Mohon tunggu...
ISJET @iskandarjet
ISJET @iskandarjet Mohon Tunggu... Administrasi - Storyteller

Follow @iskandarjet on all social media platform. Learn how to write at www.iskandarjet.com. #katajet. #ayonulis. Anak Betawi. Alumni @PMGontor, @uinjkt dan @StateIVLP. Penjelajah kota-kota dunia: Makkah, Madinah, Tokyo, Hong Kong, Kuala Lumpur, Langkawi, Putrajaya, Washington DC, Alexandria (VA), New York City, Milwaukee, Salt Lake City, San Francisco, Phuket, Singapore, Rio de Janeiro, Sao Paulo, Dubai, Bangkok.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Tempat Wudhu di Amerika

11 Juli 2013   15:23 Diperbarui: 12 Juli 2016   08:42 2559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Selama berada di Amerika tahun lalu, saya bisa dengan nyaman menunaikan ibadah shalat, termasuk shalat Jumat di tiga kota: Washington DC, Salt Lake City dan San Francisco. Rasa syukur ini bertambah karena, meskipun tidak ada petunjuk arah kiblat di setiap kamar hotel yang saya tempati, saya punya bekal aplikasi kiblat yang memudahkan pengguna dalam menemukan di mana persisnya Ka'bah berada.

Terkait rutinitas shalat, saya merasa tinggal di Amerika, khususnya di musim panas, sungguh menyenangkan. Karena matahari bersinar lebih lama, jadwal shalat jadi lebih bersahabat dengan rutinitas kerja harian. Kalau di Jakarta, masyarakat sering terjebak macet dan mengabaikan azan Maghrib yang berkumandang sekitar jam enam sore. Di Amerika sana, jam segitu masih bisa tenang di jalan karena waktu Maghrib baru masuk jam tujuh lewat.

Tapi kalau musim panas dihubungkan dengan puasa di bulan suci Ramadhan seperti sekarang ini, tentu jadi tidak menyenangkan lantaran waktu puasa jadi lebih lama.

Yang menurut saya paling menarik untuk diceritakan terkait rutinitas sholat di masjid-masjid Amerika adalah tradisi mengeringkan badan usai wudhu. Di semua masjid yang saya kunjungi, tempat wudhunya dilengkapi dengan gulungan tisu lebar yang sering saya jumpai di toilet bandara atau mal besar. Gulungan tisu digeletakkan begitu saja di satu sudut. Jadi setelah berwudhu, orang-orang akan mengeringkan kaki dan tangannya dengan tisu tadi.

Awalnya saya merasa aneh, tapi ternyata tisu itu disediakan untuk menjaga kebersihan masjid. Kok bisa?

Seperti kita maklum, karpet di masjid mudah basah dan mengeluarkan bau pengap karena banyaknya ceceran air bekas wudhu yang menetes dari kaki dan anggota badan lainnya. Apalagi di masjid-masjid tradisional yang menyediakan kolom besar berisi air semata kaki yang dibuat untuk memastikan setiap kaki yang mau menginjak masjid benar-benar bersih dengan melewati kolom tersebut. Kaki memang bersih dari kemungkinan percikan najis di sepanjang jalan dari tempat wudhu ke masjid. Tapi masalahnya, lantai atau karpet masjid jadi lebih basah. Walhasil, bercak kaki menempel di mana-mana dan meninggalkan bau tak sedap. Dan kalau lantainya berkarpet lebih parah lagi. Bau apek menempel lama sampai karpetnya diangkat untuk dijemur di bawah terik matahari.

Kondisi ini saya alami di banyak masjid, termasuk di musholla-musholla eksekutif yang sudah menjamur di banyak pusat perbelanjaan di Jakarta. Meskipun ber-AC dan dihiasi dengan interior yang indah, tempat sholat di mal tetap tidak bisa mengatasi masalah ceceran air bekas wudhu. Apalagi kalau tempat sholat yang kecil itu berlokasi di basement, tanpa AC, tanpa ventilasi sama sekali. Aromanya dijamin bikin pusing kepala!

Nah, dengan mengeringkan badan sebelum keluar dari tempat wudhu, tidak ada lagi ceceran air dari kaki atau tangan. Masjid pun tetap kering dan lebih higienis. Budaya kering seperti ini memang sudah lama dianut oleh masyarakat Barat, antara lain bisa kita lihat dari penataan toilet di hotel dan pusat perbelanjaan yang selalu dijaga tetap kering. Pertama agar pengunjung tidak mudah tergelincir, kedua agar ceceran dari toilet tidak menetes di mana-mana.

Baca juga:

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun