[caption id="attachment_254344" align="aligncenter" width="420" caption="Jamaah meninggalkan masjid The Islamic Center Washington DC usai shalat Jumat. (iskandarjet)"][/caption]
Selama berkeliling dari ujung timur ke ujung barat Amerika Serikat usai lebaran tahun lalu, saya bertemu tiga hari Jumat, yang artinya berkesempatan menunaikan shalat Jumat bersama warga setempat.
Ada tiga masjid di tiga kota yang saya kunjungi, yaitu masjid The Islamic Center di Washington DC, Masjid Khadeeja di Salt Lake City dan Masjid Darussalam di San Francisco.
Suasana jumatan di Amerika lebih berasa seperti di Timur-Tengah. Masyarakat muslim Amerika keturunan Arab mendominasi setiap shaf, berhimpitan dengan muslim keturunan Afrika dan negara-negara lainnya. Wajah Asia tidak banyak terlihat di dalam masjid. Di tiga masjid ini, khotibnya adalah imam berkebangsaan Arab. Entah kebetulan atau memang seperti itu realita yang terjadi di masjid-masjid di seantero Amerika. Karena khotibnya orang Arab dan jamaahnya banyak berkebangsaan Arab, wajar khutbah Jumatnya di sampaikan dalam dua bahasa, Arab dan Inggris.
Khotib-khotib di Amerika lebih banyak memberikan motivasi hidup dan bagaimana hidup sebagai seorang muslim, alih-alih memberikan doktrin agama. Sebagai pendatang, saya menikmati khutbah-khutbah itu karena setiap kata yang diucapkan terasa dekat dengan keseharian. Padahal khutbahnya lama--dalam arti benar-benar lama.
The Islamic CenterÂ
Setiap masjid meninggalkan kesan yang berbeda. Dari ketiganya, yang paling megah tentu masjid Islamic Center Washington DC. Di sinilah presiden Bush Junior menyampaikan sambutan pascaserangan teroris yang meluluhlantakkan menara kembar WTC di New York. Masjid itu dipilih karena lokasinya yang berada di pusat pemerintahan.
Pusat Islam di jantung pemerintahan Amerika Serikat itu berdiri megah. Masjid berdiri berkat kolaborasi komunitas muslim dan kedutaan besar negara-negara Islam yang bersama-sama membangun masjid pada tahun 1949, hingga akhirnya dibuka untuk publik tahun 1957. [caption id="attachment_254349" align="aligncenter" width="630" caption="Bagian dalam kubah masjid yang mengagumkan. (iskandarjet)"]
Arsiteknya juga gak tanggung-tanggung: Prof Mario Rossi, arsitek kenamaan asal Italia yang sudah membangun banyak masjid di Mesir. Rossi yang akhir masuk Islam membuat gambar dengan mengadopsi keindahan masjid-masjid kuno di Mesir. [caption id="attachment_254347" align="aligncenter" width="630" caption="Interior masjid yang penuh warna. (iskandarjet)"]
Jumatan Tandingan [caption id="attachment_254350" align="aligncenter" width="630" caption="Khotib masih menyampaikan khutbah dalam Jumatan di trotoar saat saya beranjak pergi. (iskandarjet)"]
Ada pemandangan unik yang saya temukan di masjid bersejarah Islamic Center Washington DC. Kebetulan waktu itu saya dan rombongan sedang bergegas ke kota New York untuk mengejar jadwal nonton pertunjukan panggung Spiderman di Broadway. Saat hendak menuju tempat parkir di samping masjid, saya melihat ada jamaah Jumat yang masih menjalankan ibadah di terotoar jalan sebelah selatan masjid.