Mohon tunggu...
Isma Mufida
Isma Mufida Mohon Tunggu... Guru - Semua ditulis hanya berdasarkan kejadian nyata. Jika nantinya takdir tak mengizinkan kita hidup bersama, izinkan aku tetap mencintaimu melalui tulisanku :)

Allah, Orangtua, Keluarga, Sahabat, dan dia ❤

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kamu, di Hari Ulang Tahunku

3 Maret 2020   14:13 Diperbarui: 3 Maret 2020   15:31 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Selamat ulangtahun sayang
Yang penting sekarang kamu makin sehat, makin pinter, makin cantik, makin semangat belajarnya, makin patuh ke orangtua, makin bermanfaat pada masyarakat, terus aku makin sayang ke kamu
Sebenernya aku gamau ngetik, tapi terpaksa
Pesenku jangan nakal ya, cukup aku yang nakal
Jangan tidur sama cowok, jangan ngerokok, jangan mabuk mabukan ya!

Hahaha.
Pagi pagi sekali sebelum subuh, kau sudah mengirim teks panjang padaku, padahal kau lebih suka berbincang via suara daripada harus menulis panjang lebar yang melelahkan
Kau ucapkan selamat ulangtaun, dengan doa doa sederhana yang membuatku tersipu malu dibuatnya

"Ngapain kok ngga tidur? Mau nyalain petasan?"
Haha. Dengan mata yang masih menahan kantukku, aku tertawa geli mendengar suaramu.
"Mau kado apa? Petasan? Atau bulan? Atau matahari?" Tanyamu.
Aku hanya tertawa, dalam hatiku menjawab bahwa aku ingin kita selalu bersama, aku ingin kau menemaniku bukan hanya pada setiap bertambah usiaku, namun tetaplah bersamaku hingga kelak habis usia

Kau melanjutkan bicaramu, "sebenarnya kado terindahmu adalah rasa syukurmu itu sendiri". Lagi lagi aku terdiam. Setiap katamu selalu membuatku terpaku. Aku jatuhcinta pada setiap kata yang keluar dari lisanmu.

Terimakasih sudah mengingat waktu istimewa dalam hidupku. Terimakasih sudah mau mendoakan hal baik untukku, terimakasih sudah sudi untuk tetap bersamaku hingga tahun keempat ini

Suaramu akan tetap menjadi suara yang selalu ingin kudengar, sayang :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun