Mohon tunggu...
Fahmi
Fahmi Mohon Tunggu... Kuli -

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Wacana Prabowo-UAS, Apakah Sebuah Umpan Politik?

10 Agustus 2018   15:57 Diperbarui: 10 Agustus 2018   16:05 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: nasional.kompas.com)

Akhirnya teka-teki siapa yang akan mendampingi Jokowi maupun Prabowo telah terjawab. Kedua Capres ini sudah resmi mendaftar tepat di hari terakhir batas pendaftaran Capres dan Cawapres periode 2019-2023.

Pada komposisi partai politik pendukung masing-masing capres tidak ada perubahan yang signifikan. Jokowi masih solid didukung dari 9 parpol yang telah lama berada di belakang Jokowi dalam pencalonannya sebagai capres.

Sedangkan Prabowo walaupun dengan berbagai dinamika politik yang begitu cair tetap saja akhirnya Gerindra masih bersama PKS, PAN dan Demokrat.

Sebelum deklarasi resmi masing-masing capres masing menutup rapat dan banyak memberikan teka-teki terkait siapa yang akan mendampingi mereka untuk maju sebagai cawapres. Publik sebelumnya banyak disuguhi berbagai macam berita siapa yang akan dijadikan cawapres oleh mereka. 

Apalagi di minggu-minggu terakhir masa-masa pendaftaran banyak peristiwa yang sangat menarik dan mengejutkan. Mulai dari cawapresnya Jokowi yang tersembunyi di balik kantongnya Jokowi sampai pertemuan-pertemuan yang sangat intensif antara Gerindra dan Demokrat.

Hari ini semua terjawab, Jokowi resmi berpasangan dengan KH Ma'ruf Amin, sedangkan Prabowo didampingi Sandiaga Uno. Banyak publik barangkali terkejut dengan drama akhir dari keputusan oleh mereka untuk memilih cawapres yang akan mendampingi mereka.

Melihat dari dinamika sebelumnya sepertinya baik Jokowi maupun Prabowo menahan diri dan menunggu siapa yang akan dipilih sebagai Cawapres oleh masing-masing dari mereka sebagai pesaing dalam kursi Capres dan Cawapres periode ini.

K. H Ma'ruf Amin memiliki pengalaman yang panjang di jabatan publik. Dia memiliki pengalaman 7 tahun sebagai Anggota Dewan Presiden (2007-2014).

Dia juga memiliki pengalaman legislatif dari tahun 1971 hingga 1999 akhirnya orang yang dipilih oleh Jokowi sebagai pendampingnya sebagai cawapres, secara garis besar dapat dianalisa bahwa Jokowi beserta Parpol pendukungnya ingin meraih suara dari basis agamis dan dari Ormas terbesar di Indonesia, selain itu dibeberapa wilayah yang kuat basis agamanya.

Terpilihnya beliau sebagai cawapres dirasakan bukan sebuah kejutan yang luar biasa karena sebelumnya nama beliau salah satu nama yang ada di dalam sakunya Jokowi. Walaupun begitu masih saja menimbulkan pertanyaan yang cukup besar, kenapa harus beliau? Kenapa bukan di antara nama-nama lain yang ada di sakunya Jokowi.

Pemilihan nama KH Ma'ruf Amin tersebut barangkali dampak dari adanya manuver dan wacana bahwa Prabowo akan dipasangkan dengan tokoh yang berlatar belakang agama, salah satunya UAS yang dianggap memiliki masa yang cukup banyak. Sehingga diputuskan untuk menghadapinya dengan latar belakang yang sama (agama)

Tapi nyatanya Prabowo memilih Sandiaga Uno, yang sebelum sebelumnya nama ini tidak muncul secara signifikan dikubunya Prabowo. Nama yang selalu muncul adalah nama UAS, ustadz Salim Aljufri atau Anis Baswedan.

Kalau kita mencoba untuk menarik mundur ingatan kita ke masa Pilkada DKI, dimana hiruk pikuk Pilkada yang luar biasa. Baik dari para pendukung Parpol maupun Organisasi Non-parpol yang mendukung Anis Baswedan-Sandiaga Uno suasananya seperti pemilihan Presiden.

Maka diperkirakan sebenarnya nama Sandiaga Uno ini sudah disiapkan untuk mendampingi Prabowo di Pilpres 2019-2023, apalagi dikaitkan dengan adanya pertemuan Prabowo bersama politisi PAN dan PKS dengan Habib Rizieq di Mekkah.

Jadi pertanyaannya, apakah wacana dari nama-nama tokoh agama yang dimunculkan oleh parpol pendukung Prabowo sebagai pendamping Prabowo itu sebuah strategi pengalihan isu untuk menyimpan nama Sandiaga Uno, sekaligus sebagai umpan politik agar pihak lain mengambil langkah yang sama untuk menghadang mereka di Pilpres ini.

Kalau seandainya itu benar sebagai sebuah strategi, maka dapat dikatakan bahwa mereka telah berhasil untuk memainkan kartu permainan dalam penentuan nama Cawapres. Karena ada sebagian pendukung massa Jokowi dibeberapa daerah masih mempertanyakan kenapa harus KH Ma'ruf Amin sebagai pendamping Jokowi.

Bukan mengecilkan beliau tetapi melihat dari fisik beliau kemudian status beliau sebagai ulama, padahal masih banyak nama-nama lain yang memungkinkan untuk mendampingi Jokowi sebagai cawapres, sedangkan dari pihak Prabowo memunculkan sosok nama yang berbanding terbalik dengan Jokowi, bahkan nama yang sebelumnya tidak timbul secara signifikan.

Sandiaga Uno, Wakil Gubernur DKI, muda dan memiliki latar belakang ekonomi yang cukup walaupun bukan dari latar belakang agama tetapi memiliki koneksi yang cukup kuat dengan kalangan tokoh-tokoh agama

Melihat fenomena ini mungkin wacana Prabowo berpasangan dengan UAS atau tokoh agama itu hanya sebuah manuver politik yang berfungsi sebagai umpan politik. Dalam dunia politik hal-hal seperti itu sebuah hal yang lumrah, dan artinya Prabowo untuk sementara ini unggul dalam melakukan sebuah strategi politik dalam penentuan cawapres.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun