Rizka membuatnya dengan bahan utama talas yang sebelumnya merupakan oleh-oleh khas Bogor. Tapi, talas yang belum diolah kurang praktis jika dibawa ke tempat yang jauh.
Hanya bermodalkan uang Rp 500 ribu, resep kue lapis dari ibunya, dan peralatan membuat kue yang dipinjam dari ibu mertuanya, Rizka mulai bereksperimen membuat kue lapis talas.
Namanya juga eksperimen. Tentu dilakukan berulang-ulang hingga bisa menghasilkan kue lapis yang layak dijual.
Sungguh, Rizka tidak menyangka jika kue lapis talas itu kemudian dikenal dengan nama kue lapis Bogor, sekaligus dicari konsumen yang ingin membeli oleh-oleh dari Bogor.
Pada awal usaha, kue ini hanya dijual kepada para tetangga dan berlanjut dengan promosi yang dilakukan dari mulut ke mulut, sampai akhirnya dikenal banyak orang.
Berkat keuletan masuk ke berbagai komunitas dan pameran, Rizka berhasil memasarkan produknya secara lebih luas, hingga bisa terkenal seperti sekarang.
Pada Desember 2011, Rizka membuka gerai pertamanya di Jl. Sholeh Iskandar, Kota Bogor. Sebagai produk kuliner dengan inovasi baru, mengenalkan lapis talas ini jadi tantangan besar bagi Rizka.
“Tantangan besar dalam menjalankan bisnis ini adalah saat melakukan edukasi bahwa lapis yang kami jual berbahan talas, bukan lapis legit atau lapis Surabaya,” kata Rizka.
Oleh karena itu, strategi pemasaran yang dilakukan Rizka adalah terus meningkatkan brand awareness masyarakat terhadap Lapis Bogor Sangkuriang ini. Tagline promosi yang dipakainya adalah ‘Pertama dan Terbesar'.
Pada perkembangannya sekarang, kue lapis talas menjadi salah satu produk kuliner unggulan dari grup usaha yang didirikan Rizka dan suami, Agrinesia Raya.
Grup usaha ini telah memiliki 1.300 karyawan, di mana sekitar 300 orang di antaranya bernaung di Lapis Bogor Sangkuriang. Pusat produksinya berada di kawasan Sentul, Citeureup, Kabupaten Bogor.