Mohon tunggu...
Isnaeni
Isnaeni Mohon Tunggu... Belajar dengan menulis.

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Minum Kopi dan Kenangan Masa Lalu

4 Oktober 2025   07:41 Diperbarui: 4 Oktober 2025   07:41 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya Saya tidak terlalu menyukai minum kopi, tapi lingkungan dan keadaan yang membuat Saya mulai tertarik minum kopi. Saya hanya minum kopi ketika ada yang menyediakan dan kondisi yang saya hadapi membuat saya tertarik untuk minum kopi.

Penyuka kopi yang sebenarnya adalah ayah saya (almarhum) yang selalu minum kopi tiga kali sehari, bahkan lebih. Di sela-sela kegiatannya, beliau selalu menyempatkan minum kopi. Bahkan apabila air kopi sudah habis, beliau akan menambahkan lagi air panas walau rasanya tidak manis lagi. Cukup aneh rasanya bagi saya menyaksikan peristiwa itu, namun saya tidak tahu bahwa setiap kegiatan manusia punya kenikmatan tersendiri bagi pelakunya.

Kopi yang selalu beliau nikmati adalah kopi liong bulan. Entah apa yang membuat beliau fanatik meminumnya, namun belakangan saya rasakan memang rasanya lebih kena dibandingkan dengan kopi merek lain. Beliau membeli kopi liong waktu masih tanpa gula, dan saking banyaknya yang dikonsumsi, sampai bungkusnya bisa ditukar dengan gelas, payung karena berhadiah dengan menukarkan bungkusnya.

Aktifitas ayah saya dimulai setelah shalat subuh dengan menyeduh kopi liong, lalu memulai pekerjaan memotong kain untuk dibuat pakaian diselingi menyeruput kopi. Kadang kala di selingi menyantap makanan seperti roti atau makanan manis lainnya. Kebiasaan orang jakarta asli untuk nyahi dengan menyantap kopi atau air teh manis dengan kue-kue manis atau asin.

Di siang hari menjelang lohor, ayah saya akan menyeduh kopi lagi, kadang saya kebagian tugas untuk melakukannya. Demikian juga di sore hari ataupun malam. Dengan minum kopi, beliau kelihatannya sangat bersemangat untuk bekerja. Namun beliau terlihat bergetar tangannya kalau memegang sesuatu, sampai saya menyimpulkan itu mungkin karena beliau terlalu banyak mengkonsumsi kopi.

Beberapa tahun kemudian, Saya menikah dengan perempuan penyuka kopi. Mulanya saya tidak terlalu menyukai minum kopi, sedang isteri selalu minum kopi tiap harinya. Namun minum kebiasaan minum kopi ini tidak harus meminumnya, kadang kala Ia menyeduh tapi tidak meminumnya karena tertidur. Kalau Ia tidak menyeduh kopi terasa ada yang kurang dalam kesehariannya.

Lama kelamaan, isteri selalu menawari kopi sehingga saya pun mengiyakan. Dan jadilah kami minum kopi berdua sekali-kali di pagi hari atau waktu Ia merasa perlu minum kopi. Tapi minum kopi belum menjadi rutinitas, hanya sekedar menemani atau ada keinginan tiba-tiba untuk minum kopi.

Kebiasaan Saya minum kopi mulai menguat ketika mulai membaca-baca manfaat kopi bagi kesehatan, waktu saya bertugas di daerah selatan Cianjur. Selain itu kebiasaan teman-teman saya untuk minum kopi dan merokok ketika menunggu isya di depan mesjid sekolah. Teman Saya yang bendahara selalu mentraktir Saya minum kopi karena mesjid bertetangga dengan rumah makan langganan saya. Sambil minum kopi, kami mengobrol tentang berbagai masalah sampai adzan isya tiba.

Kebiasaan minum kopi mulai dirasa penting ketika Saya mengkonsumsi pais jeroan dari rumah makan langganan dan membuat sakit kepala ketika pulang ke kosan. Satu kali saya minum kopi setelah makan jeroan, dan terasa rasa sakit kepala yang biasa mendera hilang. Dan itu dijadikan rumus dalam keseharian, sehingga kebiasaan minum kopi semakin kuat. Begitu pula minum kopi menjadi penguat semangat ketika harus dihadapkan dengan tugas memeriksa hasil ulangan siswa.

Setelah Saya tidak LDRan lagi, kebiasaan minum kopi menjadi kebiasaan yang dilakukan bersama isteri karena membuat kopi akan lebih mudah bila bersama-sama. Sekali menjerang air bisa menyeduh dua gelas kopi, hanya saja sehari semalam tidak lebih dari tiga kali minum kopi. Dan kopi yang kami minum adalah kopi cap liong bulan yang tentunya sudah ada gulanya, bukan kopi liong tanpa gula. Namun dengan meminum kopi liong ini, maka Saya teringat Ayah Saya yang sudah meninggal beberapa tahun yang lalu.

Akhir-akhir ini Saya baru tahu bahwa kopi liong hanya beredar di sekitar bogor dan sekitarnya. Di daerah lain katanya sangat sulit menemukan kopi tersebut. Namun saya sudah akrab dengan kopi liong sejak saya masih kecil karena itu kopi kesukaan ayah saya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun