Mohon tunggu...
Aa
Aa Mohon Tunggu... Administrasi - Aa

Aa

Selanjutnya

Tutup

Bahasa featured

Bahasa Daerah Terancam Punah, Mengapa?

23 April 2014   07:25 Diperbarui: 29 Oktober 2019   14:18 17283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mendukung keberadaan bahasa daerah. (Kompas/Rony Ariyanto Nugroho)

Bahasa daerah dipandang lebih rendah derajatnya dibandingkan bahasa asing (bahasa Inggris, Mandarin, Jerman, Prancis, bahkan bahasa Arab termasuk di dalam hal ini). Mental inlander (pribumi) yang tercipta sejak masa kolonial telah mendoktrin masyarakat untuk memandang renah bahasa daerahnya sendiri, identitasnya sendiri. 

Pengaruh dominan kultur global, khususnya kultur bahasa asing yang terus disemai ke segala penjuru oleh negara-negara maju telah mencekik aliran nafas bahasa daerah. Baik faktor internal maupun eksternal, keduanya berdampak fatal bagi kelestarian bahasa daerah. 

Semakin sedikit masyarakat yang menggunakan bahasa daerah saat ini, maka jangan harap anak-cucu kita akan dapat bersapa dengan bahasa luhur daerahnya di masa kelak.

Bukankan bahasa daerah adalah identitas bangsa Indonesia? Warisan leluruh bangsa? Kekayaan bangsa kita? Maka, sepatutnya masyarakat Indonesia harus membuka mata, membuka hati, dan kembali menggunakan bahasa daerah dalam komunikasi sehari-hari. Kalau bukan bangsa ini sendiri yang tergerak melestarikan, tak akan ada bangsa lain yang sudi melestarikannya.

Tentu tak cukup hanya berbekal tangan masyarakat saja untuk melestarikan bahasa daerah. Kontribusi pemerintah, terutama kemendikbud patut rasanya untuk ambil peran. 

Diharapkan pemerintah dapat mengubah orientasi kurikulum pendidikan untuk menyelaraskan antara modernitas dan tradisionalitas, antara bahasa global dan bahasa lokal, antara pendidikan dan kebudayaan.

Pihak media baik yang berskala lokal maupun nasional juga dapat turut berpartisipasi dalam rangka resosialisasi bahasa daerah. Media-media dapat memberitakan isu-isu terkait pelestarian bahasa daerah, dan kembali menyertakan bahasa daerah dalam program-program unggulannya. 

Peran media sangat penting dalam mengubah cara pandang masyarakat untuk tidak terlalu xenosentris terhadap bahasa asing.

Diharapkan pula para sastrawan juga dapat ikut berpartisipasi dalam menghidupkan bahasa daerah melalui karya-karyanya agar dapat dinikmati sekaligus memberikan pencerahan kepada masyarakat untuk peduli terhadap bahasa daerahnya.

Dengan dukungan dan koorperasi dari berbagai pihak yang merasa "masih" mencintai bahasa daerah, diharapkan harta karun bangsa ini dapat terus lestari. Marilah lestarikan bahasa daerah untuk kembali membumi, kembali lestari, terus abadi di tanah bumi pertiwi.

"Kembalikan titah bahasa daerah, bahasa ibumu, warisan bangsamu ke harkat singgasana yang luhur" ***

IS/230414

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun