Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Agar Ibadah Puasa Kaum Rebahan Tidak Percuma Saja

28 Maret 2023   04:50 Diperbarui: 29 Maret 2023   17:01 1815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi rebahan sambil main hp. Sumber: DragonImages via kompas.com

Ada hal-hal yang tidak membatalkan puasa, tapi membuat puasa jadi sia-sia. Hanya sekadar menahan haus dan lapar saja, karena tidak dapat pahala apa-apa.

Bayangkan saja bagaimana sakit hatinya seorang pekerja, yang setelah lelah bekerja seharian, tapi kemudian tidak diberi upah satu sen pun.

Seperti itulah kira-kira nasib mereka yang berpuasa, tapi kesehariannya masih penuh dengan perbuatan yang dikategorikan sebagai tidak baik.

Nah, sekarang mari kita cermati perilaku keseharian kita, bagaimana kita mengalokasikan waktu selama 24 jam sehari.

Jika melihat gaya hidup para remaja dan anak muda zaman sekarang, harus diakui mereka tak pernah lepas dari yang namanya gawai, baik berupa telepon pintar maupun laptop.

Makanya, ada julukan khusus bagi mereka yang menerapkan gaya hidup seperti itu, yakni "kaum rebahan". 

Rebahan sambil main media sosial, bisa menjadi cara ampuh bagi banyak orang untuk melupakan lapar dan haus saat berpuasa.

Bemain gawai, sebetulnya bisa berdampak positif. Bahkan, bagi mereka yang kreatif, dengan menggunakan gawai bisa menangguk cuan yang lumayan.

Atau, kalaupun bukan bermotif mencari cuan, dengan gawai kita bisa mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan, termasuk ilmu agama.

Kita ingin membaca kitab suci Al Quran, semuanya bisa dilakukan dengan gampang dari gawai.

Masalahnya, diduga sebagian besar kaum rebahan, justru lebih mengeksplore sisi negatif dari penggunaan gawai, sehingga bisa dikatakan kebablasan. 

Maksudnya, mereka jadi kecanduan dan seperti tidak bisa terlepas dari sisi negatif penggunaan gawai.

Contoh kebablasan dari sisi negatif tersebut, paling tidak seperti beberapa hal berikut ini.

Pertama, mereka yang tanpa sadar ikut menyebarkan konten hoaks atau berita bohong ke berbagai grup pertemanan di media sosial yang diikutinya.

Biasanya, hal itu berawal dari menerima postingan dari akun lain. Lalu, tanpa diteliti, konten yang ternyata bohong tersebut, langsung disebarkan.

Padahal, para ulama sering mengatakan bahwa mereka yang berpuasa, tapi masih berdusta atau berbohong, puasanya akan sia-sia.

Bukankah menyebarkan hoaks sama saja dengan berdusta, tapi dengan daya sebar yang berlipat-libat ketimbang berbohong pada satu orang saja?

Kedua, mereka yang larut dalam bergunjing, meskipun sekadar jadi pendengar. Katakanlah, ada seseorang yang menelpon dan menceritakan kejelekan orang lain. 

Ilustrasi kaum rebahan main media sosial|dok. Healthline, dimuat indozone.id
Ilustrasi kaum rebahan main media sosial|dok. Healthline, dimuat indozone.id

Jika kita sebagai pendengar tidak berusaha mengakhiri pembicaraan atau mengubah alur pembicaraan, artinya kita terlibat dalam pergunjingan atau ghibah.

Atau, karena gawai sering digunakan untuk chatting secara tulisan ketimbang lisan, maka mengiyakan pernyataan lawan chatting yang bermuatan ghibah, artinya kita ikut berghibah.

Sebetulnya, ada baiknya secara halus kita menegur lawan bicara kita, ketika topik pembicaraan sudah mengarah mengupas aib orang lain. Paling tidak, segera mengakhiri chatting.

Ketiga, meraka yang terlibat saling mencaci maki di media sosial dengan kelompok yang berbeda pilihan politiknya. Ini lagu lama yang disebut dengan efek politik identitas, yang belum berakhir.

Keempat, mereka yang larut menikmati konten berbau pornografi. Hal ini bahkan tak sekadar menghilangkan pahala, tapi bisa membatalkan puasa.

Kesimpulannya, bermain media sosial melalui gawai di bulan puasa ini, sebaiknya dibatasi terbatas kepada hal positif saja, agar puasa kita mendapatkan pahala. 

Memang, sering kita tidak menyadari tergelincir pada hal negatif. Tapi, bila kita senantiasa waspada, akan ada "alarm" yang langsung menjaga hati kita. 

Ketika sebulan penuh cara seperti itu sudah menjadi kebiasaan, mudah-mudahan setelah bulan puasa pun akan menjadi keterusan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun