Mohon tunggu...
Isma Nita
Isma Nita Mohon Tunggu... -

pemburu ilmu,....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perumusan Tujuan Instruksional Khusus

11 Januari 2011   17:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:42 23569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengidentifikasi kebutuhan instruksional dan menulis tujuan instruksional umum (TIU)

Gambar 1.1 Sistem Instruksional(Suparman, 2004: 157)

1.Pengertian Tujuan Instruksional Khusus

Tujuan Instruksional Khusus (TIK) merupakan terjemahan dari specific instructional objective. Literatur asing menyebutkannya pula sebagai objective, atau enabling objective, untuk membedakannya dengan general instructional objective, goal, atau terminal objective. Yang berarti tujuan instruksional umum (TIU) atau tujuan instruksional akhir.

Dalam program applied approach (AA) yang telah digunakan di perguruan tinggi seluruh Indonesia TIK disebut sasaran belajar (sasbel) (Suparman, 2004: 158). Sasbel menurut Soekartawi, Suhardjono dkk (1995: 41) adalah pernyataan tujuan instruksional yang sudah sangat rinci. sasaran belajar harus dituliskan dari segi kemampuan peserta didik. Artinya mengungkapkan perubahan apa yang diharapkan terjadi pada diri mahasiswa setelah mengikuti pengajaran pada satu pokok bahasan tertentu.

Dick dan Carey (1985) (dalam Suparman, 2004: 158) telah mengulas bagaimana Robert Mager mempengaruhi dunia pendidikan khususnya di Amerika untuk merumuskan TIK dengan sebuah kalimat yang jelas dan pasti serta dapat diukur. Perumusan tersebut berarti TIK diungkapkan secara tertulis dan diinformasikan kepada siswa atau mahasiswa dan pengajar mempunyai pengertian yang sama tentang apa yang tercantum dalam TIK.

Perumusan TIK harus dilakukan secara pasti artinya pengertian yang tercantum di dalamnya hanya mengandung satu pengertian dan tidak dapat ditafsirkan kepada bentuk lain. Untuk itu TIK harus dirumuskan ke dalam kata kerja yang dapat dilihat oleh mata.(Suparman, 2004: 159). Menurut Soedjarwo (1995: 81) Penulisan sasaran belajar sedikitnya menyatakan tentang: a). Isi materi dan bahasan b). Tingkat penampilan yang diharapkan c). Prasyarat pengungkapan hasil kerja. Tentunya secara ideal diharapkan peserta didik mendapatkan perubahan secara menyeluruh, baik dalam pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), maupun keterampilan (motorik).

Tujuan instruksional dapat menjadi arah proses pengembangan instruksional karena di dalamnya tercantum rumusan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang akan dicapai mahasiswa pada akhir proses instruksional. Keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan tersebut merupakan ukuran keberhasilan sistem instruksional yang digunakan oleh pengajar.

Berdasarkan apa yang telah dikemukakan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Tujuan Instruksional Khusus merupakan suatu rumusan yang menjelaskan apa yang ingin dicapai, atau menjelaskan perubahan yang terjadi sebagai akibat dari apa yang dipelajari oleh siswa.

2.Jenis- jenis Hasil Belajar

Dalam kegiatan pembelajaran, hasil belajar dinyatakan dalam rumusan tujuan. Oleh karena setiap mata pelajaran/ bidang studi menuntut hasil belajar yang berbeda dari mata pelajaran atau bidang studi lainnya. Maka banyak para ahli mengemukakan jenis- jenis hasil belajar. Dalam makalah ini penulis akan membahas jenis- jenis belajar menurut Gagne dan Bloom

1.Jenis- jenis Hasil Belajar Menurut Gagne

Gagne mengelompokkan hasil belajar ke dalam lima kategori berikut (Gredler, 2009: 177-179) :

A.Informasi Verbal (Verbal Information)

Informasi verbal adalah kemampuan yang menuntut siswa untuk memberikan tanggapan khusus terhadap stimulusya yang relatif khusus. Dalam kemampuan ini atau menerapkan aturan. Untuk menguasai kemampuan ini siswa hanya dituntut untuk menyimpan informasi dalam sistem ingatannya.

Kemampuan “menyebutkan nama- nama gunung yang ada di pulau Sumatera” merupakan salah satu contoh kemampuan yang termasuk kategori informasi verbal. Dalam kemampuan tersebut, siswa dituntut untuk menghubungkan suatu nama dengan gunung- gunung yang ada di pulau sumatera.

B.Kemampuan Intelektual (Intelektual Skill)

Keterampilan intelektual adalah kemampuan yang menuntut siswa untuk melakukan kegiatan kognitif yang unik. Unik disini adalah bahwa siswa harus mampu memecahkan masalah dengan enerapkan informasi yang belum pernah dipelajari. Yang termasuk dalam keahlian intelektual adalah “membedakan, menggabungkan, mentabulasi, mengklasifikasi, menganalisa, mengukur benda, kejadian, dan simbol lainnya.

Contoh kemampuan yang tergolong keterampilan intelektual diantaranya adalah kemampuan menerapkan rumus dalam menghitung luas segitiga, mengelompokkan binatang ke dalam kelompok amfibi, reftil, menggunakan jenis- jenis kalimat dalam menulis karangan, dan menggunakan tanda baca dalam kalimat.

C.Strategi kognitif (Cognitif Strategies)

Strategi kognitif mengacu pada kemampuan mengontrol proses internal yang dilakukan oleh individu dalam memilih dan memodifikasi cara berkonsentrasi, belajar, mengingat dan berfikir. Siswa yang telah menguasai kemampuan strategi kognitif akan mendapat kemudahan dalam berkonsentrasi belajar, mengingat dan berfikir.

Salah satu contoh strategi kognitif untuk mengingat adalah mnemonic system. Misalnya untuk mengingat warna pada pelangi digunakan kata MEJIKUHIBINIU (merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan unggu).

D.Sikap (Attitude)

Mengacu pada kecenderungan untuk membuat pilihan atau keputusan untuk bertindak dibawah kondisi tertentu. Dikaitkan dengan hasil belajar, sikap adalah kemampuan siswa dalam menentukan pilihan atau bertindak sesuai dengan sistem nilai yang diyakini.

Contohnya siswa dapat bekerjasama dalam mengerjakan tugas, bersikap terbuka terhadap kritik dan pendapat orang lain. Menyadari pentingnya belajar matematika, sejarah, mematuhi peraturan sekolah, dan lain sebagainya.

E.Keterampilan Motorik

Keterampilan motorik mengacu pada kemampuan melakukan gerakan atau tindakan yang terorganisasi yang direfleksikan melalui kecepatan, ketepatan, kekuatan dan kehalusan.

Contohnya kemampuan “menempeli model topeng dengana sobekan kertas “. Untuk menguasai kemampuan tersebut, siswa tidak hanya dituntut menunjukkan keterampilan tangannya dalam menempelkan sobekan kertas pada model topeng. Tetapi juga bagaimana menempelkan kertas tersebut supaya rapi.

2.Jenis- jenis Hasil Belajar Menurut Bloom Dkk.

Menurut Bloom dkk., tujuan atau hasil belajar digolongkan menjadi tiga domain (Gredler, Margaret, 2009: 56)yaitu domain kognitif, afektif, dan psikomotorik.

a.Kognitif

Menurut Bloom dkk segala upaya yang menyangkut aktifitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk di dalamnya kemampuan mengahapal, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi.dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang atau aspek yang dimaksudkan:

Lama (1956) Baru (2001)

a.Pengetahuan a. Mengingat

b.Pemahaman b. Pemahaman

c.Penerapanc. Mengaplikasikan

d.Analisis d. Menganalisis

e.Sintesis e. Evaluasi

f.Evaluasi f. Menciptakan

Pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat- ingat kembali, pengetahuan atau ingatan. Ini merupakan tingkat proses berfikir paling rendah.

Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan di ingat. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hapalan.

Penerapan adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide- ide umum, tata cara ataupun metode- metode, prinsif- prinsif, rumus- rumus, teori- teori, dan sebagainya. jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi dibandingkan jenjang pengaplikasian.

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk merincikan atau menguraikan suatu bahan.

Sintesis adalah kemampuan berfikir yang merupakan proses berfikir analisa, setingkat lebih tinggi di banding analisis.

Penilaian adalah merupakan jenjang berfikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilaian disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi atau ide.

b.Taksonomi Afektif

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai (Setidjadi, 1991:97). Dalam ranah afektif ini terdapat lima aspek yaitu:

1)Receiving (menerima atau memperhatikan), yaitu kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain- lain.

2)Responding (menanggapi), yaitu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadap salah satu cara.

3)Valuing (menilai atau menghargai), yaitu memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek.

4)Organisation (mengatur atau mengorganisasikan), yaitu merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi.

5)Characterisation (karakterisasi), yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

c.Taksonomi Psikomotorik

Ranah psikomotorik merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotorik adalah ranah yang berhubungan dengan aktifitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari memukul dan sebagainya.

Aspek- aspek yang terdapat di dalam ranah psikomotorik adalah:

1)Naturalisasi, yaitu melakukan gerak dengan gerak wajar dan efisien

2)Merangkaikan, yaitu merangkaikan berbagai gerak

3)Ketepatan, melakukan gerak yang tepat

4)Menggunakan, memanipulasi kata- kata menjadi gerak.

5)Menirukan, menirukan gerak

3.Syarat- syarat Tujuan Instruksional Khusus

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa, Tujuan Instruksional Khusus merupakan penjabaran dari Tujuan Instruksional Umum. Dalam perumusan Tujuan Instruksional Khusus harus memperhatikan rambu- rambu sebagai berikut.

·Rumusan Tujuan Instruksional Khusus harus merupakan hasil belajar, bukan proses belajar. Misalnya setelah mengikuti proses diskusi guru mengharapkan siswa mampu mengidentifikasi ciri- ciri demokrasi. Rumusan Tujuan Instruksional Khusus yang benar adalah “siswa mampu mengidentifikasi ciri- ciri demokrasi”. Bukan siswa mampu mendiskusikan ciri- ciri demokrasi bukan merupakan rumusan tujuan tetapi proses pembelajaran.

·Perangkat Tujuan Instruksional Khusus dalam satu rencana pembelajaran haruslah komprehensif, artinya kemampuan dituntut dalam setiap Tujuan Instrusional Khusus hendaknya dari jenjang yang berbeda. Misalnya, jika dalam satu rencana pembelajaran ada tiga Tujuan Instruksional Khusus, kemampuan yang dituntut Tujuan Instruksional Khusus 1, adalah dapat menjelaskan, Tujuan Instruksional 2: dapat memberi contoh dan Tujuan Instruksional Khusus 3: dapat menggunakan.

·Kemampuan yang dituntut dalam rumusan Tujuan Instruksional Khusus harus sesuai dengan kemampuan siswa.

·Banyaknya Tujuan Instruksional Khusus yang dirumuskan harus sesuai dengan waktu yang tersedia untuk mencapainya.

Dengan mempertimbangkan hal- hal tersebut diharapkan akan dihasilkan rumusan Tujuan Instruksional Khusus yang dapat menjembatani pencapaian Tujuan Instruksional Khusus. Untuk dapat membuat rumusan Tujuan Instruksional Khusus yang benar, berikut ini disajikan komponen- komponen yang harus ada dalam suatu rumusan.

4.Komponen- komponen Rumusan Tujuan Instruksional Khusus

Tujuan instruksional khusus (TIK) antara lain digunakan untuk menyusun tes oleh karena itu TIK harus mengandung unsur – unsur yang dapat memberikan petunjuk kepada penyusun tes agar dapat mengembangkan tes yang benar– benar dapat mengukur perilaku yang berada di dalamnya.

Dalam merumuskan TIK dapat dilakukan dengan menggunakan dua format yaitu format Mager dan ABCD format.

1. Format Merger

Merger merekomendasikan syarat– syarat untuk menentukan tujuan perilaku yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran.

a. Mengidentifikasi tingkah laku terakhir yang ingin dicapai oleh pembelajar

b. Menentukan dalam kondisi bagaimana tingkah laku tersebut dapat dicapai

c. Membuat kriteria spesifik bagaimana tingkah laku tersebut dapat diterima

Uraian di atas menunjukan bahwa Merger mengemukakan tujuan tersebut dirumuskan dengan menentukan bagaimana pembelajar harus melakukannya, bagaimana kondisinya, serta bagaimana mereka akan melakukannya. Dalam penjabaran TIK ini Merger melibatkan tiga aspek yaitu begaimana kondisi pencapaian tujuan, kriteria yang ingin dicapai, serta bagaimana tingkah laku pencapaiannya.

Merger mendiskripsikan audiense hanya sebagai murid atau pembelajar, dengan menggunakan sebuah format ”kamu akan bisa untuk”. Para desain pembelajaran yang menggunakan format Marger ini biasanya menggunakan ”SWABAT” yang berarti ”the student will be able to”.

2. Format ABCD

Menurut Knirk dan Gustafson (1986), Ada empat komponen yang harus ada dalam rumusan tujuan, yaitu Format ABCD digunakan oleh Institusi Pengembangan Pembelajaran, pada prinsipnya format ini sama dengan yang dikemukakan oleh Marger, namun pada bagian ini menambahkan dengan mengidentifikasi audiense, atau subjek pembelajar. Unsur– unsur tersebut dikenal dengan ABCD yang berasal dari empat kata sebagai berikut :

A = Audience

B = Behaviour

C = Condition

D = Degree

a. Audience

Audience merupakan siswa atau mahasiswa yang akan belajar, dalam hal ini pada TIK perlu dijelaskan siapa mahasiswa atau siswa yang akan belajar. Keterangan tentang siswa yang akan belajar tersebut harus dijelaskan secara spesifik mungkin, agar seseorang yang berada di luar populasi yang ingin mengikuti pelajaran tersebut dapat menempatkan diri seperti siswa atau mahasiswa yang menjadi sasaran dalam sistim instruksional tersebut.

b. Behavior

Behavior merupakan prilaku yang spesifik yang akan dimunculkan oleh mahasiswa atau siswa tersebut setelah selesai mengikuti proses belajar tersebut . Perilaku ini terdiri dari dua bahgian penting yaitu kata kerja dan objek. Kata kerja ini menunjukkan bagaimanasiswa mendemonstrasikan sesuatu seperti menyebutkan,menjelaskan,menganalisis dan lainnya. Sedangkan objek menunjukkan apa yang didemonstrasikan.

c. Condition

Condition berarti batasan yang dikenakan kepada mahasiswa atau alat yang digunakan mahasiswa ketika ia tes.Kondisi ini dapat memberikan gambaran kepada pengembang tes tentang kondisi atau keadaan bagaimana siswa atau mahasiswa diharapkan dapat mendemonstrasikan perilaku saat ini di tes,misalnya dengan menggunakan rumus tertentu atau kriteria tertentu.

d. Degree

Degree merupakan tingkat keberhasilan mahasiswa dalam mencapai perilaku tersebut, adakalanya mahasiswa diharapkan dapat melakukan sesuatu dengan sempurna tampa salah dalam waktu dua jam dan lainnya. Sejumlah rumusan ABCD dalam penerapannya terkadang tidak disusun secara ber urutan namun dapat dibalik-balikkan . Dalam praktek sehari-hari perumusan TIK terkadang hana mencantumkan dua komponen saja , yaitu A dan B sehingga ketika diukur tidak memiliki kepastian dalsam menyusun tes.

Untuk lebih jelasnya, mari kita analisis Tujuan Instruksional Khusus berikut ini.

Siswa dapat menunjukkan 3 tempat penemuan manusia purba di Indonesia dengan menggunakan gambar peta

Apabila kita uraikan rumusan tersebut ke dalam komponen- komponen ABCD, maka:

Siswa: merupakan komponen Audiens (A)

Menunjukkan tempat penemuan manusia purba : merupakan komponen Behavior (B)

Dengan menggunakan gambar peta: merupakan komponen Condition (C)

3: merupakan komponen Degree (D)

Dari contoh di atas dapat diketahui bahwa siswa dikatakan telah mencapai tujuan apabila siswa tersebut:

i)Telah mampu menunjukkan 3 tempat penemuan manusia purba; apabila siswa hanya mampu menunjukkan dua bagian saja, maka siswa tersebut belum dapat dianggap telah menguasai tujuan tersebut.

ii)Menggunakan gambar peta, ini berati bahwa, pada saat kita menuntut siswa untuk mendemonstrasikan kemampuan menunjukkan 3 tempat penemuan manusia purba, kita harus menyediakan peta negara Indonesia.

Contoh lainnya: Siswa dapat menyebutkan isi proklamasi dengan teknik pidato

Kalau kita uraikan ke dalam komponen- komponen ABCD, maka:

Siswa : merupakan komponen Audiens (A)

Menyebutkan isi proklamasi: merupakan komponen Behavior (B)

Dengan teknik pidato: merupakan komponen Condition (C)

Dari contoh tersebut tampak bahwa rumusan Tujuan Instruksional Khusus tersebut tidak mengandung komponen tingkat ukuran pencapaian (Degree/ D). Apakah rumusan tersebut dianggap salah? Tentu saja, tidak!

Memang secara ideal, rumusan Tujuan Instruksional Khusus hendaknya mengandung keempat komponen tersebut. Namun demikian, tidak setiap Tujuan Instruksional Khusus harus memenuhi empat komponen diatas. Adakalanya Tujuan Instruksional Khusus hanya terdiri dari komponen A dan B, seperti contoh berikut.

Siswa dapat menyebutkan batas- batas provinsi Aceh

Kalau kita uraikan ke dalam komponen- komponen ABCD, maka:

Siswa : merupakan komponen Audiens (A)

Menyebutkan batas- batas provinsi Aceh: merupakan komponen Behavior (B)

5.Contoh Rumusan Tujuan Instruksional Khusus mata pelajaran Sejarah

Sejak awal tahun 1970 para guru di Indonesia dari tingkat sekolah dasar (SD) sampai sekolah menengah telah ditatar dalam pengembangan instruksional dengan menggunakan model PPSI (Program Pengembangan Sistem Instruksional). Dari proses pengembangan tersebut telah dirumuskan dalam bentuk kurikulum tahun 1975 sebagai kurikulum yang bersifat nasional. Di dalam kurikulum tersebut tujuan instruksional umum dan isi pembelajaran telah ditetapkan (Suparman, 2004: 160).



Menulis tujuan instruksional khusus (TIK)

Mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal sisiwa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun