SEJAK keluar dari area Danau Kelimutu, Baki Bani terus berjalan mengikuti arah mata angin. Menghirup udara tanah Flores yang penuh kesejukan.
Selama melakukan perjalanan dirinya belum sekalipun menemui orang dari dunia persilatan. Baik dari golongan putih maupun hitam. Â
Sesaat memasuki hutan pinus, telinganya menangkap suara perkelahian di dalam hutan. Â Baki Bani tak ingin menyia-nyiakan kesempatan baik tersebut, ia pun langsung berlari mengikuti arah suara perkelahian.
Tak perlu lama, Â murid Pendekar Monyet Pelangi dan Pendekar Komodo Putih itu menyaksikan seorang perempuan berparas cantik tengah bertempur hidup-mati dengan seorang kakek berwajah angker.
Jurus demi jurus diperagakan. Perempuan cantik terlihat begitu murka. Dia tak sekalipun membiarkan kakek bertampang angker itu mengeluarkan suara. Â Walaupun si kakek terus meledek pendekar perempuan itu.
"Hahahah, Â ternyata mulut mu tak setajam ilmu silat mu," kata si kakek sambil menunduk menghindari tendangan mematikan kearah kepala.
Merasa dipermainkan, Â pendekar perempuan itu berteriak, Â "Tutup mulut mu Setan Gunung Meja, Â berapa perempuan yang telah kau jadikan budak seks, Â berapa penduduk desa yang kau bunuh. Â Aku malaikat yang meminta pertanggungjawaban kelakukan bejat mu. "
Ia kembali menggebrak dengan jurus-jurus mematikan. Namun si kakek berjuluk Setan Gunung Meja yang memiliki segudang pengalaman hanya tersenyum. Â Dengan mengalirkan separuh tenaga dalam ke tangan, Â ia mengadu pukulan.
Bum, Â pendekar perempuan mental sejauh dua meter. Â Sementara si kakek hanya merasakan tangannya nyeri, Â tidak bergeser sejengkal pun. Â
Pendekar perempuan merasakan sakit luar biasa, Â kepalanya berat, Â dari mulut dan hidungnya mengeluarkan darah. Dia mencoba berdiri, Â namun badannya tak lagi memiliki kekuatan.
Kakek berjuluk Setan Gunung Meja, tersenyum. Tangannya mengambil tongkat berkepala tengkorak yang jatuh. Â Kemudian berkata, "Ternyata mulut mu dan ilmu silat yang kau miliki tak sejalan, Â kau cuma pintar berbicara. Hahahah, Â tapi layak untuk dijadikan teman tidur ku," katanya.
Si kakek pun menghampiri tubuh pendekar perempuan yang tak lagi berdaya. Dipanggulnya tubuh wanita cantik itu. Saat kakinya hendak melangkah pergi. Tiba-tiba ia dikejutkan suara bentakan.