Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Madani Film Festival, Kali Ini Bertema Sufisme dan Humor

2 Desember 2021   04:30 Diperbarui: 2 Desember 2021   04:34 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak ada musibah pandemi, baru pertama kali saya merasakan empuknya bangku bioskop pada Sabtu (27/11/2021) lalu, tepatnya di Epicentrum Walk, sebuah mal di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.

Kebetulan, setelah mendaftar secara online, saya bisa mendapatkan sebuah tiket acara pembukaan Madani Film Festival yang diadakan di bioskop tersebut.

Ada sederet nama sebagai orang-orang yang berperan besar dalam acara Madani Film Festival dan yang paling terkenal adalah sutradara Garin Nugroho.

Garin telah menghasilkan sejumlah film yang tergolong "serius", tidak terlalu meledak di pasaran, namun sering memenangkan penghargaan di berbagi festival film di dalam dan luar negeri.

Pada acara pembukaan yang saya hadiri itu, setelah berbagai kata sambutan dan penampilan stand up comedy, ditayangkan sebuah film semi dokumenter yang berjudul "Pesantren".

Flim yang disutradarai oleh Shalahuddin Siregar ini sebelumnya telah tayang perdana di International Documentary Film Festival Amsterdam (IDFA) pada 2019.

Keseharian para santri tergambar di film itu, baik saat belajar di kelas, mencuci dan menyetrika bajunya sendiri, menerima kunjungan keluarga pada hari tertentu, sampai tidur tanpa kasur berdempet-dempet, hingga terbangun untuk salat subuh di masjid.

Diperlihatkan juga bagaimana santri putri berlatih memainkan alat musik angklung dan kolintang, serta santri putra berlatih pencak silat.

Seorang ibu, Nyai Hj. Masriyah Amva, yang ternyata pemilik pesantren yang dijadikan lokasi syuting, hadir di acara pembukaan dan ikut memberikan kata sambutan.

Pesantren tersebut bernama Pondok Pesantren Kebon Jambu al-Islamy dan berlokasi di Desa Babakan, Kecamatan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

Ibu Masriyah menyampaikan visi dalam membangun pesantren, antara lain berkaitan dengan kesetaraan perempuan dan laki-laki, serta memegang prinsip pluralisme dengan tidak memonopoli tafsir kebenaran dalam beragama.

Kebetulan pula, pemutaran film "Pesantren" tersebut belum terlalu lama setelah peringatan Hari Santri 2021, Oktober lalu. Pesantren memang butuh perhatian yang lebih agar bisa mengimbangi sekolah umum.

Pesantren juga butuh dipahami oleh masyarakat luas, agar cap negatif seperti mengajarkan fanatisme, dan bahkan bisa berkembang ke terorisme, tidak serta merta dialamatkan ke pesantren.

Buktinya, yang terlihat di film "Pesantren", para santri diberi kesempatan untuk berbaur dengan masyarakat, ada yang ikut membantu petani di ladang. Mereka bukan orang yang tertutup dengan dunia luar.

Madani Film Festival berlangsung selama satu minggu. Hanya acara pembukaan dan penutupan yang diselenggarakan secara offline. Penayangan film di luar pembukaan dan penutupan dilakukan secara online.

Jika "Pesantren" dipilih untuk membuka, film asal Maroko berjudul "Casablanca Beats" menjadi tayangan pamungkas, Sabtu (4/12/2021) mendatang.

Adapun 11 film lainnya (termasuk 3 film pendek) dapat dinikmati secara online mulai dari film jadul masih berformat hitam putih, hingga film baru.

Penonton bisa menikmati film Ambisi dengan bintang utama Bing Slamet (1973) dan Bulan Tertusuk Ilalang karya Garin Nugroho (1995).

Ada lagi film Koboi Insyaf (1988) dengan bintang Benyamin S dan film Si Kabayan dan Anak Jin karya Edy D Iskandar (1991).

Film karya Usmar Ismail, nama besar dalam perfilman Indonesia dan pelopor industri film di tanah air, yang berjudul Amor dan Humor (1961) ikut pula ditampilkan.

Berikutnya ada film yang disutradarai Nya' Abbas Akup, Tiga Buronan (1957). Aksi P. Ramlee, bintang film ternama di Malaya (nama Malaysia sebelum merdeka), juga bisa disaksikan dalam film Musang Berjanggut (1959).

Ada juga film yang baru diproduksi yang ditayangkan, yakni "Banyak Ayam Bayak Rejeki" produksi tahun 2020 karya Riboet Akbar dan Onar Onarsson.

Selain pemutaran film, festival ini juga menghadirkan beberapa kali diskusi dengan narasumber dari Malaysia dan Iran.

Adapun tema festival kali ini adalah sufisme dan humor. Sebelumnya, Madani Film Festival telah berlangsung 3 kali dengan tema berbeda-beda.

Menurut Garin Nugroho, tema ini dipilih karena humor dan sufisme berhubungan dengan sejarah serta karakter bangsa Indonesia.

Masyarakat kita terbiasa melontarkan kritik melalui humor, sehingga terkesan ringan, padahal jika direnungkan ada sisi filosofisnya atau sisi sufismenya.

Semoga Madani Film Festival bisa berlangsung dengan sukses dan mencerahkan para penontonnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun