Mohon tunggu...
Zulkarnain El Madury
Zulkarnain El Madury Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Madura pada tahun 1963,
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang pemburu kebenaran yang tak pernah puas hanya dengan " katanya". Adalah Da'i Pimpinan Pusat Muhammadiyah peeriode 1990 sd 2007, selanjutnya sebagai sekjen koepas (Komite pembela ahlul bait dan sahabat) hingga 2018, sebagai Majelis Tabligh/Tarjih PC. Muhammadiyah Pondok Gede, Sebagai Bidang Dakwah KNAP 2016 -219 . Da'i Muhammadiyah di Seluruh Tanah air dan negeri Jiran ..pernah aktif di PII (Pelajar Islam Indonesia), Tinggal dijakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dari Pembegelan Motor Hingga Pembegalan Masjid

1 Maret 2015   16:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:19 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kata "Begal" bukan kamus baru dalam bahasa kehidupan manusia, tetapi selagi saya masih usia enam tahun [sekarang 53 tahun], kata "begal" itu sudah menebar di berbagai daerah rawan begal, yang dilakukan oleh satu orang atau lebih dengan cara kasar dan paksa, kalau perlu membunuh. Pembegalan yang sering kita saksikan mulai marak wilayah DKI dan Jabar, itu sih mencuat kepermukaan karena lokasi pembegalan dekat dengan Ibu Kota. Tetapi Pembegalan yang terjadi di pelosok Madura, seperti seorang suami dan Istrinya  ketika pulang dari sebuah perjalan disetop ditengah Jalan, suaminya di bantai dan istrinya yang sedang hamil di buang di semak semak, seolah tak menarik perhatian banyak orang. Sebabnya lokasi kejadian terjadi di pelosok desa di Madura, padahal Madura ini paling banyak dan paling rawan Pembegalan, biasanya paling sering ketika musim tembakau merugikan banyak orang di Madura...

Begal begal motor yang acap kali terjadi mencerminkan senjangnya hubungan sosial yang berkelas di negara ini, membuat kelompok tertentu beringas menyikapi masalah. Mereka haus pergaulan hidup, jauh dari rasa bersama hidup bersama, juga karena kecemburuan sosial. Adanya kelas kelas yang tercipta dalam lapisan masyarakat Indonesia, itulah penyebabnya, selain memang ada kelompok yang berotak dan berjiwa "begal" , tidak puas jika tidak menumpahkan amarahnya membegal orang lain. Misalnya kejadian di depok, di Banjir Kanal Timur dan daerah daerah lainnya di DKI dan Jabar tidak bisa dilepaskan dari kurangnya perhatian para pembina sosial, juga santunan sosial dan sebagainya, terutama sempitnya lapangan kerja, bahkan mungkin sebab kebijakan kebijakan baru pemerintah yang tidak menyentuh aspek sosial.

Bisa saja lahirnya generasi "begal" itu bagian dari sebuah pengalihan masalah yang terjadi ditengah masyarakat Indonesia. Sebuah bentuk alergi kelompok yang protes pada ketidak-adilan, rasis yang masih menggenangi bangsa ini, membedakan suku yang satu dan yang lain. Kelas kelas semacam inilah yang dapat mendorong fluktuasi kejahatan begal di negara ini terus berkembang. Hingga sebagaimana Pembegalan Masjid di Cengkareng tentunya tidak bisa dilepaskan dari kontruksi kehidupan bernegara dan beragama,  lepas dari asas dan ajaran agamanya, agama agama yang dianut umat ini tidak menjadi praktek yang konstributif , sebagai bentu aplikasi dirinya dengan agama yang dianutnya.

Seolah agama sudah tidak bisa diharapkan menyelesaikan masalah yang menimpa, sedang pada saat yang sama kitab suci agama mengajarkan konstruksi musyawarah sebagai alur tempuh solving problema. Tetapi demi suku, demi martabat golongan , demi ambisi, rasa malu, dendam, dan kebencian yang ditanamkan dengan sentimen paham mengakibatkan buntu pikiran, sehingga menimbulkan gejolak membela wibawa suku, golongan dan paham, dengan menebarkan kejahatan berkedok dan atas nama agama ?, Berperan pula dalam arena yang sama para tokoh tokoh  kepercayaan mereka menjadi mesin lokomotif, menarik gerbong gerbong nafsu ditumpahkan dengan melakukan pembegalan terhadap Masjid. Ini mah luar biasa, karena mestinya tidak terjadi dengan alasan apapun, terlebih kalau mengaku/mengklaim diri sebagai pembela agama. Motif kejahatan dalam pembegalan masjid ini jelas berlatar belakang kesenjangan antara kelompok besar, disamping sebab tak ada pembenaan mental agama pada diri mereka, sehingga harus pula melumpur diri dengan berbagai kebencian yang rasial, karena sebab menjauhkan diri dari nilai nilai sejarah agama yang dibangun pada asa taqwa bukan asas masjid Dirar yang sebenarnya menyalahi nas agama.

Itulah kamus begal yang dipakai siapa saja dalam menggunakan kata itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun