Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Ini Alasan Petugas Pemeliharaan Mesin ATM Rela Tak Libur Lebaran

15 Mei 2021   18:45 Diperbarui: 16 Mei 2021   08:51 11483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mesin ATM. Sumber gambar: freepik | FANJIHANHUA

Anjungan Tunai Mandiri (ATM) atau dalam bahasa Inggris disebut dengan automatic teller machine, menjadi penting keberadaanya, terutama pada libur panjang seperti saat lebaran sekarang.

Memang, sebagian fungsi ATM sudah berpindah ke smartphone, sehingga makin mudah bagi seorang nasabah bank untuk bertransaksi. Tapi, ATM masih tetap dicari, terutama bagi mereka yang memerlukan menarik uang tunai dari rekening tabungannya di suatu bank.

Meskipun tempat berbelanja yang menerima pembayaran non tunai, semakin banyak, namun tetap saja dengan sejumlah uang tunai di dompet, seseorang akan merasa lebih aman.

Apalagi seperti sekarang, saat merayakan lebaran. Budaya salam tempel yang diberikan kepada anak-anak, masih lebih asyik berupa uang tunai.

Nah, mesin ATM yang bertebaran di berbagai tempat itu, bisa berfungsi dengan baik, tentu berkat adanya sejumlah orang yang terlibat di dalamnya. Ada petugas yang mengecek stok uang di dalam mesin, jika jumlahnya sudah tinggal sedikit, ada lagi petugas yang mengisi uang.

Ada pula petugas yang mengecek kondisi mesin dan melakukan perawatan rutin, serta petugas yang stand by menerima panggilan bila ada mesin ATM yang perlu diperbaiki.

Jangan mengira para petugas itu bergaji besar, meskipun ia dipercaya menangani uang dalam jumlah besar. Bahkan, statusnya pun kebanyakan bukan pekerja tetap dari bank yang memiliki ATM.

Petugas tersebut rata-rata pekerja outsourcing, dengan gaji yang sama atau sedikit di atas tingkat upah minimum yang berlaku di daerah setempat. Makanya, jangan heran bila ada oknum petugas ATM yang tergoda dan mengambil uang yang bukan haknya.

Dalam kaitannya dengan hari lebaran yang sekarang tengah dirayakan umat muslim di seluruh dunia, tak semua orang bisa menikmati hari libur tersebut. Salah satu yang tidak libur adalah petugas ATM.

Pengalaman Keluarga Sendiri
Saya punya seorang keponakan yang menjadi pekerja outsourcing pemeliharaan mesin ATM sebuah bank pemerintah untuk wilayah Jakarta.

Begini, ATM itu boleh dikatakan beroperasi 24 jam, kecuali yang terletak di dalam mal, yang tentu disesuaikan dengan jam buka mal.

Dengan pola 24 jam tersebut, maka petugas ATM pun bekerja dalam pola 3 shift, yakni shift pagi dari pukul 07.00 hingga 15.00, shift sore dari pukul 15.00 hingga 22.00, dan shift malam dari pukul 22.00 hingga 07.00.

Nah, pola seperti itu berlaku juga saat libur lebaran. Dapat dibayangkan, Si Keponakan akan sangat sedih bila kebagian shift pagi di hari lebaran pertama. 

Itu artinya ia tak bisa pergi salat Idul Fitri bareng istri dan dua anaknya yang masih kecil dan sedang lucu-lucunya. Dan itu sudah berlangsung sejak 7 tahun lalu, selama ia bekerja sebagai petugas ATM.

Apalagi bila ia sekeluarga ingin mudik, lebih susah lagi. Setahu saya sebelum pandemi pun, ia belum bisa berlebaran di kampung halamannya di Sumbar atau kampung halaman istri di Jawa Tengah.

Namun, ia pernah pulang kampung di luar libur lebaran. Tentu dengan prosedur meminta cuti ke atasannya jauh-jauh hari sebelum pulang kampung, agar pekerjaannya ada yang menggantikan.

Menurut cerita si keponakan, pekerjaannya lebih banyak dukanya ketimbang sukanya, makanya ia tetap berjuang untuk mencari pekerjaan lain yang lebih baik. Dan itu juga dilakukan oleh banyak teman-temannya.

Bagaimana tidak, ketika para nasabah suatu bank lancar-lancar saja bertransaksi di suatu ATM, mereka seperti terlupakan, meskipun mereka sudah rela tidak berlebaran. Semua itu dianggap memang sudah pekerjaannya.

Tapi, bila di sebuah ATM yang menjadi tanggung jawabnya, terjadi suatu masalah, omelan yang diterimanya terkadang menyakitkan hati. Padahal, masalah tersebut ada yang diluar kendali si petugas seperti kerusakan jaringan komunikasi.

Namun, tentu saja si petugas tak bisa membalas omelan tersebut dengan omelan balasan. Ia tetap harus dengan sabar menjelaskan apa yang diketahuinya.

Belum lagi bila di ATM tertentu terjadi tindakan yang merugikan nasabah karena ulah para penipu yang sudah memetakan celah yang bisa dimanfaatkannya. 

Jika kasus tersebut dilaporkan nasabah yang dirugikan ke pihak bank, bisa merembet ke berbagai pertanyaan yang diajukan pejabat bank, atau bahkan aparat hukum, ke si petugas ATM.

Begitulah, berbicara tentang berbagai profesi, ada saja seperti yang dilakoni keponakan saya. Gajinya relatif kecil, tanggung jawabnya besar, dan godaannya juga besar karena uang yang banyak ada di hadapan matanya.

Masalahnya, dengan para pencari pekerjaan yang demikian banyak, sementara lowongan pekerjaan sangat terbatas, tentu membuat seseorang tidak bisa lagi memilih-milih pekerjaan yang diidamkannya.

Mesin ATM. Dok. tempo.co
Mesin ATM. Dok. tempo.co

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun