Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Menghadapi Melimpahnya Informasi, Harus Dahulukan Sikap Mencurigai

6 Juli 2021   05:40 Diperbarui: 9 Juli 2021   20:09 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya bukan ahli hukum, mohon maaf jika keliru. Saya mengartikan asas praduga tak bersalah dengan tidak boleh mencap seseorang sudah bersalah (meskipun berstatus tersangka), hingga diputuskan bersalah oleh pengadilan.

Nah, asas itu ingin saya pakai secara terbalik dalam konteks lain. Begini, sekarang ini rasanya semua orang kewalahan dengan melimpahnya informasi, terutama melalui media sosial.

Menghadapi hal itu, bagaimana kalau kita langsung menganggap semua itu tidak benar, sampai nanti terbukti kebenarannya setelah melakukan check and recheck. Artinya, kita harus mendahulukan sikap mencurigai informasi yang baru kita terima.

Contohnya, seperti yang dihadapi seorang sepupu saya. Ia sekeluarga lagi terpapar virus corona. Suaminya dirawat di rumah sakit, sedangkan sepupu saya dan anak-anaknya sedang isolasi mandiri di rumahnya.

Memang, di satu sisi ia bersyukur dengan banyaknya ucapan doa untuk kesembuhannya melalui percakapan di media sosial. Tapi, yang membuat ia pusing, terlalu banyak saran tentang obat, baik obat modern, maupun tradisional, yang tak jelas kebenarannya.

Boleh jadi tujuan si pengirim berita untuk membantu teman atau familinya agar bisa segera sembuh. Hanya saja, dengan cara seperti itu, malah bisa mencelakakan.

Banjir informasi tentang pandemi atau lazim disebut dengan infodemi, sekarang sedang marak-maraknya, seiring dengan semakin banyaknya warga yang terpapar virus corona.

Kompas.id (29/6/2021) menuliskan bahwa infodemi perlu disikapi dengan bersikap skeptis terhadap informasi yang beredar dan pers berperan sebagai penjernih informasi.

Data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, pada periode 1 Agustus 2018 sampai 22 Juni 2021, menunjukkan terdapat 8.449 isu hoaks yang menerpa publik.

Menurut data tersebut, tiga isu terbesar  terdiri dari isu kesehatan dengan 1.719 hoaks, pemerintahan dengan 1.702 hoaks, dan politik dengan 1.252 hoaks. Khusus isu kesehatan, mayoritas hoaks terkait dengan isu pandemi Covid-19.

Syukurlah, akhirnya sebagian masyarakat yang berpikir kritis, mulai mampu menyaring informasi. Maka berita yang diduga hoaks akan mereka abaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun