Mohon tunggu...
Alifis@corner
Alifis@corner Mohon Tunggu... Seniman - Seniman Serius :)

Sebagaimana adanya, Mengalir Seperti Air | Blog : alifis.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

10 Model Seksi Kampus di Era Covis-19

26 April 2020   00:03 Diperbarui: 26 April 2020   11:33 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Catwalk Covid19 sebuah negeri yang bernama Indonesia menghentak sekaligus mengejutkan siapapun adanya. Empati dan simpati hadir mengalir membasuh rintihan duka lara yang berubah manjadi duka cita. Ketidaktahuan dan keputusasaan.

Kasus kemanusiaan selalu menyentuh kalbu terdalam. Beragam cara menyikapi sangat tergantung potensi dan ruang gerak. Pengalaman, hasrat dan kemauan. Gaya orang lapangan juga berbeda dengan gaya orang kantoran, apalagi rumahan.

Orang kampus, terbiasa dengan pola Tri Dharma. Keseimbangan peran ideal di aspek pendidikan pengajaran, riset-penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Hanya realitasnya, gaya civitas akademika tidak selalu sama. Ada yang cenderung jadi guru sejati - hari-harinya lebih dominan dengan pembelajaran.

Sebagian tenggelam dalam riset penelitian dengan sederet jurnal publikasi ilmiah yang dibanggakan. Lainnya, lebih banyak waktu untuk berinteraksi dengan masyarakat dengan program pengabdiannya.

Bahkan ada yang tiga-tiganya tidak dominan, karena terkuras waktu di tugas tambahan. Sekali lagi, itu tergantung pada potensi dan ruang gerak. Pengalaman, hasrat dan kemauan.Eksistensi diri seorang akademisi akan tampak disitu.

Di saat ini, semua orang kampus bekerja dan belajar dari rumah. Yang biasanya hari-hari banyak tersita di kampus, kini hadir ditengah-tengah keluarga. Yang terbiasa menyampaikan ilmu dan pengetahuan di depan kelas, kini harus menyisihkan waktu di pojok rumah atas nama kuliah daring.

Yang terbiasa menalar dengan kadar intelektual yang dimajukan, kadang lupa waktu lupa makan, kini harus lebih membumi, mengedepankan interaksi dengan sosok-sosok yang mungkin sering diabai, ada ortu, saudara, anak-anak dan suami/istri.

Ketika akademisi seperti saat ini, tidak ke kampus, itulah saatnya mengasah rasa sebagai makhluk sosial. Sebuah benang merah yang mampu menarik keegoisan 'menara gading' di ranah pendidikan. Tidak memandang background keilmuan. 

Ini masalah kemanusiaan. Ini masalah virus yang menyebar. Yang tidak memandang statuta dan kedudukan. Dari presiden sampai anak baru lahir pun, bisa dijangkiti dan disakiti. Ketika ritme teknologi dan industri, dinamika langkah kaki manusia dibatasi, pemandangan tampak berseri. Langit bersih tanpa polusi.

Bumi seakan terlahir kembali. Siklus sedang berbalik arah. Bumi yang terkoyak oleh aktivitas manusia, kini sedang merecover diri. Ketika manusia bersembunyi dan menyembunyikan diri.

Sampai kapan?

Itu satu pertanyaan aktual sekarang. Dari 6 pertanyaan mendasar hakikat ilmu dan kehidupan. Ada yang bilang 5W1H (who, what, where, when, why, how). Ada yang menyingkat 6A (siapa, apa, di mana, kapan, mengapa, serta bagaimana). Ini tak sesimpel WYSWYG (what you see, what you get). Rudyard Kipling di The Elephant's Child (1902) bahkan menyebutnya ini sebagai 6 pelayan pria yang lapar.

I keep six honest serving-men ;
(They taught me all I knew)
Their names are What and Where and When
And How and Where and Who.
I send them over land and sea,
I send them east and west; 

But after they have worked for me,
I give them all a rest. 

I let them rest from nine till five,
For I am busy then,
As well as breakfast, lunch, and tea,
For they are hungry men:
But different folk have different views:
I know a person small---
She keeps ten million serving-men,
Who get no rest at all!
She sends 'em abroad on her own affairs,
From the second she opens her eyes---
One million Hows, two million Wheres,
And seven million Whys! 

5H1W covid19 menjadi dasar orang-orang modelling di bidang Matematika, Statistika, Epidemiologi, Medis dan Kesehatan masyarakat. Alarm talentanya memanggil-manggil dan syaraf intelektualitasnya bergetar-getar. Metabolisme yang menggerakkan akal logika, bukan pengobatan luka. Yang terbiasa menari-nari bersama data penderita. Bukan berarti bahagia diatas bencana. Nalar logikanya mengulik ketidakpastian menjadi sebuah prediksi yang jadi sandaran. Oleh pengambil kebijakan. Membuat model yang seksi-seksi. Yang mampu menghipnotis kaum rasional untuk melotot dan mengangguk-angguk mengiyakan. Dan ketika di Catwalk tampil seorang pria yang bernama When (Kapan)? Model yang seksi berkerumun dan menebarkan aura kemolekan 'solusinya' prediksinya.

Ayokk kita pelototin dengan hasrat membara. Dengan akal logika. Bukan dengan nafsu syahwat.  Karena ini bukan itu. Apalagi di bulan Ramadhan puasa menahan ini dan itu.

  1. Centre for the Mathematical Modelling of Infectious (CMMID) yang berbasis di London, Inggris, mengkhawatirkan banyak kasus virus corona atau Covid-19 yang tak terungkap. Hasil penelitian berdasarkan model yang diciptakan sekaligus jumlah korban yang meninggal dunia. Prof. Stefan Flasche menyebutkan, dikhawatirkan di Indonesia, jumlah kasus virus corona akan meningkat dua kali lipat setiap tujuh hari, yang bisa saja dihentikan dengan memutus mata rantai virus," sebutnya, dilansir dari FoxNews.
  2. Pusat Pemodelan Matematika dan Simulasi ITB (PPMS ITB) Bandung, merelease hasil simulasi lewat model Richard's Curve dengan memasukkan data 14 Maret 2020 (dengan 96 kasus), tampak bahwa puncak penyebaran Covid-19 di Indonesia adalah akhir Maret 2020, kemudian diprediksi berakhir pada pertengahan April 2020. Yang kemudian di ralat. "Puncak akan bergeser di sekitar minggu kedua atau ketiga April dan berakhir di akhir Mei atau awal Juni. Dengan catatan : asal penanganan pencegahan dilakukan secara serius, sigap, dan disiplin oleh semua pihak mulai dari elemen individu, masyarakat sampai pada pemerintah dan berbagai instansi terkait. Apakah satu bulan setelah puncak, wabah berakhir? Peneliti Nuning berkata pemodelan matematika tidak bisa menjawab dan memastikan apakah satu bulan setelah puncak maka penyebaran berakhir. Puncak dan berakhirnya penyebaran sepenuhnya berkaitan dengan banyak aspek. Model tidak bisa menjamin hal itu,".(kompas.com)
  3. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI) memprediksi hampir 2,5 juta orang di Indonesia terjangkit virus corona pada hari ke-77 penyebaran jika pemerintah tak melakukan intervensi secara serius. Selain itu, sebanyak 240.244 pasien diperkirakan bakal meninggal dunia akibat corona di dalam negeri. Namun dengan intervensi serius pemerintah, jumlah kasus diperkirakan sekitar 600 ribu jiwa pada hari ke-98 dengan angka kematian mencapai 11.898 orang pada hari ke-100. Jumlah kasus baru tertinggi sekitar 70 ribu orang pada hari ke-80. Tim FKM UI menggunakan asumsi bahwa setiap satu kasus positif corona dapat menginfeksi setidaknya dua orang lainnya dengan penggandaan kasus selang empat hari. Mereka juga menggunakan patokan awal indikasi penyebaran corona di Indonesia pada pekan pertama Februari 2020. (Baca: Tanpa Intervensi Pemerintah, Kasus Corona RI 2,5 Juta dalam 77 Hari)
  4. ILUNI-Alumni Departemen Matematika UI. Empat alumni Matematika UI juga membuat pemodelan menyebarnya Covid-19 di Indonesia. Basisnya adalah penelitian yang dilakukan beberapa ilmuwan di Wuhan, Tiongkok. Mereka memprediksi tanpa penanganan pemerintah, penyebaran Covid-19 baru usai akhir Agustus atau awal September dengan ratusan ribu kasus. Puncak pandemi diramal terjadi tanggal 4 Juni yakni 11.318 kasus baru. Sedangkan dengan skenario tiga yakni kebijakan tegas (strict intervention), virus corona di Indonesia paling cepat akan berakhir pada akhir Mei hingga awal Juni 2020. Untuk jumlah kasus positifnya diprediksi mencapai 17 ribu orang. [publikasi]
  5. Universitas Gadjah Mada (UGM). Pakar statistik dan alumni Fakultas MIPA UGM memprediksi serangan virus ini akan berakhir di Indonesia pada akhir Mei. Sedangkan jumlah kasus terbanyak diprediksi mencapai 6.174 kasus. Penelitian ini dilakuan Guru Besar Statistika UGM, Prof.Dr.rer.nat Dedi Rosadi,S.Si., M.Sc dengan model probabilistik yang berdasar pada data nyata atau probabilistik data-driven model (PPDM). Diprediksi wabah virus corona bakal melanda tanah air sampai dua bulan ke depan. Dia memperkirakan penyebaran virus corona di Indonesia akan mereda pada akhir Mei 2020. Dari hasil analisis, pandemi Covid-19 akan berakhir pada 29 Mei 2020 dengan minimal total penderita positif sekitar 6.174 kasus.

    Perhitungan ini dibuat berdasarkan data resmi kasus corona di Indonesia hingga Kamis (26/3) Namun model ini hanya mengasumsikan intervensi ketat yang dilakukan pemerintah dan kedisiplinan masyarakat yang mulai tumbuh sejak minggu ketiga Maret. Sedangkan suhu udara, jumlah populasi, dan kepadatan penduduk dianggap tak berpengaruh signifikan. Studi itu dikerjakan Dedi bersama sejumlah pakar lainnya, seperti Heribertus Joko (alumnus FMIPA UGM) dan Dr. Fidelis I Diponegoro (pengarang Worry Marketing dan alumni PPRA Lemhanas RI).Model analisis PPDM yang digunakan oleh timnya berpijak pada teori Antrian Markovian. Dia mengklaim tingkat kesalahan prediksi dari model analisis tersebut, selama dua minggu terakhir, hanya 1,5 persen. Dalam 4 hari terakhir, sejak 26 Maret 2020, tingkat kesalahan prediksi bahkan di bawah 1 persen. "Error maksimal sebesar 0,9 persen dan minimal 0,18 persen," ujar Dedi soal akurasi analisisnya. Menurut Dedi, analisis PPDM yang dikerjakan oleh timnya akan diperbaharui setiap hari agar tetap mencerminkan perubahan data kasus Covid-19 di Indonesia.( sumber : Tirto)

  6. Lembaga Riset Telematika - Sharing Vision, memprediksi jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia saat ini bisa mencapai lima kali lipat dari data yang dirilis pemerintah. Per 30 Maret 2020, angka kasus-kasus terkonfirmasi (confirmed cases) yang dirilis pemerintah mencapai 1.414 kasus dengan rincian 122 orang meninggal dan 75 orang sembuh. Lembaga riset berbasis di Bandung itu melakukan simulasi model dinamika penyebaran virus dengan persamaan diferensi orde 30, nonlinier dengan umpan balik positif. Pemodelan ini melibatkan tim ilmuwan data (data scientist) Sharing Vision, yang terdiri dari senior data scientist, Dr. Budi Sulistyo dan Dosen STEI ITB Kelompok Keahlian Kendali dan Komputer, Dr. Dimitri Mahayana. Simulasi dilakukan mulai pekan pertama isolasi diri nasional, Senin (16/3/2020). Budi menambahkan, asumsi-asumsi tersebut ditentukan agar menentukan paremeter sistem sedemikian rupa, sehingga keluaran simulasi bisa selaras dengan data global. Data dunia menunjukkan kenaikan kasus positif Covid-19 dengan kelipatan 1,23 kali hanya dalam dalam dua hari (274.696 kasus positif per 20 Maret menjadi 336.934 kasus positif per 22 Maret). (liputan6.com) Dalam makalah Pemodelan Multi Skenario dan Rekomendasi Strategi Pengendalian Penyebaran Virus Corona di Indonesia, terdapat beberapa model skenario yang harus dilakukan pemerintah dalam memutus mata rantai virus corona. (a) Physical Distancing ( Ketat, Longgar dan moderat). Apabila dilakukan secara ketat, bisa menurunkan laju penularan, setiap orang yang terjangkit akan berkurang hingga 1/5 dari kasus. Apabila longgar, maka indikasi angka penularan akan berkurang lambat. Setidaknya, 7/10 atau 70% kali dari kasus awal. Hal ini terjadi bisa masyarakat masih membandel, tidak melakukan social distancing. Angka virus corona dikhawatirkan melonjak, terjadi lebih lama. Diramalkan akan terjadi hingga 18 Maret 2021 dengan kasus 1.9 Juta orang, 14.720 kasus per hari. Skenario moderat, angka kasus virus corona akan turun kali dari nilai awalnya. Pandemi virus corona diramalkan bisa hilang Oktober 2020, dengan kasus 57 ribu orang. Puncak siklus akan terjadi pada minggu pertama April 2020, kasus 1.350 orang. (b)Physical distancing moderat dan perluasan deteksi serta isolasi. Dengan menggunakan model ini, dianggap lebih efektif menghilangkan pandemi virus corona. Kasus positif bisa ditekan hingga dari nilai awalnya mulai terjadi 30 Maret 2020. Siklus wabah diperkirakan berakhir minggu pertama Mei 2020, dengan batas kasus virus corona 12.750 orang. (indozone.id)
  7. Pakar Matematika UNS: Dr. Sutanto menyatakan model matematik yang digunakan dalam pendekatan ini disebut Model S-I-Q-R (Susceptible-Infected-Quarantine-Recovery). SIQR ini yakni, Susceptible (S) merupakan orang yang sehat yang rentan terinfeksi lalu Infected (I) individu yang terinfeksi, Quarantine (Q) sebagai proses karantina, dan Recovery(R) adalah orang yang telah sembuh dari corona. Model SIQR ini kemudian dianalisis lagi menggunakan metode numerik Runge-Kutta Orde 4 sehingga menghasilkan sebuah grafik. Kesimpulannya, Jika tidak ada perubahan dalam penanganan,diperkirakan puncak infeksi terjadi di Indonesia pada pertengahan Mey 2020 dimana 2,5% dari populasi yang beresiko terinfeksi virus Corona, dan kasus korona di Indonsia diprediksi berakhir pada 10 Juni 2020.Tetapi Dr Sutanto mengingatkan,dirinya tidak membuat kesimpulan bahwa pandemi ini akan berhenti pada10Juni. Menurutnya, penentu akhir wabah ini berada ditangan pemerintah. Pemerintah harus bisa mengeluarkan kebijakan yang tepat untuk mengatur nilai faktor laju kontak dan faktor laju karantina. [kumparan video]
  8. SimcovID Team, kerjasama 18 peneliti yang berasal dari ITB, UNPAD, UGM, ITS, UB dan Undana serta Kampus Essex & Khalifa Univ, Uni of Southern Denmark dan Oxford University. Menggunakan pengembangan model SIRD, SEIQRD (Suceptible-Exposed-QuarantineRecovery-Death) untuk melihat proyeksi dinamika kasus saat disimulasikan beberapa strategi intervensi. Meliputi 3 skenario, (1) tanpa kebijakan,penundaan penerapan kebijakan dilakukan 7 April dan efek durasi pelaporan 14 hari, dg Ro>1 Puncak kasus di Akhir Agustus dg jumlah terkonfirmasi 872.346 kasus, 330.589 Sembuh dan 504758 Meninggal atau untuk Ro<1 puncak kasus awal Juli, 46425 kasus, 16568 sembuh dan 25297 meninggal (2) social distancing <50%, penundaan kebijakan di tanggal 7 Mei dan pelaporan 5 hari, dg Ro>1 Puncak kasus di Awal Juli dg jumlah terkonfirmasi 914.983 kasus, 356620 Sembuh dan 544505 Meninggal atau untuk Ro<1 puncak kasus akhir juni, 355575 kasus, 138439 sembuh dan 211375 meninggal (3) Karantina wilayah >50%, diterapkan kebijakan di 28 Mei dan pelaporan 2 hari  dg Ro>1 Puncak kasus di Akhir Juni dg jumlah terkonfirmasi 1093583 kasus, 429022 Sembuh dan 655051 Meninggal atau untuk Ro<1 puncak kasus Pertengahan Juni, 858521 kasus, 337188 sembuh dan 514835 meninggal. Proyeksi untuk Model Ro<1,  Skenario (1) dilaporkan dalam 14 hari dan mulai intervensi 7 April 2020, maka puncak kasus Akhir juni ( contact rate = 50%) dan Pretengahan Mei ( contact rate = 30%). Skenario (2) dilaporkan 5 hari, dan mulai intervensi 7 April 2020, maka puncak kasus awal Mei ( contact rate = 50% atau  30%). Skenario (3) dilaporkan dalam 2 hari dan mulai intervensi 7 April 2020, maka puncak kasus Akhir April ( contact rate = 50% atau 30%). [publikasi]
  9. Institut Pertanian Bogor IPB .  7 anggota tim peneliti,menyuguhkan 2 model yaitu model Jakarta dan Model Indonesia. Untuk model Indonesia, Model ini tidak memprediksi unreported cases. Untuk model Jakarta, Puncak wabah pada tanggal 28 April 2020 dengan jumlah individu yang
    terinfeksi sebesar 1.874.005. untuk model Indonesia, puncak kasus diprediksi di minggu pertama Mei dengan total kasus 600.000[publikasi]
  10. Badan Intelijen Negara (BIN) dan Lembaga Eijkman turut membagikan prediksinya. BIN meramal kasus positif corona mencapai puncak pada akhir Juli dengan jumlah kasus positif 106.287 orang. Kepala Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Doni menyampaikan skenario yang dihitung oleh BIN cukup akurat lantaran mereka sempat meramal kasus Covid-19 akhir Maret 1.577 orang. Angka ini cukup dekat dengan realisasi 1.528 kasus per 31 Maret lalu. Namun mantan Danjen Kopassus itu mengatakan ramalan durasi corona dari BIN bisa meleset jika mitigasi dilakukan. (katadata.com). Sementara Lembaga Eijkman, punya perhitungan sendiri ihwal penentuan kapan puncak dan akhir wabah SARS-CoV-2 di Indonesia. Prof Amin Soebandrio, selaku Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman memprediksi puncak pandemi virus corona diperkirakan akan terjadi pada bulan Mei atau Juni mendatang. Sementara laporan kasus COVID-19 diprediksi akan menurun pada akhir Juni 2020. (kumparan).

Setelah kita menikmati show 10 model seksi diatas, bersegeralah sadar diri bahwa model adalah tidak nyata. Kecantikan dan kemolekannya semu. Anda tidak wajib percaya karena itu hanya hitungan probabilitas, kebolehjadian, kemungkinan yang belum tentu benar.

Wabah covid19 contoh nyata catwalk yang stokastik. Random. Jika karakter rakyat indonesia dan  kebijakan pemerintah juga bersifat random, tidak strategis dan taktis, maka prediksi berskenario akan kelihatan lebih cantik dan molek. Akan bertahan lama di catwalk seiring lamanya wabah covid19 menghampiri rakyat Indonesia. Tampak anggun di berbagai kondisi, temaram atau terangnya lampu catwalk covid19 yang lagi bersinar. Model-model yang cenderung deterministik tidak mampu berimprovisasi akan terpeleset dan terjungkal di bawah lantai.

Baiklah sudah malam, saya pamit dulu dari panggung model.

Selamat bersahur, smoga shaum Ramadhan kita diterima Allah SWT.

alifis@corner 260420 00:26

#Ramadhan #2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun