Mohon tunggu...
Irwansyah
Irwansyah Mohon Tunggu... independent writer

Simplicity is the key to happiness

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perselingkuhan: Penghianatan yang Menggerogoti Fondasi Kemanusiaan

26 April 2025   06:00 Diperbarui: 26 April 2025   06:00 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://hellosehat.com/mental/hubungan-harmonis/memahami-kesehatan-mental-korban-perselingkuhan/

Perselingkuhan bukan sekadar pelanggaran terhadap ikatan pernikahan. ia adalah krisis moral yang mengikis integritas individu dan merusak tatanan sosial. Dalam dunia yang semakin memuja hedonisme dan relativisme etika, perselingkuhan sering kali dibungkus dengan narasi romantisme palsu atau pembenaran psikologis. Namun, di balik semua retorika itu, ia tetaplah sebuah pengkhianatan yang merendahkan martabat manusia.

Sebuah Pelanggaran Terhadap Kontrak Suci

Pernikahan bukan sekadar janji di atas kertas atau ritual sosial belaka. Ia adalah kontrak suci yang dibangun atas dasar kepercayaan, kesetiaan, dan tanggung jawab. Perselingkuhan, dengan demikian, bukanlah "kesalahan manusiawi," melainkan kegagalan karakter. Setiap langkah menuju perselingkuhan dari percakapan terselubung hingga pertemuan rahasia adalah konspirasi kesadaran yang mengorbankan nilai-nilai fundamental demi kepuasan sesaat.

Erosi Nilai dan Dampak Sosial yang Fatal

Perselingkuhan bukan hanya merobek hati pasangan yang dikhianati, tetapi juga melahirkan generasi yang trauma. Anak-anak yang tumbuh dalam bayang-bayang ketidaksetiaan orang tua sering kali membawa luka itu seumur hidup, memendam ketidakpercayaan terhadap konsep cinta dan komitmen. Lebih luas lagi, normalisasi perselingkuhan dalam budaya pop seperti film, musik, dan media social mengaburkan batas antara yang etis dan yang tidak, perlahan-lahan meracuni pemikiran kolektif.

Romantisme Palsu dalam Narasi Perselingkuhan

Bagaimana perselingkuhan sering diromantisasi? Lihatlah kisah-kisah yang menggambarkan "cinta terlarang" sebagai sesuatu yang heroik, seolah-olah gairah bisa membenarkan pengkhianatan. Padahal, perselingkuhan tidak pernah tentang cinta ia tentang ego, keserakahan, dan kelemahan moral. Tidak ada keindahan dalam kebohongan, tidak ada kemuliaan dalam penghianatan.

Solusi: Sebuah Panggilan untuk Reintegrasi Moral

Kembali pada Prinsip Kejujuran

Jika hubungan sudah tidak lagi berfungsi, lebih baik mengakhirinya dengan elegan daripada menodainya dengan kebohongan.

Disiplin Emosional

Kecerdasan emosional bukan hanya tentang mengelola perasaan, tetapi juga tentang mengendalikan nafsu dan menghormati komitmen.

Membangun Kultur yang Menghukum Ketidaksetiaan. 

Masyarakat harus berani menolak normalisasi perselingkuhan, baik dalam percakapan sehari-hari maupun representasi media.

Moralitas adalah Pilihan, Bukan Kebetulan

Perselingkuhan bukanlah takdir atau kecelakaan. ia adalah pilihan. Dan dalam setiap pilihan, ada konsekuensi yang harus dipertanggungjawabkan. Jika kita ingin hidup dalam masyarakat yang beradab, maka kita harus mengutuk segala bentuk pengkhianatan, sekecil apa pun. Karena pada akhirnya, kehormatan manusia terletak pada kemampuannya untuk setia baik kepada pasangan, kepada nilai, dan kepada diri sendiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun