Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Cintaku di Rumah Susun dan Budaya Bertetangga yang Terkikis

15 Oktober 2021   18:34 Diperbarui: 22 Oktober 2021   09:15 1726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hunian vertikal sebetulnya bukan hal baru di kota-kota besar di negara kita. Bahkan, pada era orde lama pun, sudah muncul konsep pembangunan rumah susun (rusun) di Jakarta mengingat penduduk yang semakin padat.

Namun, pada kenyataannya, hunian vertikal yang dinamakan rusun itu, pertama kali selesai di bangun pada tahun 1974 di kawasan Klender, Jakarta Timur.

Karena dibangun oleh Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional (Perum Perumnas), sebuah perusahaan milik negara di bidang pengembangan perumahan, maka rusun tersebut dinamakan Rusun Perumnas Klender.

Setelah itu, yang sekarang sudah tergolong tua adalah rusun di Kebon Kacang (Jakarta Pusat) dan Tebet (Jakarta Selatan).

Namun demikian, sampai berakhirnya era orde baru, perkembangan hunian vertikal belum bisa dibilang pesat.

Ternyata tidak mudah menumbuhkan minat agar warga kota menjadikan hunian vertikal sebagai pilihan utama.

Nah, kemudian pada tahun 2007, Presiden SBY bersama Wapres Jusuf Kalla, punya program besar-besaran, yakni pembangunan seribu tower rusun.

Terlepas dari apakah program tersebut akhirnya berhasil mencapai seribu tower atau tidak, yang jelas penambahan rusun sangat kentara terlihat.

Sebagai contoh, di Kalibata City, Jakarta Selatan, terdapat 18 tower apartemen (masing-masing berlantai 22) dengan jumlah unit mencapai 13.580 (kontan.co.id, 17/12/2018). Yang seperti di Kalibata tersebut terdapat pula di beberapa lokasi lainnya.

Unit apartemen yang mengambil lahan di bekas pabrik sepatu Bata itu laris manis karena harganya relatif murah. Dan memang, apartemen itu ditujukan buat masyarakat kelas menengah ke bawah.

Namun demikian, jarang yang menyebut Kalibata City sebagai rusun. Selama ini, ada kesan bahwa rusun kelasnya di bawah apartemen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun