Masalah epistemologis sangat terkait dengan "pertanyaan-pertanyaan mengenai pengetahuan dan penekanan pada cara dan dengan alat apa kita bisa mendapatkan pengetahuan." Jika kita memahami batas-batas pengetahuan, maka kita tidak akan berusaha untuk memahami hal-hal yang pada akhirnya tidak bisa dipahami. Sejak awal keberadaan manusia, ia sudah memiliki keinginan untuk mengetahui, sehingga ia mengungkapkan isi hatinya melalui pembicaraan dan bertanya tentang sesuatu, dorongan ini muncul dari rasa kagum akibat ketidakpahaman terhadap lingkungan, sehingga manusia bertanya untuk memenuhi keinginannya itu" (Jauhari dkk., 2020).
Dalam ranah filsafat ilmu, isu epistemologis menjadi krusial karena memengaruhi metode dan keabsahan manusia dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah. Dalam era modern yang ditandai dengan perkembangan teknologi informasi dan meningkatnya arus data digital, epistemologi berfungsi sebagai dasar kritis untuk mengevaluasi kebenaran, keandalan, dan asal pengetahuan yang beredar. Dengan memahami prinsip epistemologi, individu dapat mengembangkan sikap ilmiah yang objektif, kritis, dan rasional, serta mampu membedakan antara pengetahuan yang valid dan sekadar pendapat. Karena itu, epistemologi berfungsi sebagai pilar utama untuk mempertahankan integritas dan validitas ilmu pengetahuan di tengah pesatnya perkembangan informasi di era modern.
3.Aksiologi tentang Hakikat Nilai
Pada mulanya, para filsuf hanya bersifat reflektif terhadap alam, tetapi, pandangan semacam itu tidak memberikan manfaat bagi kemajuan kepentingan manusia sama sekali. Untuk memahami alam secara mendalam, manusia harus diberikan kemampuan untuk mengintervensi dengan efektif dalam alam dan mengelola proses-prosesnya demi kepentingan manusia, yang berarti bahwa memahami alam berarti mengendalikannya. Aksiologi merupakan "ilmu yang mengkaji hakikat dari nilai-nilai" (Jauhari dkk., 2020)
Oleh karena itu, di era modern, aksiologi memiliki peran yang sangat penting sebagai dasar filsafat ilmu yang membimbing penggunaan pengetahuan agar tidak hanya fokus pada kemajuan teknologi dan pengendalian alam, tetapi juga memperhatikan nilai-nilai moral, etika, dan kemanusiaan. Ilmu pengetahuan tidak lagi diharapkan hanya menjelaskan hakikat realitas atau cara memperoleh pengetahuan, tetapi juga menunjukkan bagaimana pengetahuan itu digunakan untuk kesejahteraan bersama dan keberlanjutan hidup manusia.
Penutup
 Filsafat juga dijelaskan sebagai cara berpikir yang bisa membentuk masyarakat yang kritis, kreatif, dan mandiri. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa di era modern saat ini, filsafat tetap relevan dalam kehidupan manusia untuk menghadapi berbagai tantangan dan perubahan. Hal ini hanya dapat diatasi secara kreatif oleh orang-orang yang mandiri, kritis, serta terbuka terhadap hal-hal baru (Santi dkk., 2022). Dengan demikian, peran ontologi, epistemologi, dan aksiologi sebagai dasar dari filsafat ilmu di era modern sangat penting dalam menentukan arah perkembangan pengetahuan. Tidak hanya fokus pada kemajuan materi, tetapi juga membentuk karakter manusia yang bisa berpikir kritis, bertindak secara etis, dan mengerti nilai-nilai hidup. Ketiga aspek ini menjadikan filsafat ilmu sebagai fondasi yang memastikan perkembangan ilmu dan teknologi selalu sejalan dengan tujuan kemanusiaan dan keberlanjutan hidup di masa depan.
Daftar Pustaka
Jauhari, I. Yahya, A & Darmawan. (2020). Filsafat Ilmu. Deepublish. 41-44. https://bintangpusnas.perpusnas.go.i
Purnomo, D & Mansur, A. (2024). Studi Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Dalam Dunia Pendidikan. Jurnal Jendela Pendidikan. 4 (04). 399. https://ejournal.jendelaedukasi.id/
Santi, T. Nurwahidin, M & Sudwarjo. (2022). Peran Filsafat Ilmu dalam Perkembangan Di Era Modern. Journal of Innovation Research and Knowledge. 2 (6). 2530. https://bajangjournal.com/