Padahal, sinyal bahwa PDIP akan mengusung Puan Maharani sebagai capres atau cawapres semakin terang benderang, setelah Puan memulai aksi safari politik menemui Surya Paloh dan Prabowo Subianto.
Kedua, Ganjar sudah menuai dukungan sebagai salah satu dari 3 nama capres versi Nasdem dan salah satu dari 9 nama capres versi PAN.
Sedangkan Sandi, namanya tidak masuk radar versi Nasdem dan juga tidak masuk radar versi PAN.Â
Artinya, jika Ganjar berani hengkang dari PDIP, ke mana beliau akan berlabuh, tinggal memilih, karena berkat elektabilitasnya yang tinggi, diperkirakan parpol lain banyak yang tertarik meminang Ganjar.
Pertanyaannya, apakah Ganjar akan dapat "kartu kuning" dari DPP PDIP? Kalau iya, pertanyaan berikutnya, beranikah Ganjar hijrah ke partai lain?
Dalam acara talkshow yang disiarkan salah satu stasiun televisi, Rabu (7/9/2022) malam, dari pembicaraan yang berkembang, bisa ditafsirkan beberapa hal berikut:
Pertama, siapa capres dan cawapres yang akan diusung PDIP sepenuhnya merupakan hak prerogatif ketua umumnya, Megawati Soekarnoputri.
Jadi, sampai saat ini, jajaran pimpinan PDIP (selain Megawati) tak ada yang tahu siapa yang akan dicalonkan, meskipun terkesan menjagokan Puan Maharani.
Kedua, PDIP diduga baru akan mengumumkan capres-cawapres yang diusungnya pada waktu-waktu terakhir menjelang ditutupnya pendaftaran sesuai jadwal dari Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Ketiga, DPP PDIP berharap para gubernur yang berasal dari PDIP agar fokus bekerja untuk membangun daerahnya masing-masing.Â
Hal tersebut bisa dibaca bahwa Ganjar Pranowo jangan terlalu sibuk dengan soal menaikkan elektabilitasnya, termasuk bepergian ke luar Jawa Tengah.