Usianya belum tergolong tua, baru 56 tahun, namun Tuhan berkehendak lain. Jose Rizal Jurnalis, seorang dokter spesialis ortopedi, telah berpulang ke rahmatullah, Senin (20/1/2020) lalu.
Meskipun bidang keahliannya adalah ortopedi atau bedah tulang, tapi masyarakat melihatnya sebagai dokter "spesialis" daerah konflik. Ya, Jose bukan sekadar relawan kemanusiaan saja, tapi lebih dari itu.
Dengan organisasi MER-C yang didirikannya, Jose dengan berani masuk daerah yang tengah dilanda perang seperti di Palestina, Afganistan, Iran, Irak, Lebanon, Sudan, Kashmir, atau yang lebih dekat seperti Maluku (saat konflik dulu), Filipina Selatan dan Thailand Selatan.
MER-C sendiri kepanjangannya adalah Medical Emergency Rescue Committee. Walaupun MER-C dipersepsikan sebagai organisasi kemanusiaan Islam, tapi dalam memberikan bantuan pada masyarakat, tidaklah membedakan atas dasar agama, etnis, Â atau hal lainnya.
Salah satu kontribusi besar Jose Rizal adalah dibangunnya Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Palestina. Padahal ketika proses pembangunannya berjalan, beberapa kali dihujani tembakan oleh tentara Israel, sehingga rumah sakit yang belum jadi itu terkepung.
Tak heran, perlu empat tahun untuk menyelesaikan pembangunan rumah sakit itu, yakni dari 2011 hingga 2015. Akhirnya pada 27 Desember 2015 rumah sakit tersebut baru bisa diresmikan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Salah satu keistimewaan Rumah Sakit Indonesia di Gaza adalah terdapatnya satu lantai di bawah tanah yang dirancang khusus sebagai tempat evakuasi bila ada pengeboman terhadap dua lantai di atasnya.
Biaya pembangunan rumah sakit tersebut ditaksir mencapai Rp 126 miliar yang menggunakan uang sumbangan masyarakat Indonesia untuk Palestina, seperti yang ditulis liputan6.com (20/1/2020).
Tak banyak informasi yang didapat tentang sepak terjang Jose sebelum jadi dokter. Ia dilahirkan di Padang, 11 Maret 1963.
Tidak seperti ayahnya, Jurnalis Kamil, yang seorang guru besar bidang pertanian dan pernah jadi Rektor Universitas Andalas Padang (1984-1993), Jose Rizal memilih jadi orang lapangan setelah lulus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Lapangan di sini maksudnya bukan sekadar membuka praktik di berbagai klinik dan rumah sakit sebagaimana lazimnya para dokter, namun bergerak dari tenda ke tenda tempat korban di daerah konflik mengungsi.
Jose dan teman-temannya di MER-C dengan cekatan turun tangan memberikan pertolongan medis di tempat darurat begitu.Â
Sangat berbeda dengan dokter yang melayani pasiennya di ruang nyaman berpendingin udara dan tentu menerima bayaran yang relatif besar.
Jalan hidup yang dipilih Jose termasuk langka, karena para dokter sebetulnya punya peluang yang terbuka lebar untuk hidup mapan. Tapi Jose memilih jalan terjal yang menantang.Â
Jose Rizal menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Harapan Kita Jakarta, tempat ia dirawat sejak akhir Desember lalu. Almarhum meninggalkan seorang istri dan tiga orang anak.
Selamat jalan Jose Rizal Jurnalis. Tak ternilai perjuangan yang telah dirintisnya. Semoga segera muncul Jose Rizal baru, untuk melanjutkan pekerjaan yang sangat mulia itu.