Yogyakarta -- Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta menjadi satu-satunya kampus di Indonesia yang memiliki sistem akses penghubung unik berupa jembatan melengkung dan lorong bawah tanah yang menyatukan dua kawasan kampus utama yakni Kampus Barat dan Kampus Timur yang terpisahkan oleh Jalan Raya Aipda Tut Harsono.
Apa yang membuat akses ini begitu istimewa? Siapa yang membangunnya? Kapan dan bagaimana akses tersebut digunakan sehari-hari oleh sivitas akademika? Berikut laporan lengkapnya.
UIN Sunan Kalijaga memiliki dua bagian kampus yang dipisahkan oleh jalan nasional yang padat lalu lintas: Jalan Aipda Tut Harsono. Untuk menghubungkan kedua sisi tersebut, pihak kampus membangun dua akses penghubung: sebuah jembatan melengkung modern dan sebuah lorong bawah tanah yang estetis dan ramah lingkungan.
Jembatan Kampus Suka, yang melengkung indah di atas jalan raya, menjadi ikon visual kampus yang juga berfungsi sebagai jalur utama pejalan kaki dan pengguna sepeda. Di sisi lain, lorong bawah tanah di bawah jalan tersebut memiliki pencahayaan lampu temaram dan akses landai, menjadikannya sebagai sarana aman dan nyaman untuk semua kalangan, termasuk mahasiswa difabel.
Pembangunan infrastruktur penghubung ini dikoordinasikan langsung oleh pihak rektorat UIN Sunan Kalijaga bersama Dinas Pekerjaan Umum DIY dan pihak kepolisian lalu lintas Yogyakarta, mengingat lokasi pembangunan melintasi jalan raya aktif. Proyek ini mendapat dukungan penuh dari Kementerian Agama Republik Indonesia, sebagai bagian dari transformasi fisik dan akademik UIN Suka menjadi kampus Islami modern.
Pembangunan jembatan dan lorong bawah tanah dimulai pada tahun 2013 dan selesai sekitar 2015. Sejak itu, keduanya telah menjadi bagian integral dari aktivitas harian ribuan mahasiswa, dosen, dan pegawai kampus. Akses ini semakin penting mengingat pertumbuhan jumlah mahasiswa dan aktivitas lintas fakultas yang membutuhkan mobilitas yang cepat dan aman.
Jembatan dan lorong penghubung ini terletak tepat di atas dan di bawah Jalan Aipda Tut Harsono, menghubungkan area Kampus Barat yang di dalamnya terdapat gedung rektorat, fakultas sains dan teknik, serta beberapa gedung fakultas lainnya dengan Kampus Timur yang memuat Fakultas Ushuluddin, Dakwah, dan beberapa gedung fakultas lainnya, serta Gedung Student Center.
Pemilihan membangun dua akses ini bukan tanpa alasan. Selain alasan keselamatan, karena sebelumnya mahasiswa sering menyeberang jalan padat tanpa jembatan. Akses ini juga merupakan solusi terhadap tantangan mobilitas kampus yang terpisah oleh jalur nasional. Kehadiran lorong bawah tanah juga disesuaikan untuk menciptakan inklusivitas, terutama bagi mahasiswa difabel dan pengguna kursi roda.
Sejak dibuka untuk umum, jembatan dan lorong ini sangat membantu kelancaran aktivitas akademik dan nonakademik mahasiswa. Sebagian besar mahasiswa memilih jembatan karena panoramanya, sedangkan lorong digunakan saat cuaca ekstrem atau untuk jalur cepat.
Menurut Assibly, mahasiswa jurusan Al-Qur'an dan Hadist, "Jembatan ini bukan hanya fungsional, tapi juga jadi spot favorit untuk foto-foto. Tapi kalau hujan deras, saya lebih sering lewat lorong karena lebih nyaman."