Mohon tunggu...
Ihsan Sopyan
Ihsan Sopyan Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya seorang Mahasiswa di Universitas Siliwangi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kesenjangan Digital sebagai Manifesti Ketimpangan Sosial di Bidang Pendidikan

15 Oktober 2025   15:16 Diperbarui: 15 Oktober 2025   15:16 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Globalisasi dan era digital telah menempatkan teknologi sebagai elemen krusial dalam proses pembelajaran. Ketika masa pandemi Covid-19 menekankan bagaimana pentingnya akses digital dalam hal pendidikan. Tetapi kenyataannya masih banyak terdapat kesenjangan digital yang signifikan, siswa di perkotaan memiliki akses yang lebih mudah terhadap perangkat dan konektivitas dibandingkan siswa di daerah terpencil. Bagaimana akses digital ini mencerminkan stratifikasi sosial baru di mana akses terhadap teknologi menjadi sumber kekuatan dan peluang, perbedaan budaya dalam pemanfaatan teknologi dan nilai-nilai terkait pendidikan digital memengaruhi kesiapan siswa yang ada di sekolah setempat (Gemiharto & Priyadarshani, 2022).

Pendidikan digital yang adil menjamin bahwa setiap siswa, tanpa memandang latar belakang sosial ekonomi, ras, jenis kelamin, lokasi, atau faktor sosial lainnya, memiliki akses yang sama terhadap kesempatan dan sumber daya pembelajaran digital. Hal ini mencakup penyediaan sumber daya teknologi penting, termasuk komputer dan konektivitas internet, peningkatan keterampilan digital, dan penyediaan materi pendidikan yang inklusif. Tujuannya adalah untuk menutup kesenjangan digital dan menjamin bahwa manfaat pembelajaran digital menjangkau seluruh lapisan masyarakat, sehingga mendorong keadilan dan inklusivitas dalam pendidikan. Meskipun pembelajaran digital menawarkan banyak manfaat, berbagai kendala sosiologis menghambat penerapannya yang adil. Kendala ini mencakup ketimpangan sosial ekonomi yang memengaruhi kemampuan mengakses teknologi dan koneksi internet yang andal.

Letak geografis menjadi semakin memperparah kesenjangan digital. Misalnya wilayah pedesaan seringkali memiliki infrastruktur internet yang kurang memadai, sehingga menghambat kemampuan siswa untuk mengikuti pendidikan daring. Keterbatasan akses terhadap teknologi ini menjadi hambatan besar bagi kesetaraan pendidikan, yang mencegah siswa di wilayah ini untuk sepenuhnya terlibat dalam kesempatan pembelajaran digital. Kesenjangan digital juga terlihat jelas dalam standar konten digital yang mudah diakses (Chikwe et al, 2024). Siswa dari latar belakang kaya biasanya memiliki akses ke beragam sumber daya pendidikan interaktif berkualitas tinggi, sementara mereka yang berasal dari latar belakang kurang mampu mungkin hanya menggunakan materi dasar atau yang sudah usang (Milawati, 2023). Perbedaan kualitas konten ini semakin menghambat kemajuan pendidikan siswa kurang mampu. Lalu modal sosial dan modal budaya juga sangat penting dalam pendidikan digital. Modal sosial berkaitan dengan koneksi dan hubungan yang memberikan individu akses terhadap sumber daya dan bantuan. Dalam lingkungan pembelajaran digital, modal sosial dapat memengaruhi ketersediaan teknologi, informasi, dan bantuan. Misalnya, siswa dengan latar belakang keluarga yang kaya akan jejaring sosial dapat menikmati akses yang lebih baik terhadap perangkat teknologi, bantuan teknis, dan sumber daya pembelajaran melalui koneksi mereka.

Dalam laporan data Beritasatu (2020) di jelaskan, ketimpangan yang paling mendasar dalam pendidikan berkaitan dengan ketersediaan infrastruktur fisik. 31,8% wilayah Indonesia masih tanpa konektivitas internet dan 7,1% wilayah di Indonesia masih tanpa listrik. Skenario ini khususnya meresahkan di wilayah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal). 16,6% wilayah tanpa akses internet dan 15,9% tanpa listrik terdapat di wilayah ini. Ketiadaan listrik dan akses internet secara efektif menghalangi jutaan siswa dari sistem pembelajaran jarak jauh daring, sehingga memaksa mereka untuk menempuh studi mandiri atau bergantung pada pendekatan luring yang terbatas. Bagi siswa di wilayah dengan konektivitas internet yang stabil masalah ini belum sepenuhnya teratasi. Kesenjangan digital masih ada yang memengaruhi kualitas jaringan dan akses ke sumber daya pendukung. Tantangannya bisa meliputi salsahsatunya yaitu sinyal yang lemah, lebih dari separuh wilayah 3T dengan konektivitas internet menunjukkan akses internet terbatas karena kekuatan sinyal yang tidak memadai. Sinyal yang lemah membuat aktivitas pembelajaran interaktif seperti Zoom atau Google Meet tidak dapat diakses atau sangat sulit digunakan.

Jika di bandingkan dengan tahun 2025 Sekolah-sekolah di wilayah perkotaan sampai saat ini umumnya memiliki akses yang relatif baik terhadap teknologi dan infrastruktur digital, hal yang sebaliknya berlaku di wilayah pedesaan dan terpencil, di mana kesenjangan akses internet dan perangkat keras (seperti komputer dan tablet) masih signifikan. Kesenjangan ini diperkuat oleh data yang disajikan dimana akses teknologi di wilayah perkotaan mencapai 80%, akses teknologi di wilayah pedesaan hanya 35%, dan akses teknologi di wilayah terpencil hanya 20%. Kesenjangan ini menghambat digitalisasi pendidikan secara menyeluruh, terlepas dari latar belakang mereka sehingga membuat siswa tidak memiliki akses yang setara terhadap sumber daya pembelajaran (Riyadi et al, 2025)

Kesenjangan digital ini sangat terlihat jelas banyak faktor - faktor yang menjadi pendukung terhada kesenjangan digital saat ini seperti hal nya daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal) yang sangat terbatas untuk mendapatkan akses terhadap internet sehingga membuat perkembangan pendidikan di Indonesia berjalan lambat, dari faktor infrastruktur pun menjadi kendala terkait kesenjangan digital ini.

Referensi

Gemiharto, I., & Priyadarshani, H. E. N. (2022). The challenges of the digital divide in the online learning process during the COVID-19 pandemic in Indonesia. Ilomata International Journal of Management, 3(2), 112--124.

Chikwe, C. F., Dagunduro, A., Ajuwon, O. A., & Ediae, A. A. (2024). Sociological barriers to equitable digital learning: A data-driven approach.

Milawati. (2023). Kesenjangan status sosial ekonomi siswa terhadap literasi digital.  Cendikia: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 17(1), 67--78.

BeritaSatu. (2020, 18 Agustus). Fakta Data: Kesenjangan Pendidikan di Indonesia. YouTube. https://youtu.be/aq6_ndZUAWM

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun