Mohon tunggu...
Isma Soekoto
Isma Soekoto Mohon Tunggu... Penulis - penulis, penerjemah

Saya penggemar jalan kaki pagi sambil mengkhayal dan mendengarkan musik. Bagi saya menulis adalah menciptakan dunia baru yang berbeda dari yang pernah saya alami. Nama pena saya: Imma Soekoto. Saya baru punya 2 buku solo: Antologi Cerpen: Gandrung dan Antologi Puisi: Senandika. Buku-buku keroyokan sudah cukup banyak juga sih.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Camer

27 Februari 2024   10:07 Diperbarui: 27 Februari 2024   10:42 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

          Aku jadi salah tingkah ngga karuan ketika mata Tante itu memprotesku, sedangkan mata kecil si Cherie ikut-ikutan protes dengan lebih galak.

          "Saya ngga lihat, Tante. Maafkan saya... " 

          Setelah memeriksa kaki 'bayi'nya dan ternyata tidak apa-apa, Tante itu memaksakan senyuman padaku. "Ya, sudah. Lain kali hati-hati, ya," katanya sambil menyambut tanganku yang terulur.

          Sang Pati tersenyum penuh wibawa, khas seorang jenderal, dan menyambut tanganku juga.

          Satu scene berakhir. Aku mengusap keringatku diam-diam. Chacha tidak mau bergeser dari sisiku. Itu sangat membantu.

          "Ayo, kita bikin salmon la lemon buat Papa, Mas," ajak Chacha sambil menarikku menjauh dari sorotan tajam mata si Cherie.

"Ajari aku, ya.. " jawabku belaga ceria sambil menyembunyikan kikukku.

          Sementara Chacha dengan cekatan mempersiapkan sekerat besar fillet salmon, aku berdiri di sampingnya tanpa tahu apa yang harus kulakukan.

          Tiba-tiba Chacha memekik kecil ketika kulihat wajan yang dipegangnya tertutup oleh api yang menjilat ke atas. Dengan gerak reflek (karena saking cintanya, kali, ya ?) aku  menyambar gelas besar dan meloncat  ke tepi  kolam renang untuk mengambil air dan segera kembali sambil langsung menyiramkan air kolam itu ke atas wajan in ferno itu.

          "Jangan !!" kudengar Tante dan Oom berteriak bersama seperti koor.

          Aku bingung. Tapi Chacha malah tertawa melihat wajannya yang dibanjiri air kolam, sementara fillet salmonnya seperti berenang di dalamnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun