Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Ketika Sekretaris Tidak Pakai Bra, Bikin Heboh Saja

29 Maret 2021   04:30 Diperbarui: 29 Maret 2021   04:42 5998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. shutterstock via topcareer.id

Ini kisah nyata di tempat saya bekerja. Sudah lama memang, sekitar tahun 2010. Ketika itu terjadi kehebohan gara-gara sekretaris kepala divisi tidak memakai bra saat bekerja.

Sang kepala divisi sendiri awalnya tidak mengetahui kehebohan itu. Setelah terdengar suara berisik di depan ruang kerjanya, barulah si bos ini mengerti karena diceritakan duduk persoalan yang sesunguhnya oleh si sekretaris.

Ruang kerja kepala divisi berada di pojok depan salah satu lantai di gedung jangkung yang terletak di kawasan Semanggi, Jakarta Pusat. Pintu masuk ke ruang kerjanya, seperti biasa, sengaja dibuka. Di dekat pintu masuk, ada meja kerja sekretaris kepala divisi.

Jadi, meskipun kepala divisi tak melihat langsung si sekretaris (kecuali ia berjalan ke depan pintu), suara-suara di luar ruangan tetap terdengar oleh sang kepala divisi.

Mendengar penuturan si sekretaris, si bos pun tertawa terbahak-bahak. Jadi begini, seorang karyawan, sebut saja namanya Bambang, telah jadi provokator setelah ia ada keperluan menemui sekretaris kepala divisi.

Begitu Bambang kembali ke meja kerjanya, ia bercerita ke banyak orang bahwa ia baru saja ketemu sekretaris. Dan, nah ini dia biang keroknya, Bambang mengatakan bahwa si sekretaris hari ini tidak pakai bra.

Sontak para karyawan penasaran. Tak ingin melewatkan kesempatan emas itu, secara bergantian mereka pura-pura ada keperluan menemui sekretaris. 

Setiap satu orang kembali dari meja sekretaris, ikut membenarkan cerita Bambang, sehingga yang lain makin penasaran, membayangkan Mbak Dona, sang sekretaris berwajah cakep, lagi tidak memakai bra.

Untunglah ada seorang karyawati, Mbak Sri, yang akhirnya menenangkan situasi. Sri mengatakan pada yang lain, tidak usah heboh, bukan Mbak Dona yang tidak pakai bra, tapi Mas Agus.

Lho, kok Mas Agus? Mas Agus ini tugasnya mengantar surat ke divisi lain, bukan sekretaris. Rupanya, atas instruksi kepala divisi, Mas Agus menjadi sekretaris dadakan karena Mbak Dona minta izin tidak masuk kantor.

Kepala divisi terpaksa menyuruh Agus, karena Euis yang biasanya menjadi sekretaris cadangan, lagi cuti melahirkan. Maka, tak ada rotan, akar pun jadi. Yang tak pakai bra pun didapuk jadi sekretaris.

Begitulah, tak ada yang salah sebetulnya. Sang provokator, Bambang, juga tidak salah. Ia tidak melakukan kebohongan publik, karena faktanya sekretaris memang tidak pakai bra.

Yang keliru, tidak hanya di kantor saya, pada umumnya masyarakat menganggap sekretaris di kantor-kantor identik dengan wanita. Padahal tidak ada larangan laki-laki jadi sekretaris. Masalahnya, langka sekali pejabat yang menginginkan sekretaris laki-laki.

Tapi, omong-omong, kenapa sih sekretaris harus cewek? Harus cakep lagi. Akibatnya sering dimata-matai oleh istri bos. Padahal kalau pun ada apa-apanya antara bos dan sekretaris, boleh jadi si bos yang memulai duluan.

Dugaan saya, bos-bos memang sengaja mencari sekretaris yang enak dipandang mata. Manusiawi, sebetulnya. Asal tidak melanggar norma kesusilaan saja. Jangan sampai mentang-mentang punya kekuasaan, si bos minta sekretarisnya melakukan hal di luar job-nya.

Bagi mereka yang berprofesi sebagai sekretaris, jangan puas hanya karena dekat dengan bos. Tingkatkan kapasitas dengan menyerap ilmu si bos, sehingga karier bisa naik. 

Jika hanya pintar mencatat surat masuk dan keluar, mengatur lalu lintas telpon dari dan kepada bos, mengatur tamu atau agenda rapat si bos, karier si sekretaris akan mentok. Apalagi bila usia tidak muda lagi, bos minta pengganti yang penampilannya lebih oke.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun