Mohon tunggu...
ISJET @iskandarjet
ISJET @iskandarjet Mohon Tunggu... Administrasi - Storyteller

Follow @iskandarjet on all social media platform. Learn how to write at www.iskandarjet.com. #katajet. #ayonulis. Anak Betawi. Alumni @PMGontor, @uinjkt dan @StateIVLP. Penjelajah kota-kota dunia: Makkah, Madinah, Tokyo, Hong Kong, Kuala Lumpur, Langkawi, Putrajaya, Washington DC, Alexandria (VA), New York City, Milwaukee, Salt Lake City, San Francisco, Phuket, Singapore, Rio de Janeiro, Sao Paulo, Dubai, Bangkok.

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Gunakan Aplikasi agar Salah Input Tidak Jadi Tragedi

25 April 2019   19:46 Diperbarui: 26 April 2019   01:40 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Aplikasi Pemilu. (ECI)

Lalu di kalangan masyarakat pun sudah banyak teknologi yang diterapkan untuk 'menghitung suara'. Tapi tujuannya tentu sebatas memantau pemilu, bukan membantu KPU. Ada yang bikin website kawalpemilu.org yang sudah melegenda. Ada juga yang membuat aplikasi Android seperti "Ayo Jaga TPS" dan sejenisnya.

Baca juga: Serunya Liburan Anak Gontor

Idealnya, aplikasi-aplikasi canggih itu tidak mampu menyaingi kecanggihan aplikasi input suara yang dibuat oleh KPU sebagai panitia pemilu. Bahkan di era interaksi digital, Bawaslu juga harus menyediakan aplikasi kawal pemilu yang lebih canggih dari buatan masyarakat saat ini.

Tapi ternyata panitia dan pengawasnya masih ikut manual. Aplikasi yang tersedia masih terbatas aplikasi prapemilu. Ada sih menu "Cek Hasil" di aplikasi KPU RI PEMILU 2019. Tapi isinya hanya tautan ke website. Teknologinya masih tertinggal 5 tahun ke belakang. Padahal anggaran yang tersedia punya cukup banyak, dan Menteri Keuangan selaku bendahara saya yakin bukan orang yang pelit soal perkembangan teknologi, apalagi timnya sudah melek teknologi.

Kalau sudah menggunakan aplikasi, yang tentu biayanya tidak murah (kecuali bikin aplikasinya kaleng-kaleng), saya bayangkan proses rekapitulasi hanya butuh waktu maksimal 1 minggu, mengingat kondisi geografis yang tidak mudah di tanah air.

Setiap petugas di TPS akan langsung membuka aplikasi di ponselnya, memfoto Formulir C1, menginput datanya, pada saat itu juga. Laporan kegiatan yang berlembar-lembar kertas juga bisa lebih efektif jika diisi di aplikasi yang dibuat user friendly.

Semua proses itu tentunya dilakukan secara terbuka di TPS, disaksikan oleh masyarakat setempat dan direkam oleh semua saksi.

Setelah data berhasil masuk, otomatis proses kerja dari TPS ke Kelurahan ke Kecamatan dan seterusnya tidak akan se-njlimet sekarang.

Lalu bagaimana dengan TPS di pedalaman?

Baca juga: Yang Pertama dan Serba Wah di Pesawat Kepresidenan Bersama Jokowi

Pembahasan soal sumber daya manusia di lapangan, khususnya di daerah pelosok dan pedalaman, termasuk daerah perbatasan terluar, harus disiasati dengan memberangkatkan petugas terlatih ke lokasi terpencil tadi dengan membawa serta perangkat dan jaringan internet, agar data di daerah itu bisa langsung diinput ke dalam aplikasi dalam sekejap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun