Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Akal Imitasi, Akal Jurnalis, dan Akal Pembaca

10 Maret 2025   08:38 Diperbarui: 10 Maret 2025   13:07 1345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Konvensi terkait media massa di Jakarta|dok. kreatorjabar.com

Harian Kompas (12/12/2024) antara lain menulis tentang dampak artificial intelligence (AI) terhadap jurnalistik. AI dalam bahasa Indonesia disebut dengan akal imitasi yang kependekannya juga AI.

AI ibarat revolusi karena membawa perubahan signifikan dalam berbagai bidang pekerjaan, termasuk di bidang jurnalisme dan media massa.

Teknologi AI menawarkan peluang besar untuk mendukung atau memudahkan pekerjaan jurnalistik, namun sekaligus turut membawa ancaman bagi profesi jurnalis. Jadi, ini ibarat pedang bermata dua.

Coba saja iseng-iseng berselancar di sejumlah situs media daring. Katakanlah dengan mengetikkan kata kunci "musibah banjir di Bekasi". 

Maka, akan bermunculanlah berita di belasan media daring dengan konten yang relatif sama. Bahkan ada yang betul-betul sama hingga kata per kata dan tanda bacanya.

Apakah konten yang relatif sama itu karena dibantu AI? Atau karena satu media melakukan salin tempel (copy paste) dari media lain yang lebih awal menayangkan? 

Pertanyaan berikutnya, perlukah praktik seperti itu dilarang? Tidak gampang untuk main asal larang saja, meskipun dilarang oleh pihak yang berwenang mengeluarkan regulasi.

Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu tidak mengatakan soal pelarangan, bahkan menyarankan agar setiap pekerjaan harus beradaptasi dengan perkembangan teknologi. 

Terlebih di era disrupsi digital sekarang ini, jurnalisme harus lebih cepat beradaptasi demi kemandirian dan keberkelanjutan media massa.

Namun, perlu diingat bahwa AI hanya sekadar menjadi alat bantu dalam dunia jurnalisme, bukan menjadi "pemain utama". 

Adapun proses tugas jurnalistik tetap membutuhkan ketelitian jurnalis yang tak bisa digantikan mesin, seperti melakukan wawancara, pengumpulan data, dan melakukan verifikasi kebenaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun