1f88b3.jpg
buzz-5cb879f495760e7f1d1f88b3.jpg
Apa pun target kita, media sosial bisa memudahkannya atau malah menghancurkannya. Mulailah dengan berbuat baik sesederhana mengunggah status bermanfaat atau kabar positif di sekitar kita agar menginspirasi banyak orang. Orang bijak pernah mengatakan: jangan batasi apa yang bisa kamu lakukan, sebab itu bisa membatasi apa yang kamu dapatkan.

Mari #membangunkebaikan sesuai peran yang kita emban, dan bersiaplah menerima kejutan jika itu dilandasi kepedulian!  

Nangkring bareng, belajar bareng
Nangkring bareng, belajar bareng

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun