Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ketika Diharuskan Berfoto sebagai Bukti Penerimaan Bingkisan Lebaran

21 Mei 2020   07:10 Diperbarui: 21 Mei 2020   07:09 2062
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya baru saja selesai menunaikan salat Zuhur dan masih melafazkan beberapa doa standar yang lazim dibaca sesudah salat, tiba-tiba dikagetkan oleh bunyi pintu pagar rumah saya diketok-ketok seseorang. Bel di pagar rumah saya  sudah lama dicopot, sehingga jika ada tamu, terpaksa mengetok-ngetok seperti itu.

Masih memakai kain sarung, saya segera ke depan membukakan pintu pagar. Ada seorang pengantar barang yang menanyakan nama saya sebagai penerima barang, apakah betul ini alamatnya. Meskipun saya bingung karena merasa tak pernah memesan barang, menjawab bahwa saya sendirilah orang yang ditanyakannya.

Sebuah kemasan dalam bentuk kotak yang dikemas secara menarik berpindah ke tangan saya. Saya diminta membubuhkan tanda tangan di lembar khusus yang tadinya dijepret dibagian atas kotak tersebut. Saya mengucapkan terima kasih dan berpikir urusan telah selesai.

Tapi ternyata dengan tanda tangan saja tidak cukup, saya disuruh memegang bingkisan lebaran yang baru saja saya terima dan difoto pakai kamera hape si pengantar barang.

Saya sebetulnya agak keberatan untuk difoto dan dengan gaya bercanda saya bertanya, apakah ini prosedur yang wajib dilakukan si penerima. Si pengantar barang mengatakan memang wajib, sebagai bukti di kantornya bahwa ia telah melaksanakan tugas sebagaimana mestinya.

Ya, akhirnya saya bisa memaklumi. Si pengantar barang hanya sekadar melaksanakan tugasnya. Bila saya menolak difoto, bisa-bisa bingkisan tidak jadi diserahkan ke saya karena dianggap sebagai penolakan. 

Kenapa ada peraturan yang makin ribet itu? Mungkin saja karena tanda tangan sudah sering dipalsukan. Dalam hal pengiriman barang misalnya, barang diambil oleh yang tidak berhak, tapi seolah-olah ditandatangani oleh si penerima yang tercantum di dokumen resminya. 

Jadi, sekarang pihak pengirim tidak ingin tertipu lagi oleh perbuatan oknum dari perusahaan pengantar barang, lalu dimintalah foto saat penyerahan barang sebagai salah satu persyaratan dalam mengantar barang.

Ya saya berprasangka baik saja, biar hati saya tenang. Kenapa saya dapat bingkisan lebaran? Karena saya nasabah prioritas dari sebuah bank milik negara. Memang, mengirimkan bingkisan seperti itu, sudah menjadi bagian dari pelayanan bank terhadap nasabah yang memenuhi kriteria tertentu. Paling tidak sejak beberapa tahun terakhir ini saya menerima bingkisan dua kali setahun, saat mau lebaran dan saat ulang tahun.

Tapi dalam urusan mengirimkan bingkisan itu, pihak bank tidak melakukan secara langsung, namun diurus oleh perusahaan tertentu yang menyediakan barang dan sekaligus mengirimkannya ke nama-nama yang dikehendaki pihak bank.  Bingkisan yang baru saja saya terima berisikan beberapa kotak cookies.

Mudah-mudahan data identitas saya, yang lengkap dengan alamat, nomor hape, dan foto itu tadi bisa dijaga dengan baik baik oleh pihak bank maupun vendor penyedia dan pengirim paket.

Kalau saya berpikiran jelek, saya jujur saja agak khawatir, siapa yang menjamin tidak ada oknum di pihak bank atau pihak perusahaan pengantar barang yang tidak tergoda memanfaatkan identitas diri plus foto seseorang itu. Bukankah sekarang banyak pembajakan akun media sosial dengan memasang foto seseorang, lalu digunakan untuk hal yang bersifat penipuan?

Sebelum itu, saya juga beberapa kali dapat voucher belanja gratis dari bank yang sama karena saldo tabungan saya di-hold sejumlah tertentu untuk beberapa bulan ke depan. Lagi-lagi sewaktu penyerahan voucher, selain diminta menandatangani formulir tanda terima, juga diminta berfoto dengan voucher di tangan.

Tapi persyaratan berfoto itu semuanya baru terjadi setahun terakhir ini. Soalnya, sebelumnya saya juga menerima paket lebaran dan pernah pula pada beberapa kali menerima voucher belanja, tak pernah diminta berfoto, hanya tanda tangan saja.

O ya, selama bulan puasa ini, barangkali karena penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang membuat kegiatan saling berkunjung tidak bisa dilakukan, saya sudah beberapa kali menerima paket kue dari saudara dan kerabat. Tentu saya juga berkirim paket lebaran kepada saudara saya.

Demikian pula anak-anak saya, mereka saling berkirim dan menerima paket, meskipun teman-temannya tinggal tidak terlalu jauh dari rumah saya, sama-sama di Jakarta Selatan.

Sebagai tindakan berjaga-jaga, daftar nama saya beserta alamat lengkap dan nomor hape saya yang tertera di bungkusan paket itu, saya hancurkan dulu, baru dibuang ke bak sampah di luar rumah.

Agak parno memang, tapi itulah bentuk kewaspadaan saya menyikapi maraknya pencurian data identitas seseorang yang disalahgunakan oleh pihak lain.

Namun saya menyadari bahwa sekarang ini data pribadi seseorang, yang sebenarnya bersifat rahasia, sudah demikian gampang didapatkan karena tersebar di mana-mana.

Bukankah baru-baru ini terjadi kehebohan bocornya identitas jutaan pelanggan pengguna aplikasi belanja yang terkenal, tokopedia? Jadi, yang diperlukan sebetulnya adalah semua perusahaan dan instansi yang memegang data individual, harus selalu memperbaharui sistem pengamanan datanya.

Adapun soal regulasi dari pemerintah, meskipun penting, yang perlu ditekankan adalah bagaimana aparat pemerintah mampu mengawal regulasi itu, sehingga betul-betul dipatuhi oleh semua pihak terkait. 

Jika ada yang melanggar ketentuan yang telah digariskan, harus cepat terdeteksi dan cepat pula diproses secara hukum. Hukuman yang berat sehingga menimbulkan efek jera, juga sangat diperlukan.

Era penggunaan teknologi informasi yang canggih, telah menjadi bagian gaya hidup kita. Kewaspadaan kita sebagai pengguna, akan tidak berarti bila tidak didukung oleh kewaspadaan penyedia jasa teknologi dan pemerintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun