Mohon tunggu...
ISJET @iskandarjet
ISJET @iskandarjet Mohon Tunggu... Administrasi - Storyteller

Follow @iskandarjet on all social media platform. Learn how to write at www.iskandarjet.com. #katajet. #ayonulis. Anak Betawi. Alumni @PMGontor, @uinjkt dan @StateIVLP. Penjelajah kota-kota dunia: Makkah, Madinah, Tokyo, Hong Kong, Kuala Lumpur, Langkawi, Putrajaya, Washington DC, Alexandria (VA), New York City, Milwaukee, Salt Lake City, San Francisco, Phuket, Singapore, Rio de Janeiro, Sao Paulo, Dubai, Bangkok.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Doa Neno dan Siasat Jokowi yang Perlu Di-restart

25 Februari 2019   14:09 Diperbarui: 25 Februari 2019   17:47 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ya Allah, jika pasukan Islam yang berjumlah sedikit ini musnah, niscaya tidak ada lagi orang yang akan menyembah-Mu di muka bumi ini." (HR. Muslim)

Doa tersebut dipanjatkan Nabi Muhammad saw saat Perang Badar pada tanggal 17 Ramadhan tahun kedua hijriyah.

Allah swt mengabulkan doa Rasulullah. Pasukan muslim meraih kemenangan dalam perang besar pertama melawan musuhnya. Peristiwa monumental itu menjadi pengingat bagi umat Islam agar selalu bersyukur kepada-Nya. Allah swt berfirman:

"Dan sungguh Allah telah menolong kamu dalam Perang Badar, padahal kamu dalam keadaan lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, agar kamu mensyukuri-Nya." (QS Ali Imran ayat 123).

Selang 14 abad kemudian, Neno Warisman memanjatkan doa yang sama. Dia khawatir jika calon presiden junjungannya tidak menang dalam Pilpres 2019, "niscaya tidak ada lagi orang yang akan menyembah-Mu di muka bumi ini."

Hari ini, tidak ada perang sebesar Perang Badar. Bahkan tidak ada perang dalam arti kontak fisik dan senjata sama sekali. Yang ada hanya Pilpres Yang Berulang. Hanya kontes perebutan istana yang, sialnya, diikuti oleh dua orang yang sama sejak SBY turun tahta.

Doa itu jelas terdengar lebay, 'over acting', dan boleh saja dicap menggunakan peninggalan Nabi tidak pada tempatnya.

Tapi siapa yang bisa dan boleh melarang Neno? Tidak ada. Itu hak dia untuk merangkai doa dan memanjatkannya. Doa adalah media komunikasi antara makhluk dan Tuhannya. Isinya adalah gabungan antara ungkapan perasaan dan harapan.

Doa juga merupakan sebentuk upaya manusia dalam menemukan dukungan spiritual atas apa yang sedang dihadapi dan dikerjakan. Darinya mengalir ketenangan hati dan keteguhan jiwa. Juga kebulatan tekad dalam meraih sesuatu atau keluar dari sesuatu.

Anda boleh melihat doa itu sebagai serangan politis lalu menghujatnya. Atau sebagai doa nan tulus lalu mengamininya.

Tapi bagi Neno, narasi itu perlu dia sampaikan kepada Yang Maha Kuasa. Boleh jadi dia melihat kondisi di sekililingnya sangat mengkhawatirkan. Kemaksiatan merajalela. Hukum berat sebelah. Kesejahteraan tidak membaik. Dan kepentingan umat Islam dipasung. Dia pun mungkin juga merasakan penindasan yang amat besar. Dan semua itu terpendam dalam benaknya lalu dilampiaskan dalam bentuk doa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun