Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Surabaya Pilihan

Tak Dibelikan Ponsel, Seorang Anak Bunuh Ibunya di Sidoarjo

19 November 2024   06:47 Diperbarui: 19 November 2024   06:50 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jenazah ibu yang dibunuh anaknya|dok. Istimewa, dimuat detik.com

Telpon seluler (ponsel) merupakan benda ajaib serba bisa yang "menjajah" kehidupan sehari-hari kita. Kita, artinya semua orang dari kakek-nenek hingga yang umurnya baru dua tahun.

Ya, boleh dikatakan hampir semua orang sangat tergantung dengan ponsel. Kelupaan membawa ponsel, membuat perasaan tidak tenang. 

Sedangkan anak-anak balita, akan melakukan "mogok makan" bila tidak dipinjamkan ponsel oleh orang tuanya. Anak kecil tahu sekali betapa cemasnya orang tuanya bila si anak mogok makan.

Akhirnya banyak terjadi adegan orang tua menyuapkan makanan ke mulut anaknya yang lagi menonton tayangan di ponselnya.

Jika anak sudah memasuki usia sekolah, mulai minta dibelikan ponsel. Tapi, orang tua biasanya baru akan membelikan setelah si anak berusia di atas 10 tahun.

Masalahnya, jika sudah punya ponsel sendiri, apa yang ditonton anak tak lagi bisa dikontrol oleh orangtuanya.

Mereka bukan lagi menonton video anak-anak, tapi sangat mungkin lebih tertarik pada konten khusus untuk orang dewasa yang bermuatan adegan pornografi, kekerasan, dan sebagainya.

Padahal, awalnya si anak berdalih memerlukan ponsel karena berkaitan dengan materi pelajaran di sekolah.

Berlanjut ketika anak sudah duduk di bangku SMA, kuliah, dan seterusnya sudah punya pekerjaan, ponsel menjadi benda yang wajib dibawa ke mana-mana.

Kalau seseorang ketinggalan dompet, tak ada masalah, asal ada ponsel. Bukankah bertransaksi bisa dilakukan dengan ponsel? Fungsi dompet diambil alih ponsel.

Apalagi bagi yang keranjingan muncul di media sosial, akan dirasuki oleh "penyakit" Fear of missing out (FOMO).  Artinya, ada perasaan takut ketinggalan atau kehilangan momen, tren, informasi, atau peristiwa yang menarik.

Nah, uraian di atas maksudnya mempertegas arti penting ponsel bagi seseorang. Namun, demi punya ponsel jangan sampai melakukan perbuatan yang melanggar hukum.

Kisah berikut ini jangan sampai terulang lagi, yakni kisah seorang lelaki dengan inisial H (30 tahun) warga Desa Tambakrejo, Kecamatan Waru, Sidoarjo, Jatim.

H tega menghabisi nyawa ibu kandungnya sendiri, berinisial S (50 tahun) lantaran diduga karena kecewa tak kunjung dibelikan ponsel.

H dikenal oleh warga sekitar sebagai seorang yang gemar mabuk-mabukan dan mengonsumsi barang terlarang. Sebelum melakukan aksinya, diduga H dalam keadaan mabuk.

Terkait kasus di atas , Kasat Reskrim Polresta Sidoarjo, AKP Fahmi Amrullah mengatakan bahwa berdasarkan laporan warga, pihaknya membenarkan ada pembunuhan, seorang wanita tewas di dalam rumahnya sendiri.

Jelas, peristiwa anak bunuh ibu, apapun alasannya, tidak dapat dibenarkan. Ini perbuatan terkutuk karena sosok ibu yang melahirkan anak-anaknya, selayaknya mendapat tempat terhormat.

Lebih miris lagi, pelakunya anak laki-laki yang sudah berusia 30 tahun. Ini usia dewasa yang seharusnya sudah mampu mencari nafkah sendiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Surabaya Selengkapnya
Lihat Surabaya Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun