Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Masyarakat Kita Kurang Antusias Menyambut Olimpiade, Padahal Ingin Jadi Tuan Rumah

22 Juli 2021   11:25 Diperbarui: 22 Juli 2021   11:42 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. olympic.org, dimuat beritasatu.com

Pesta olahraga terbesar di dunia kembali digelar setelah tertunda satu tahun karena adanya pandemi Covid-19. Acara pembukaannya akan berlangsung pada hari Jumat, 23 Juli 2021.

Namun demikian, sudah ada cabang olahraga yang dipertandingkan sebelum upacara pembukaan, seperti nomor sepak bola putra dan putri.

Sebetulnya, event Olimpiade tersebut di tanah air tidak terlalu bergaung, meskipun Indonesia berpeluang meraih medali dari cabang bulutangkis.

Jangankan karena adanya pandemi, ketika Olimpiade berlangsung secara normal pun, masyarakat Indonesia secara umum tidak menyambutnya dengan antusias, begitu pula pemberitaannya di media massa.

Justru, Piala Eropa yang belum lama usai jauh lebih heboh. Memang, sepak bola merupakan olahraga yang paling populer. Tapi, cabang sepak bola di Olimpiade pun, yang diikuti oleh mayoritas pemain berusia di bawah 23 tahun, kalah populer dengan Piala Eropa.

Mudah-mudahan Komite Olimpiade Indonesia (KOI) dan dibantu oleh pihak lain terkait, bisa lebih gencar menyosialisasikan Olimpiade Tokyo agar masyarakat lebih tergugah.

Antusiasme itu dirasa penting, mengingat Indonesia tengah berjuang untuk menjadi tuan rumah Olimpiade pada tahun 2032 mendatang.

Terlepas dari kurang berimbasnya kesemarakan Olimpiade ke Indonesia, prestise Indonesia sebagai negara besar, salah satunya dipertaruhkan di ajang bergengsi tersebut.

Paling tidak, Indonesia jangan sampai tertinggal dari negara-negara sesama Asia Tenggara. Maka, berapa jumlah atlet yang lolos untuk bertarung di Olimpiade, sudah menjadi kebanggaan tersendiri.

Soalnya, untuk meraih tiket Olimpiade, perlu perjuangan sangat keras dan butuh waktu panjang sejak sekitar 2 tahun lalu, dengan mengikuti berbagai event yang sekaligus menjadi arena untuk menyaring atlet yang berhak lolos ke Olimpiade.

Jadi, dengan ikutnya 28 atlet Indonesia pada 8 cabang olahraga, tentu perlu kita syukuri. Apalagi bila nantinya mampu mempersembahkan medali, baik perunggu, perak, atau emas.

Memang, jumlah atlet kita tersebut masih di bawah Thailand yang mengirimkan 42 atlet dan Malaysia dengan 30 atlet. Tapi, bukan mustahil, peringkat Indonesia di Olimpiade Tokyo menjadi yang terbaik dibanding negara Asia Tenggara lainnya.

Jika hal itu mampu terwujud, maka sekaligus Indonesia akan "mempermalukan" Thailand, yang dalam dua olimpiade sebelumnya, lebih baik peringkatnya dari Indonesia.

Pada Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Brazil, peringkat negara-negara Asia Tenggara adalah sebagai berikut: Thailand, Indonesia, Vietnam, Singapura, Malaysia, dan Filipina.

Kalau kita lihat pada skop yang lebih kecil, pada Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang, posisinya sebagai berikut (hanya membandingkan antar negara Asia Tenggara): Indonesia, Thailand, Malaysia, Vietnam, Singapura, Filipina, Kamboja, Laos, Myanmar.

Anggaplah pada Asian Games 2018 Indonesia diuntungkan karena jadi tuan rumah. Coba kita lihat di  Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan. Di sini prestasi kita sungguh memprihatinkan.

Urutan selengkapnya saat Asian Games 2014: Thailand, Malaysia, Singapura, Indonesia, Myanmar, Vietnam, Filipina, Kamboja, Laos.

Bagaimana bila yang bertanding hanya negara-negara Asia Tenggara saja? Mari kita lihat pada SEA Games Filipina 2019, Indonesia hanya pada peringkat 4.

Urutan selengkapnya adalah sebagai berikut: Filipina, Vietnam, Thailand, Indonesia, Malaysia, Singapura, Myanmar, Kamboja, Brunei, Laos, Timor Leste.

Harus diakui, secara umum prestasi olahraga Indonesia mengalami penurunan yang signifikan, mengingat ketika era Orde Baru, Indonesia adalah raksasa Asia Tenggara.

Indonesia pertama kali ikut SEA Games pada 1977. Sebelum itu, ketika masih bernama SEAP Games (Sout East Asia Peninsula), Indonesia, Filipina, dan Brunei, belum ikut, serta Timor Leste masih dijajah Portugis dan kemudian menjadi provinsi ke-27 RI.

Di pandang sebelah mata, Indonesia justru langsung jadi juara umum pesta olahraga Asia Tenggara di Kuala Lumpur, 1977. Dan itu dipertahankan berturut-turut, kecuali ketika Thailand jadi tuan rumah.

Jadi, pada waktu itu, ternyata tidak hanya bulu tangkis yang Indonesia menjadi pemuncak. Renang, Atletik, Tinju, Panahan, Tenis, dan cabang olahraga lainnya yang banyak menyediakan medali, juga menjadi ladang emas atlet kita.

Maka, lagu Indonesia Raya pun berkali-kali berkumandang, membuat atlet negara lain iri hati. Namun, khusus untuk olahraga paling populer, sepak bola, hanya pada 2 kali SEA Games, Indonesia yang berhasil mempersembahkan medali emas, yakni pada 1987 dan 1991.

Kembali ke soal antusiasme masyarakat menyambut Olimpiade Tokyo, kita berharap agar ada atlet yang memboyong medali emas ke tanah air.

Apalagi bila misalnya medali emas tersebut diperoleh dari cabang bulutangkis, dipastikan masyarakat akan menyambut dengan hangat. 

Selamat berjuang atlet Indonesia, harumkan nama bangsa dan negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun