Mohon tunggu...
Isidorus Lilijawa
Isidorus Lilijawa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Meneropong posibilitas...

Dum spiro spero

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Epilog untuk Mama Guru Delfina

10 Juni 2021   11:26 Diperbarui: 10 Juni 2021   11:51 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, pola komunikasi orang tua dan sekolah mestinya 'mencair'. Jika ada kesulitan perlu keterbukaan untuk menyampaikannya ke pihak sekolah. Sekolah bukan penjara. Para guru bukan sipirnya yg kaku seperti tembok. Mereka punya hati, punya rasa. Datang dan sampaikan baik-baik, mungkin bisa dicarikan solusi bersama atau bisa dibicarakan kebijakan lain yg disepakati bersama. Ini adalah cara kita. Jalan kita. Pola kita.

Posisi Mama Guru

Di sekolah-sekolah yg merekrut guru honor, uang komite sangat penting untuk membayar honorariumnya. Uang itu dipungut dari para orang tua yg anaknya bersekolah di situ. Besaran uang komite adalah hasil kesepakatan bersama para orang tua bersama pengurus komite. Kesepakatan bisa mufakat ketika semua pihak merasa yakin dapat memenuhi kewajiban itu. Tentu termasuk si DD.

Dalam posisi sebagai kepala sekolah, mama guru Delfina tentu menjadi pucuk pimpinan di sekolah itu. Ia paling tahu 'isi perut' sekolahnya. Di satu sisi ia wajib mengamankan keputusan komite sekolah, di sisi lain ia tidak tega membiarkan para guru yg mungkin saja menjadi honorer di sekolah itu merana karena honor bulanan sering terlambat. 

Di lain sisi, tak mungkin ia mesti mengorbankan anak muridnya. Dalam urusan uang komite, siswa tidak perlu tahu. Itu urusan orang tua. Saya yakin, pihak sekolah sudah menempuh 'cara-cara baik' untuk menyampaikan kepada orang tua agar membayar kewajibannya. Saya menduga 'memulangkan' anak saat ujian adalah cara terakhir yg ditempuh sekolah agar orang tua/wali 'sadar kewajibannya'.

Pada titik ini, posisi dan kebijakan mama guru Delfina sudah tepat. Ia bersolider dengan semua pihak tetapi tetap menjaga komitmen. Bahkan ketika diancam secara verbal oleh DD untuk melaporkan ke polisi, mama guru mengatakan 'silahkan lapor.' Artinya, dalam posisi sebagai kepala sekolah dan disposisi batin sebagai mama yg guru, mama Delfina sudah bijak di tempatnya. 

Sayang memang kebaikan ini direspon secara brutal oleh DD. Apakah ia merasa dilecehkan? Apakah ia merasa terhina? Apakah ia tak tega melihat anaknya dipulangkan? Yg pasti, anda harus memenuhi 'kewajiban' supaya bisa menuntut 'hak'. Jangan merasa dilecehkan jika kewajiban tidak dipenuhi apalagi kewajiban itu adalah kesepakatan dan mufakat bersama.

Guru Bukan Superman

Guru itu manusia biasa. Perasaannya bisa tersakiti. Kulitnya dapat terluka. Ia bisa salah dan keliru. Tetapi ia patut dihargai dan dihormati. Karena guru bukan superman maka ia butuh juga dilindungi. Dalam konteks kasus ini, sudah saatnya sekolah-sekolah memikirkan aspek security dan safety di sekolah. Minimal di sekolah ada pagar dan kakau bisa ada satpamnya. Saat sekarang semakin banyak 'orang aneh' yg bisa kapan saja ke sekolah dan merusak suasana pembelajaran atau mencelakai para guru dan siswa.

Kasus ini juga menggugat sejauh mana peran pemerintah daerah setempat. Menghidupkan sekolah hanya dengan mengharapkan uang komite memang berat rasanya. Di sinilah kadang-kadang kepala sekolah mesti 'putar otak' supaya kebutuhan-kebutuhan yg bersumber dari uang komite bisa terpenuhi. Nah, Pemda tidak boleh diam. Mestinya ada intervensi, ada sentuhan, ada perhatian. Sedikit pun tidak apa. Karena guru-guru itu mencerdaskan generasi daerah.

Ada banyak persoalan di sekolah yg sebenarnya bisa diselesaikan dengan komunikasi yg baik antara pihak sekolah, komite, orang tua/wali dan pemerintah setempat. Mudah-mudahan kita bisa belajar dari peristiwa ini. Mama guru Delfina telah pergi. Namun budi baik dan jasa tulusnya pasti tetap terkenang. Guru itu pahlawan yg walau punya banyak jasa tetap didengungkan tanpa tanda jasa. Semoga segala jasa pengabdianmu mama guru menjadikanmu pemenang atas banyak bintang jasa di kehidupan yg kekal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun