Tulisan Syarifah Lestari yang berudul "Mengapa Banyak Orang Beristri Cantik, tapi Selingkuhannya Jelek?", sungguh menggoda saya untuk menanggapi lewat sebuah tulisan. Pada dasarnya saya sependapat dengan Syarifah, hanya ada hal lain yang ingin saya tambahkan untuk memperkuat.
Mungkin saya keliru, tapi dari pengamatan saya sekilas terhadap kehidupan rumah tangga teman sekerja saya, sebut saja namanya Paul dan istrinya Neli, Paul sebagai suami sering makan hati atas tingkah istrinya yang cantik.
Guyonan teman-teman mem-bully Paul terkadang tidak tanggung-tanggung, bikin muka Paul memerah menahan marah. Ceritanya, pada suatu resepsi pernikahan, saya dan beberapa teman kerja sudah hadir duluan di tempat resepsi. Paul dan Neli datang belakangan dan menjadi perhatian kami saat mereka melangkah ke tempat kami berdiri.
Baca juga: Punya Istri Cantik, Penurut, Anak Orang Kaya Lagi! Kok Malah Sedih?
Kenapa pasangan Paul-Neli jadi pusat perhatian? Karena Neli memang sangat cantik, apalagi dalam balutan kebaya warna merah muda dan asesoris lain yang senada. Celakanya, ada seorang teman yang terlalu jujur berkata dengan nada agak keras, "Lihatlah penampilan Paul, yang kebanting sama istrinya".
Tapi, Paul seharusnya tahu risiko punya istri yang cantiknya terlihat menonjol. Maksud saya, bila seorang wanita cantik itu diberi nilai antara 7 hingga 8 dalam skala 1-10, maka saya berani memberi nilai 9 buat Neli. Atau kalau saya dinilai terlalu gampang mengobral nilai, ya paling tidak 8,5 dan sudah tidak bisa ditawar lagi.
Sedangkan Paul sendiri, berapa nilainya? Jika saya harus jujur (mudah-mudahan Paul tidak membaca tulisan ini, kalaupun ia membaca, saya mohon maaf terlebih dahulu), sulit saya memberi nilai 7. Setinggi-tingginya cuma 6,5.
Sebenarnya, laki-laki memang tidak dilihat dari tampang. Menurut saya, bila seorang suami punya dompet tebal, faktor tampang tidak begitu jadi soal. Namun, Paul juga tidak bisa dikatakan kaya, ya biasa-biasa saja. Jabatannya di kantor tidak ada, hanya staf senior. Bisnis sampingan pun tidak punya.
Hanya karena Neli sangat cantik, atasan Paul sering meminta Paul agar mengizinkan istrinya aktif dalam kegiatan istri-istri pejabat. Jadilah Neli satu-satunya istri non-pejabat  yang ikut jadi penerima tamu, jadi seksi konsumsi, atau jadi panitia di acara yang melibatkan istri pejabat.
Baca juga: Jika Kim Jong Un Itu Palsu, Bukankah Istri Cantiknya akan Tahu?
Neli yang pada dasarnya memang supel dalam bergaul sama sekali tidak merasa minder, bahkan ia terlihat menikmati. Apalagi Neli sepertinya tahu dan bahagia menjadi pusat perhatian orang banyak, termasuk dari para bos.
Jika bos-bos bersikap ramah kepada Neli, Paul mungkin sakit hati, tapi mana berani ia melawan bosnya sendiri. Tapi Paul juga sewot bila lagi jalan bersama istrinya, lalu istrinya disuit-suit oleh remaja yang nongkrong di pinggir jalan. Terlihat Paul geram, tapi juga takut dikeroyok para remaja yang kayaknya bertampang preman itu.
Neli sangat sadar kalau ia cantik. Jika Paul macam-macam, ia akan ngambek. Tambah makan hatilah si Paul. Sudah begitu, ongkos untuk merawat kecantikan itu memang mahal. Paul terpaksa mengalokasikan uang yang lumayan (untungnya Paul kadang-kadang dapat honor dari proyek di kantor) untuk membeli pakaian, tas, sepatu, alat kosmetik, dan sebagainya.
Sebagai panitia di acara ikatan wanita kantor, Neli sering dapat bahan pakaian batik atau kebaya seragam, tapi upah jahitnya yang mahal harus disediakan Paul.Â
Nah, barangkali karena Paul sering makan hati, ternyata sebagai pelampiasannya, Paul punya selingkuhan yang wajahnya sangat biasa saja. Awalnya si anak tersebut yang ketika itu masih mahasiswi tingkat akhir, magang di kantor tempat Paul bekerja. Eh, begitu magang sudah selesai, diam-diam Paul sering jalan bareng dengan si cewek.
Gaya si cewek yang manut terhadap kata-kata Paul, membuat Paul merasa dihargai. Justru penghargaan itulah yang kurang didapatkan dari istri cantiknya. Laki-laki kalau sudah dianggap sebagai pahlawan yang pintar dan bijaksana oleh seorang cewek, akan klepek-klepek.Â
Baca juga: Kenapa Istri Cantik dan Solehah Masih Juga Diselingkuhi Suami?
Ada lagi kisah lain. Ini teman saya juga, bukan teman satu kantor, tapi teman satu negeri asal yang sama-sama mencari nafkah di ibu kota. Si Suami memulai bisnis dari kecil-kecilan, tapi kemudian ketika anak-anaknya mulai besar, istrinya yang cantik juga membantu bisnis sang suami.Â
Berkat kelincahan sang istri, bisnisnya maju pesat, sehingga kemudian bisnis secara langsung dikendalikan si istri. Suaminya hanya menjadi orang gajian istrinya sendiri.
Akhirnya harga diri suami hancur, apalagi anak-anak lebih menghormati ibunya dan melecehkan ayahnya. Untung saja si suami tidak mencari selingkuhan, karena memang tidak ada jatah uang buat selingkuh dari istrinya.
Poin saya adalah, jika mau mencari istri, tak perlu yang terlalu cantik. Mungkin awalnya merasa bahagia dan bangga, tapi ujung-ujungnya sering makan hati.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI